"Nggak ada sih." Gelengnya. "Saya cuma takut aja bapak ngomong sama 'orang lain', saya abis nonton horror kemaren soalnya."

Yaelah, pak.

"Nggak, ah." Geleng gue. "Laporan saya tolong diprint ya, pak, nanti. Tinta printer saya abis; tapi udah saya kirim ke email bapak."

"Oh." Angguknya. "Oke."

Gue bersandar pada bangku; tadi namanya siapa, ya? Gua mau ngirim gimana, kalo namanya aja lupa?

Ah, yaudahlah, print sendiri aja. Datanya masih bisa diliat dari sini juga.

***

"Maksud lo apa, berantem sampe kayak gini?"

Gue terpaku di ambang pintu; melihat Kaka yang bonyoknya bukan main sekarang, dengan Lewi di hadapannya, sedang mengobati luka memar dan lecet di wajah Kaka; yang jelas mukanya asem sekarang, mungkin Kaka lagi diomelin.

"Hah?" Sahut Lewi, berhenti mengobati luka Kaka. "Kalo ditanya jawab. Yang ngomong ada dimana, Ka?"

"Ngapain liat ke bawah mulu? Ada duit?" Timbrung gue sok galak; kali ini duduk di sofa. Gak apa apa sih, asik aja ngomporin orang.

Lewi menatap gue, mengisyaratkan gue untuk diam; karena gue tau, dia sebenernya gak sampe hati ngomelin Kaka kayak gitu.

"Maaf, kak." Cicit bocil; yang gue yakin dia kalah berantem. Ya, dia aja badannya segede beras, mau ngelawan orang yang kayak gimana?

"Gue gak mau lo minta maaf." Geleng lewi, matanya teduh namun kini berkaca. "Gue mau tau, kenapa lo berantem? Lo ngerasa kan, muka lo sakit semua sekarang? Siapa yang mulai?"

"Siapa yang nonjok lo?" Sambungnya lagi. "Jawab, Ka."

"Pokoknya dia yang salah." Lirih Kaka.

"Iya, dia ngapain lo?" Tanya Lewi. "Ngatain lo, karena celana lo pendek banget?"

"Nyoret nyoret buku lo?" Tanya lewi; tangannya bergerak menyelipkan rambut kaka ke belakang telinga. "Kenapa, dia kenapa?"

"Gak terima ya gue, lo jadi kayak gini." Gelengnya, menaruh obat untuk membersihkan luka Kaka begitu aja. "Gue jagain lo setengah mati, dia apaan, seenak dengkul bikin lo babak belur. Siapa sih orangnya, Ka? Kasihtau aja, gak bakal gue bilang siapa siapa."

Gak bilang siapa siapa iya, tapi langsung disamperin. Typical Lewi.

"Cowok, lagi. Iya, kan?" Sambungnya. "Siapa, Ka? Udah, lo jangan takut, bilang aja, gak apa apa."

"Kak," Tukas Kaka, yang gue rasa nggak ada niatan menjawab pertanyaan Lewi barusan. "Darahnya ada lagi."

"Gak bisa lagi ditahan pake tisu..." gumam Lewi, yang langsung berhenti mengintrogasi bocil. "Jack, tolong bantuin bersihin di kamar mandi dong, darahnya. Gue panggil dokter dulu."

"Ka, ayo." Ujar gue; yang langsung diturutinya.

"Tadi lo kenapa berantem?" Tanya gue, kali ini membersihkan darahnya pelan pelan. "Pasti gara gara celana lo, kan? Udah gua bilang, ke sekolah jangan pake celana dalem doang."

Kakak • lrhOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz