“Tempat ini tidak pernah sepi.” ucap Jack setelah ia memberikan minuman untuk pelanggannya dan melihat Gaby sudah duduk di salah satu kursi yang ada di depannya.

“Kalau tempat ini sepi, berarti sudah kiamat.” ucap Gaby datar sedangkan Jack tertawa mendengar kalimat Gaby.

“Kau benar, tempat ini akan menjadi tempat terakhir yang akan orang-orang ini semua kalau kiamat tiba.” ucap Jack masih tertawa, sedangkan Gaby tidak melihat di mana letak kelucuan kalimatnya.

“Ngomong-ngomong kenapa kau bekerja malam ini? Bukankah ini hari kamis?” tanya Jack kemudian.

Gaby memang tidak bekerja kalau hari kerja, ia hanya bekerja di hari weekend saja. Selain karena ia adalah seorang mahasiswa, tempatnya menuntut ilmu juga bukanlah tempat sembarangan. Ia kuliah di tempat yang bisa di bilang, tempatnya para orang jenius menuntut ilmu. Peraturan dari kampusnya juga tidak memperbolehkan mahasiswanya bekerja di club malam.

“Paul meminta tolong padaku untuk menggantikannya hari ini, sebagai gantinya ia akan menggantikan ku kalau sewaktu-waktu aku ada kegiatan kampus mendadak.”

“Kau percaya padanya?”

“Kalau ia menipuku maka aku akan meminta ganti rugi karena sudah menggantikannya.”

Lagi-lagi Jack tertawa. “Kau mahasiswa kere.” Ucapnya bercanda.

“Tidak ada yang gratis di dunia ini.”

“Kau benar.” Tapi kemudian Jack kembali tertawa, sedangkan Gaby tidak berekspresi apa-apa dan hanya mengamati lantai dansa.

Ia memperhatikan lautan manusia yang ada di lantai dansa itu  sedang menghentak-hentakkan tubuhnya mengikuti irama lagu yang diputar oleh DJ. Semua orang yang menari-nari itu seolah sedang berbahagia. Tapi Gaby tahu mereka semua hanya sedang beristirahat dari permasalahan yang ada.

Jack mengalihkan pandangannya karena lelah melihat orang-orang yang bergerak-gerak seperti cacing kepanasan di lantai dansa. Namun kemudian matanya menangkap seorang pelayan laki-laki yang sedang memegang nampan berisi minuman.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan itu, hanya saja ia merasa kalau ia tidak membuat minuman itu. Ia juga tidak mengingat kalau ada yang memesan minuman padanya. Jack satu-satunya bartender yang bertugas meracik minuman untuk pelanggan malam ini.

“Itu minuman untuk siapa?” tanyanya kemudian pada pelayan itu membuat Gaby langsung menoleh pada pelayan yang sedang membawa vodka di nampan yang ditangannya.

“Ini untuk tuan Michael, ia memesan minuman ini tadi padaku jadi aku membuatnya dan akan mengantarkannya.” Ucap pelayan itu sambil sedikit menunduk. Jack mengamati pelayan lelaki itu, dan merasa tidak mengenalnya. Ia juga merasa aneh, seharusnya tidak ada yang boleh menyentuh minuman dan meraciknya sendiri.

“Oh baiklah.”

Jack lalu membiarkan pelayan itu pergi. Dia memang tidak terlalu mengenal semua pelayan di club ini hanya beberapa yang dia kenal dan hapal. Lagipula, pelayan itu mungkin hanya ingin membantunya membuat minuman karena tadi memang ia cukup kerepotan. Dan lagi, minuman itu untuk tuan Michael, ugh sudah pasti lelaki itu tidak akan mau menunggu lama untuk sekedar minuman.

____________

“Minuman siapa ini?” suara berat itu bertanya dengan datar.

“Minuman anda Tuan.”

“Siapa yang pesan minum?”

“Tadi ada pelayan yang mengantarkan minuman itu tuan, dia bilang tuan sudah memesannya makanya saya biarkan ia masuk.” ucap seorang bodyguard yang memiliki tubuh besar dari dekat pintu.

Lelaki itu lantas menatap bodyguardnya itu dengan tajam. “Aku tidak memesan minum. Alec.”

Lelaki yang bernama Alec langsung menghampiri Tuannya itu dan meraih minuman itu. Ia mengecek minuman itu dengan sebuah alat aneh.

“Tuan minuman ini mengandung Conium.” ucap Alex kemudian.

Semua yang ada di ruangan itu mendadak diam dan langsung bergerak sigap, sedangkan lelaki itu hanya diam. Tidak ada raut wajah terkejut yang ditampilkan oleh lelaki itu. Namun sedetik kemudian lelaki itu tersenyum mengerikan membuat semua orang yang ada di ruangan itu menelan ludah kasar.

“Kosongkan bangunan ini dan kumpulkan semua pelayan maupun pegawai yang bertugas, jangan lupa manajernya juga.” Ucapnya santai.

__________

Gaby yang sedang asik bermain ponsel dan tidak sadar kalau alunan lagu sudah berhenti. Semua pengunjung club malam itu juga sudah meninggalkan tempat itu dengan berat hati.

Ia benar-benar tidak sadar dan tidak memerhatikan sekitarnya, sampai tangan Jack menariknya dan membuatnya bingung. Begitu juga setelah melihat lantai dansa itu kosong padahal baru beberapa saat yang lalu lantai ini sangat penuh dan terlihat menyesakkan.

Namun sekarang kosong yang benar-benar kosong.

“Ada apa Jack?” tanya Gaby mengernyit.

“Katanya ada pelayan yang mau meracuni tuan Michael,” jawab Jack sedikit panik.

“Siapa Michael?” Gaby bertanya dengan santai sedangkan Jack langsung menoleh padanya mendengar pertanyaan Gaby barusan.

“Kau tidak mengenal Tuan Michael?” Jack mengernyit dan Gaby menggeleng.

“Michael Robert Dallas?” tanyanya sekali lagi dengan raut wajah syok, tapi lagi-lagi Gaby menggeleng santai.

Ah, tapi sedetik kemudian Jack sadar. Ia lupa kalo perempuan yang sedang bersamanya ini memang perempuan paling cuek se-dunia. Bahkan kalaupun ada pembunuhan di depan matanya, Gaby tidak akan memasang ekspresi lain selain cuek. Terdengar jahat? Tapi begitulah Gabriella Ross Smith.

Kadang kala ekspresi tenang Gaby membuat suasana menjadi ikut tenang. Namun tidak memungkiri juga kalau terkadang ekspresi tenang itu juga bisa membuat suasana semakin panas.

Dan Jack tidak tahu ekspresi tenang Gaby saat ini akan membuat suasana bertambah tenang atau malah semakin panas.

“Kau benar-benar tidak tahu siapa Tuan Michael?” tanya Jack lagi.

“Apa aku harus tahu dia?”

“Tidak juga, hanya saja hampir seluruh dunia mengenalnya jadi cukup aneh mendengar kau tidak mengenalnya.”

“Apa dia orang penting?”

“Sebagian besar orang pasti mengatakan kalau dia memang orang penting.”

“Penting untuk mereka, tidak penting untukku.”

Jack melongo. “Aku tidak akan bisa berpikir jika suatu saat nanti dia menjadi orang yang paling penting untukmu.”

“Tidak akan.”

“Jangan begitu, tidak ada yang mengetahui takdir.”

“Aku tidak percaya takdir. Itu hal konyol.”

“Siapa yang tahu.” Jack mengangkat kedua bahunya.

"Sekarang kemana kita semua akan pergi?" Gaby bertanya bingung. Seluruh pegawai maupun pelayan yang bertugas mal ini berjalan bersamaan menuju sebuah ruangan. Dirinya salah satu diantara mereka.

"Bertemu tuan Michael."

*****
Terima kasih sudah membaca 😘

Jangan lupa Vote, Komen dan Share cerita ini juga 🖤

Sayang kalian,

Mrs. Mitsuji 🖤

Follow igku @Jusiana97

Copyright © 2019 by
J U S I A N A 9 7

D E S T I N YΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα