SEBELAS

787 57 28
                                    

Ify, Gab, dan Shilla berjalan keluar kelas sambil tertawa bersama. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu dan mereka bertiga memang menyukai pulang saat sekolah mulai sepi.

"Jangan sedih lagi lo, Gab. Buktiin aja sama Felix kalau lo bisa nggak ngejar-ngejar dia."

Gab memutar matanya jengah. Ia sudah lupa kejadian tadi siang karena dirinya memang pelupa saat sedang bersama teman dan dengan seenaknya Ify si anak teladan Vanquish mengingatkannya. Teman yang sangat baik memang.

"Kenapa jadi Felix lagi? Urus aja tuh urusan lo sama Rio. Kemarin jelek-jelekin Rio eh malah makan di kantin berdua."

Ify memukul kepala Gab membuat sang empu meringis kesakitan.

"Gegar otak lama-lama anak orang lo pukul mulu kepalanya, Fy," ujar Shilla namun dengan tertawa meledek Gab.

"Lagian Rio mulu. Sekali lagi lo ledekin gue sama Rio. Gue gep-"

"Woi behel. Temenin gue yok."

Ify belum sempat melanjutkan kata-katanya sudah ada teriakan nyaring yang berasal dari arah berlawanan. Dalam hati Ify benar-benar ingin mengumpat sepuasnya. Mengapa musuh nya yang sekarang anggap saja menjadi teman nya itu benar-benar sangat menyebalkan. Rio selalu mengganggu nya dan mengatakan hal tidak bermutu. Ify ingin sekali menonjok Rio hingga babak belur karena ketengilan nya yang sama sekali tidak Ify suka.

"Temenin gue ke toko buku. Gue mau beli buku."

Sebelum Ify bertanya Rio sudah menjelaskan kemana ia meminta untuk ditemani. Rio ingin ke toko buku untuk membeli buku yang disuruh oleh Ibu Fathul. Rio bukan anak yang rajin membeli buku, tapi karna wajib dan jika tidak memilikinya Bu Fathul akan mengeluarkan dirinya di setiap pelajaran guru Matematika yang terkenal killer itu.

"Iyalah beli buku namanya aja ke toko buku. Emang ada pernah lo liat orang ke toko buku beli sepatu?"

Rio tertawa mendengar ucapan Ify yang terdengar sangat malas untuk menanggapinya.

"Gue niatnya malah beli martabak di toko buku."

Gab dan Shilla menahan tawa mendengar ucapan Rio yang membuat Ify mencebik kesal.

"Yaudah kalian kencan aja ke toko buku. Kita duluan ya. Ayo, Shill."

Gab langsung menarik tangan Shilla meninggalkan Rio dan Ify. Shilla hampir terjatuh karena Gab yang menariknya secara tiba-tiba itu. Ingin sekali rasanya Shilla meneriaki Gab dengan bermacam-macam nama binatang jika saja itu merupakan hal yang baik di lakukan oleh seorang gadis cantik sepertinya.

Setelah mendapat omelan dari Shilla dan sebuah pukulan di kepalanya -lagi- Gab berjalan dengan mengelus kepala bagian belakangnya. Entahlah kenapa kedua temannya itu selalu suka memukul kepala nya. Tidak keras memang, tapi bisa saja kan otaknya bergeser karena dipukul terus.

"Felix tuh Gab." Shilla menunjuk dengan dagunya dimana Felix, Alvin, dan Cakka yang sedang bersender di tembok dekat tangga. Sepertinya mereka memang menunggu Shilla. Ah, ralat, Alvin. Felix dan Cakka tentu saja hanya mengikuti Alvin.

Gab menatap arah yang ditunjuk Shilla lalu mengarahkan pandangannya ke arah lain.

"Iya tau."

Setelah cukup dekat dengan ketiga pemuda itu, Gab melewati mereka dengan menunduk layaknya korban bully sedangkan Shilla berhenti untuk menghampiri pacar nya, Alvin.

Felix menatap punggung Gab yang sudah menjauh dari penglihatan nya. Biasanya Gab akan berteriak histeris dan mencubit pipinya saat melihat dirinya. Sekarang gadis itu menunduk tanpa melihat nya dan hanya melewatinya. Ah, bukankah Felix harusnya senang?

It's Love [SLOW UP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang