2

717 87 15
                                    

"...dengan bilangan ini harusnya bisa diganti nantinya dengan equation yang sudah kamu dapatkan tadi, bisa kan?" changbin melihat hyunjin dengan tatapan penuh harapan. changbin yakin ini sudah nomor ke-sepuluh ini jelaskan dengan tipe soal yang sama dan teknik pengerjaan yang sama. he's hopeless.

parahnya, dengungan "penuh" pengertian yang hyunjin keluarkan semakin keras, seolah-olah ia mengerti. changbin yakin ia bahkan tidak sadar bahwa ia telah menjelaskan hal yang sama. hell, kalaupun changbin akan menjelaskan hal yang tidak benar, hyunjin pun akan juga seolah-olah mengerti. hyunjin sangat tidak peduli tentang hal ini, kalau ia boleh jujur.

"hyunjin, can you focus?" changbin bertanya dengan kesal, kakinya yang tergantung dari kursinya itu menendang angin dengan pelan. changbin tidak keberatan jika hyunjin tidak mengerti, bukan pengabaian dari penjelasannya.

hyunjin yang dengan mata malas menatap changbin sambil memanyunkan bibirnya. "aku bisa kok. tapi buat apa?" katanya sambil membenarkan posisi duduknya dari bertopang dagu di meja.

changbin menghelas nafas pelan, ia tidak ingin marah. mengambil sedikit ketenangannya, changbin melipat tangan di dada dan duduk tegak di kursinya.

"your result is as important as it is to me, jadi kalau kamu mau bekerjasama untuk setidaknya berkonsentrasi saat aku menjelaskan, ini akan lebih lebih mudah dari persetujuan yang kamu bilang tadi" dia mencoba berbicara setenang-tenangnya.

hyunjin tersenyum miring dan mendekatkan wajahnya ke wajah changbin. dasar culun, seperti ini saja sudah terintimidasi? hal tentang hwang hyunjin yang semua orang sependapat adalah pesonanya yang selalu membuat dia lebih superior dari orang sekitarnya. dari jalannya, dari senyumnya, tatapannya, satu sekolah tahu ia adalah hwang hyunjin.

"aku bisa punya tutor terbaik di kota ini, kok hyung. di situasi ini, bukan hyung yang sebagai penyelamatku. itu aku. kalau ini bukan paksaan dari pak joo, mungkin hyung bisa coba cara lain untuk membujuk pak joo" hyunjin berbisik di telinganya, setiap hembusan napasnya menggelitik daun telinganya, ia kembali duduk di kursinya dan menatap changbin dengan tatapan gampang.

changbin mengeratkan kepalannya. mungkin latihan tinju dengan ayah setiap malam minggu akan teruji detik ini juga, pikirnya. "maksudmu, hah?"

"hyung, berantem denganku juga akan berujung kamu dibawah aku" hyunjin senyum miring kali ini. "bukannya hyung setipe itu?"

changbin ingin rasanya melempar semua pukulan yang ayahnya ajarkan padanya, "tonjok lewat rahang bawah, kalau lawanmu lebih tinggi darimu"  mengingang dari kepalanya. tapi jika changbin berpikir sebelum ia melakukan, hyunjin itu benar. changbin's not the upper hand here, it's hyunjin. dan kalau changbin benar-benar tidak ingin mengacau-balaukan semua usaha dia sampai sini, dia harus membiarkan hyunjin menang sekarang. untuk sekarang.

"got too much to think about there?" hyunjin bilang lagi dengan nada remeh.

"banyak. what would I do without hwang hyunjin, right?" changbin menghela napas. mungkin ia sudah lebih banyak menghela napas selama 2 jam ia mengajar hyunjin daripada sepanjang hidupnya.

senyuman hyunjin jatuh dari mukanya. that's too easy, hyunjin pikir. ia suka saat orang yang ia coba intimidasi merasa gugup atau bingung. mengintimidasi orang sampai keujung frustasi mereka. a classic trick on how to make yourself the upper hand in the situation, by hwang hyunjin.

tapi itu bukan reaksi yang ia dapat dari changbin. hyunjin bisa lihat changbin terintimidasi, bingung, dan marah akibat, tapi itu hilang sekejap.

dengan muka serius, ia melihat jam. sudah dua jam untuk sesi kali ini. hyunjin berdiri dan dengan cepat memasukkan barangnya ke dalam tasnya.

"mau kemana-" changbin bingung.

"2 hours out, gua duluan hyung. besok lagi" hyunjin berbalik keluar tanpa melihat ke changbin. changbin yang menunggu bayang hyunjin hilang dari tatapannya langsung merebahkan kepalanya di atas meja. kedua lengannya mencoba menutup kepalanya tersebut.

he can't survive his last semester in high school like this.

tidak lama, changbin terkaget karena suara pesan dari smartphone-nya.
dia sudah lelah. ada hal apa lagi yang bisa menganggunya.

"new track🔥🤘🔥bring donuts" - ji.

mungkin yang ini bisa menganggunya.

-
<< that night>>

changbin sampai ke garasi tua itu dengan setengah lusin donat yang jisung pesan. seperenam untuk changbin dan chan dan sisanya untuk jisung. it's always enough for all of three.

di gudang ini, terbentuklah satu grup kecil 3racha. chan adalah tetangga lama changbin yang baru kembali dari australia setelah ia lulus sma.

chan yang ia kenal sebelum ia pergi ke australia adalah teman bersepedanya yang selalu berkeringatan dan punya lesung pipit kecil di sebelah bibirnya. dia yang membopong changbin kecil kerumahnya setelah ia jatuh dari sepedanya saat pertama kali ia belajar menaiki sepeda.

15 tahun berlalu, changbin mendapati chan kembali ke rumah sebelahnya dengan rambut berwarna hijau dan tubuh yang kekar. he's not so small as before but still is as cute.

dia juga yang mengenalkan han jisung ke changbin, seorang murid dari malaysia. jisung kembali dari malaysia setelah menyelesaikan akademik musiknya. chan kembali ke korea untuk masuk ke salah satu sekolah musik. dan setelah menjelaskan ketertarikannya dalam dunia rap, mereka bertiga sepakat untuk membuat musik bersama dan voila, 3racha.

"kurang apa?" changbin bersandar di bangku yang diduduki oleh chan. chan sedang fokus melihat laptopnya yang tua itu. laptop itu berisi semua hasil kerja keras mereka, semua inspirasi dan ambisi mereka, ("kalau sewaktu waktu laptopmu itu meledak, habislah 3racha ini!" jisung beteriak).

"I need you to write some bars, jisung already got his part so do i. and need it as soon as possible so I can do the other parts" chan bilang tanpa memalingkan pandangannya dari layar laptop. changbin menatapnya halus. ada yang ia temukan sangat menarik saat chan sangat serius dengan pekerjaan yang ia kerjakan. mungkin yang ia maksud, ia suka saat seseorang terlihat berwibawa.

kaget, jisung memukulnya dari belakang. "aye captain" changbin jawab dengan keras sambil mengelus hasil pukulan jisung.

"lancar kan?" chan berbalik melihat changbin dan jisung. "changbin, mungkin kamu masih belum mengerti isi konteks dari track ini. nanti aku akan coba jelaskan" chan tersenyum kepada changbin.

dan dia tidak bisa, demi apapun, tidak jatuh kepada senyuman chan. chan, walaupun dalam sekejap terlihat mengintimidasi, dia adalah boneka beruang dalam bentuk manusia. orang yang selalu hangat.

chan juga yang menyadarkannya terhadap rap. tentu changbin pintar secara akademik namun ia selalu suka musik. bukan berarti dia tidak suka matematika. musik hanya lebih baik. itu setelah beberapa lama ia membuat lagu bersama jisung dan chan yang membuatnya berpikir untuk membanting haluan kepada musik.

walaupun belum ada yang tau tentang hal ini kecuali bang chan sendiri. setelah changbin panjang lebar bercerita tentang arahan ayahnya tentang kuliah dan keinginannya pribadinya untuk belajar musik, ia menangis sejadinya kepada chan.

that was when chan kissed his forehead to calm him, and when he caught feelings also.

______________________________________________

hello, its marisio.

the chapter didnt turn out how I wanted it to be :(

i'll try my best to fix and be better, tho! and also its always okay to tell me what I lack, since im still learning to write as well.

thank you so much for the encouraging comments :) I appreciate every single one

enjoy? will update as soon as possible.

thank you.

0116

2 hours - [changjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang