11. Rofiq Syahputra - Ranu dan Kamu

202 60 2
                                    

Setelah UTS berakhir, Rofiq menepati janjinya membawa Nadse ke Ranu Kumbolo untuk melihat beribu bintang di langit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah UTS berakhir, Rofiq menepati janjinya membawa Nadse ke Ranu Kumbolo untuk melihat beribu bintang di langit. Mereka tidak sendirian. Ada Indi dan tiga teman kost Rofiq yang salah satunya adalah pacar Indi.

Perjalanan mereka menuju Ranu Kumbolo diawali dari Kota Malang dengan menggunakan jasa angkutan umum menuju Tumpang dari Terminal Arjosari di Malang. Turun di Pasar Tumpang kemudian melanjutkan perjalanan dengan jeep bersama para pendaki.

Mereka menempuh perjalanan panjang dengan kondisi jalan yang sangat tidak terduga dan berhadapan langsung dengan jurang di kiri dan kanan jalan. Namun perjalanan tersebut sangat setimpal dengan pemandangan yang mereka saksikan. Gunung Bromo gagah berdiri bersama dengan semilir angin dingin yang lembut meniup wajah mereka di sepanjang perjalanan menuju Ranu Kumbolo.

Tak berapa lama kemudian mereka tiba di pos Ranu Pani di kaki gunung Semeru. Setelah melewati pemeriksaan dan pendaftaran, mereka mendengarkan penjelasan pemandu perjalanan mengenai medan dan perkiraan waktu yang harus mereka tempuh sebelum langit berganti senja. Pemandu meminta mereka untuk memeriksa kelengkapan, baik dari barang-barang yang dibawa maupun kesiapan diri untuk mendaki. Jangan sampai salah satu diantara mereka ada yang tidak siap sehingga pemandu tidak akan mungkin membawa mereka menanjaki terjal yang cukup bahaya.

"Siap semua?"

"Siap, pak!"

"Baik. Mari kita langsung jalan saja. Jangan ada yang terpisah ya."

Mereka berjalan kaki menyelusuri jalan setapak menanjak menuju ke Ranu Kumbolo dengan rentang waktu sekitar 5 sampai 6 jam.

Baru satu jam berjalan, keringat Nadse sudah bercucuran membasahi helaian rambutnya yang menempel di pipi dan kening. Napasnya memburu tidak teratur. Bibirnya agak kering dan pucat. Rofiq yang memerhatikannya merasa khawatir Nadse terlalu memaksakan diri mendaki dengan sisa tenaga yang sudah hampir habis.

"Lo yakin nggak mau istirahat dulu?" tanya cowok itu sambil memapah bahu Nadse.

"Nggak, nanti aja. Kita masih jauh kan?"

"Iya, masih lima jam lagi. Yakin nggak mau istirahat? Sekedar minum aja. Bi—"

"Nggak kok, nggak apa-apa. Gue masih kuat," potong Nadse memaksakan senyumnya.

Rofiq menghela napas kasar. Ia lalu mengulurkan tangan pada cewek keras kepala ini.

"Pegangan sama gue," pintanya. Bukan ada maksud terselubung, melainkan Rofiq hanya ingin menuntun langkah Nadse agar tidak jatuh dan tergelincir.

Nadse menyambut uluran tangan itu dan menggenggamnya sangat erat. Mereka melangkah pelan-pelan menyusuri jalan setapak yang dikawal pohon pinus, cemara, jurang, dan semak belukar. Suara kicauan burung dan hembusan angin yang datang silih berganti pun membuat suasana semakin menyenangkan. Beruntung saat itu jalur pendakian sudah cukup jelas sehingga semakin mempermudah perjalanan.

[TAMAT] Nadse & Her Bodyguards✔️Where stories live. Discover now