Untuk Pemendam Rasa

285 18 5
                                    

Untuk diriku, dan kamu yg sering memendam emosi.

Kamu kuat sekali. Semua hal kamu pendam sendiri. Sedihmu, marahmu, masalahmu, semua kamu simpan rapi dalam hatimu. Tak boleh ada yg tau. Sedang bahagiamu, kamu bagi ke semua orang.

Setiap hari, kamu harus menahan semua beban itu sendirian. Bagimu, kamu harus melakukannya. Karena, ini masalahmu, ini urusanmu, bukan urusan manusia lain. Karena, mereka tidak butuh sedihmu. Kamu rasa, mereka cuma mau melihat bahagiamu.

Ingin kamu keluarkan, tapi seringnya tak bisa. Kamu tak bisa bercerita, tak bisa menangis, tak mau orang lain tau.

Aku ingin bilang, kebiasaan memendammu ini harus dikurangi. Karena, ini tak sehat untukmu, sungguh.

Memang, ada hal-hal yg harus kita simpan untuk diri sendiri. Tapi, tidak berarti semua hal harus kamu pendam sendiri. Ada hal-hal yg perlu kamu keluarkan, dan tidak kamu simpan.

Hatimu itu seperti hardisk yg kalau terlalu banyak menyimpan data, akan eror atau bahkan rusak. Hatimu juga begitu. Jika terlalu banyak memendam rasa, ia akan eror.

Eror yg bagaimana? Moodmu akan mudah berubah. Kamu kadang merasa sedih sekali tapi tidak tau apa penyebabnya. Kepalamu terkadang pusing tiba-tiba. Kamu selalu merasa lelah, walaupun tidak mengejakan apa-apa. Kamu malas dengan orang-orang. Dan, masih banyak lagi.

Memendam semua hal sangat tidak sehat.

Maka, ayo mencoba mengurangi kebiasaan itu sedikit demi sedikit. Kamu bisa, percayalah.

Emosimu butuh dikeluarkan. Seperti hardisk yg dihapus datanya agar tidak lagi penuh, emosimu butuh dikeluarkan agar tidak menjadi beban lagi di hatimu.

Sesekali menangislah, keluarkan semua yg kamu pendam. Jangan ditahan. Jangan pura-pura baik-baik saja. Kamu butuh momen sedih ini untuk mengurangi beban di hatimu.

Mulailah dengan jujur pada diri sendiri. Selama ini kamu selalu bohong dengan beranggapan masalah itu dapat kamu pendam sendiri dan tidak butuh orang lain tau. Cobalah untuk jujur, apa yg sebenarnya kamu rasakan, jangan mengelak dari perasaanmu sendiri. Renungkan apa yg kamu rasa, fikirkan apa yg menyebabkannya.

Temukan orang yang dapat menjadi tempatmu berbagi dan berdiskusi tentang apa yg selama ini sudah kamu pendam. Carilah, pasti ada.

Kamu tidak harus mengeskpresikan emosimu setiap saat, kamu hanya perlu tau kapan dan dimana waktu yg tepat untuk meluapkan apa yg kamu rasakan. Waktu yg tepat, ini kuncinya. Keluarkanlah ketika kamu sendirian jika tak ingin orang tau. Menangislah di kamar mandi, dibalik selimut, dimanapun yg tak diketahui orang.

Kalau kamu merasa saat ini belum waktu yg tepat untuk mengekspresikan emosi tetapi kamu sudah tidak tahan, coba ubah posisi tubuhmu. Misalnya saat ini posisimu berdiri, cobalah untuk duduk, atau berjalan. Itu akan sedikit membantu.

Dan, sesekali, marahlah. Katakan pada mereka kamu tak suka diperlakukan seperti itu. Bilang, kamu tersinggung jika mereka bicara seperti itu. Agar mereka paham, kamu tidak nyaman jika mereka begitu. Sehingga, kamu tak perlu memendam masalah tersebut lagi. Karena, mereka yg sudah paham akan mencoba untuk membuatmu merasa nyaman dan tidak tersinggung lagi.

Dicoba ya, para pemendam rasa.

Kumulai part ini dengan hal yg paling sering kulakukan. Dan, mungkin, sering kamu lakukan juga. Semoga setelah ini kita sama-sama belajar untuk terbuka pada diri tentang apa yg kita inginkan.

See ya!

-Aku-

25 Juli '19

Theory Of Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang