Pertemuan Di Perbatasan I

7 1 0
                                    

(Perspektif Lucas)

  Hanya dengan briefing singkat,esoknya aku langsung dikirim menuju daerah misi,Aku diturunkan 200 meter dari tempat misi dan harus berjalan dengan kekuatan ku sendiri untuk menuju titik misi.
  Pertama aku harus melewati dan melumpuhkan sebuah pos penjaga perbatasan barat,jadi aku membunuh dua penjaga yang sedang berpatroli dan melihatku,setelah itu aku harus menerobos melewati pagar kawat dan sampai di titik misi.
  Setelah sampai di titik misi,aku mulai mempersiapkan senapan penembak tunduk dan memakai baju kamuflase untuk menutupi hawa kehadiranku.
  Setelah menunggu selama 2 jam,konvoi presiden faksi barat akhirnya datang juga,mereka berada 645 meter di depanku,terdapat 14 orang penjaga yang mengawal presiden tetapi kepala presiden masih menjadi sasaran lunak.
  Aku membidik kepala presiden dengan bantuan teropong,setelah itu aku harus memelankan nafas dan emosi untuk mencapai ketenangan jiwa.
  Semua menjadi sangat tenang,aku bisa merasakan angin dan daun yang jatuh dari pohon,dan setelah aku yakin akan ketenangan jiwaku aku menarik pelatuk senapanku dan membiarkan peluru keluar dari moncong senapanku.
"Pyuushh"
  Suara peluru yang direduksi dengan peredam terdengar sangat indah,sama seperti lagu jazz,lambat dan santai tapi memberi efek yang luar biasa.
  Dalam teropong ku, kulihat peluru berjalan menyusuri angin dan mendekati kepala presiden,tapi sebelum peluru itu menghantam kepalanya peluru lain datang dan menabrak peluruku entah darimana.
   Seketika konvoi presiden menjadi panik dan langsung meninggalkan area, membuat misi ku gagal,sesuai dengan protokol aku harus mundur dari daerah misi dan pulang,tapi disaat yang sama intuisi ku berteriak padaku.
"Pyuushh"
"Pyuushh"
"Pyuushh"
"Pyuushh"
  Aku menembakkan 4 peluru dan berhasil menghalangi peluru yang menuju ke arahku,kali ini aku yakin aku tidak sendiri,dan setelah observasi singkat aku menemukan orang lain yang duduk diatas pohon.
  Dia adalah seorang wanita,terlihat dari cara dia duduk,dia mengenakan baju kamuflase yang membuatnya terlihat samar di batang kayu,wajahnya ditutupi topeng putih yang membuatku tersadar, dialah White Angel,pembunuh dari barat.
  Bukan hal yang mengejutkan bagiku saat bertemu dengan pembunuh lain di satu tempat yang sama,yah itulah yang namanya resiko,datang disaat yang tidak diinginkan.
  Omong omong,dia masih di sana,melompat turun dari pohon dan berdiri memandangi ku,aku bisa merasakan hawa membunuhnya yang besar,semua itu sirna begitu saja saat dia mulai mundur kedalam hutan dan menghilang.
  Setelah itu aku kembali ke Faksi Timur melewati rute yang sama,sesampainya di titik jemput,sebuah helikopter telah menunggu ku dan membawaku pulang,selama perjalanan,cara White Angel menembakku terus menempel di pikiranku.
  Caranya menembakku dengan cepat dan refleksnya yang akurat membuatku ingat terhadap cara Michelle saat mencoba membunuhku,untuk beberapa alasan hal ini membuatku sedikit lega,jika White Angel adalah Michelle,itu membuktikan bahwa Michelle masih hidup dan aku bisa menemuinya.
  Tapi jika itu memang terjadi,aku juga cemas,apa yang akan terjadi jika setiap faksi tahu bahwa aku dan Michelle dulu pernah bersatu,mereka pasti akan mengganggap kami pengkhianat dan mengeksekusi kami,hal ini membuat ku frustasi.
  Tapi setelah aku sadari bahwa aku telah tiba di markas utamaku,aku segera menghapus semua pikiran yang sempat membuatku lega,sekeluar ku dari helikopter,kulihat Jenderal Lex datang ke arahku dengan marah dan menampar pipiku.
"Betapa memalukan melihat salah satu pembunuh terbaik gagal dan tidak kehilangan nyawanya,setelah sekian lama kesuksesan dirimu,kini kau jatuh juga,aku benar benar kecewa denganmu!"
  Setelah perkataan itu dia akhirnya pergi,yah aku hanya bisa pasrah dengan perkataan jenderal,apalagi ini memang kesalahanku yang tidak mensurvei wilayah sebelum melakukan tembakan.
  Tapi semuanya sudah terlambat,aku hanya bisa berharap misi ku yang akan datang akan berjalan lebih baik atau lebih buruk,aku berjalan masuk ke markas dan seperti biasa orang orang melihatku dengan tatapan penuh dendam itu.
  Akhirnya aku sampai ke kamar ku,kulempar tasku ke tempat tidurku dan duduk di kursi ku,aku mulai memunguti surat surat yang tercecer di mejaku dan mulai membacanya,semuanya masih surat yang sama sampai kubaca surat terakhir yang membuatku terperanjat.

Bersambung

Reaper & AngelWhere stories live. Discover now