Waste It On Me (1st vers.)

2K 220 90
                                    

Multimedia:
Steve Aoki - Waste It On Me (feat. BTS)

🐥🐰

Sejak aku memulai tahun ketigaku di Universitas Nasional Seoul, aku merasakan hal lain di setiap hariku bahkan di hatiku. Seseorang yang telah menarik perhatianku beberapa tahun yang lalu tiba-tiba hadir kembali, bahkan cara melihatku padanya pun masih sama seperti dulu.

Aku mengenalnya karena dia adalah seniorku saat sekolah, salah satu senior yang paling populer. Jangan kira kami sekolah di tahun-tahun yang sama karena selisih umur kami cukup jauh, 6 tahun. Saat aku sekolah dulu, dengan sukarela dia mengisi kekosongan di bagian konseling. Dengan sengaja pula, aku kadang membuat keributan agar aku bisa bertemu dengannya dan berbicara dengannya.

Namun setelah aku lulus, aku sudah tidak bertemu dengannya lagi, apalagi mendengar kabarnya tapi seakan-akan kami memang berjodoh, aku bertemu dengannya lagi. Sebagai dosen dan mahasiswa.

Tapi apakah masih bisa disebut berjodoh, jika dia telah memiliki suami? Sebuah fakta yang sama sekali tidak aku suka.

🐥🐰

Aku diam-diam masuk ke dalam ruangannya yang kosong, menaruh 1 cup hot coffee di mejanya. Dengan tulisan "semangat untuk hari ini".

"Siapa kau?" Aku yang sedang berjalan mundur tiba-tiba terkejut saat sebuah suara masuk ke indera pendengaranku dan ketika aku berbalik dia sudah berada tepat di hadapanku.

Lalu dia melirik ke arah mejanya dan mendapati kopi disana. "Jadi selama ini kau yang memberikanku kopi?"

"I-iya, Park Gangsa-nim," jawabku takut-takut.

"Kenapa?" Nada bicaranya masih sangat terdengar halus walaupun tatapan matanya tajam.

"A-aku merasa hanya merasa perlu memberi Park Gangsa-nim semangat." Aku merutuki kebodohanku karena seharusnya aku bisa memberinya alasan yang lebih masuk akal.

"Kau salah satu mahasiswaku?" tanyanya.

Dia berjalan dengan anggun ke mejanya dan aku hanya menatapnya seperti orang bodoh. "Kau salah satu mahasiswaku?"

Dia mengulangi pertanyaannya sekali lagi.

"Iya," jawabku dengan kepalaku yang menunduk.

"Kenapa aku perlu diberi semangat?"

Pertanyaan yang sederhana tapi entah kenapa aku sulit memikirkan kalimat yang tepat untuk aku ungkapkan.

"Karena ... Park Gangsa-nim tidak terlihat seperti biasanya."  Persetan dengan jawabanku.

Tapi yang aku lihat saat aku mencuri pandang padanya, dia tersenyum saat mendengar jawabanku tapi rasa-rasanya memang benar, dia butuh disemangati karena saat memberikan kelas dia selalu kehilangan fokusnya dan pernah aku tidak sengaja melihatnya melamun.

"Aku suka dengan kalimat penyemangatmu." Kemudian dia membuka laci mejanya dan mengeluarkan beberapa kertas yang aku tulis untuknya beberapa hari yang lalu.

"Terima kasih. Melalui tulisan ini, aku tahu ada seseorang yang memberikan perhatian padaku." Wajahnya berubah sendu, walaupun aku tidak tahu alasannya tapi aku yakin dia sangat membutuhkan seseorang disampingnya.

JOYWhere stories live. Discover now