6

37 1 0
                                    

Keesokan harinya, Senin 14 Januari 2019, seperti mimpi.

Semua mata tertuju padaku. Gumaman pertanyaan "Siapa tuh?" terus terdengar. Aku terus melangkah dengan tegap, seperti yang sudah dilatih oleh Mas Bonar dan Mas Ranbo.

"Deni!"

Aku menoleh. Ternyata kakakku. Ia menyapaku.

Eh, tapi, tunggu..

Yang ada di sebelahnya itu kan..

Bintang.

Mereka sedang apa berduaan pagi-pagi? Bintang tampak tersenyum menyapaku seperti biasanya, lalu Kak Aran dan Bintang kembali berjalan berdua ke arah kantin.

Kenapa.. rasanya dadaku sesak?—

Laki-laki sepertimu tak akan pernah cocok untuk Bintang..

Kalimat itu kembali bergema. Kupandang wajah Bintang yang terawa riang dari jauh, berdua dengan kakakku. Kak Aran ya..

Baguslah.. kalau memang Bintang memilih Kak Aran, aku setuju. Kak Aran orang yang baik, tampan, ia orang yang cocok untuk Bintang. Dari awal, aku bukan siapa-siapa. Iya.. laki-laki sepertiku tak akan pernah cocok untuk Bintang.

OOO

"Eh, ga nyangka, Lu beneran Deni?" tanya salah satu teman sekelasku, "Berubah banget sih.. jadi ganteng deh.."

"Ma- makasih.."

"Eh minta nomer telepon lo dong.." tanya siswi lain.

Rasanya, pagi itu aku jadi sibuk. Entah kenapa. Apakah aku seberubah itu?—bukannya beberapa hari yang lalu, aku ini Deni yang menyedihkan?— yang pulang sekolah dengan wajah babak belur sambil menangis tersedu-sedu sepanjang jalan pulang?

Pagi itu, Bintang melewati kelasku, berdua dengan Kak Aran. Aku hanya melihatnya sekilas. Wajahnya tampak sedikit ragu.

OOO

BintangWhere stories live. Discover now