Yosep menarik tangannya yang berada tak jauh dari kepala Danil. Cowok itu menipiskan bibir dan perlahan menarik tangan. "Pagi, Radea," sapanya pertama kali selama hampir dua tahun sekelas.
Tak kunjung mendapat respons, Yosep sadar diri dan berjalan ke bangkunya.
🌇🌇🌇
Suara hak sepatu menggema di koridor yang sepi. Kurang lebih satu menit yang lalu bel masuk berbunyi, memberi kode agar seluruh murid masuk kelas masing-masing dan siap belajar. Seorang guru dengan rambut sebahu masuk kelas XI IPA 2 dan disambut antusias dengan muridnya. Ibu guru muda yang murah senyum dan belum menikah.
"Selamat pagi, Anak-anak," sapanya setelah duduk di bangku depan kelas. "Hadir semua?"
"Hadirrrr!" jawab para murid serempak, tetapi minus Radea dan Danil.
Radea menatap wajah terlelap Danil, untung saja mereka duduk paling belakang. Sempat terbesit untuk membangunkan cowok itu seperti pesannya tadi, tetapi melihat Danil yang tak bangun dalam kelas yang berisik barusan, dia jadi kasihan. Pasti cowok itu ngantuk sekali. Radea melihat ke depan, Bu Raya sudah sibuk menjelaskan pelajaran Fisika, sepertinya dia tidak akan sadar bahwa ada satu muridnya yang jiwanya tak di kelas. Melihat itu, Radea tak jadi membangunkan Danil.
Radea mengambil buku paket di tasnya, membuka buku itu, kemudian meletakkan di depan Danil dalam keadaan berdiri. Wajah cowok itu tertutup. Sekarang Bu Raya tak akan mengira ada muridnya yang tertidur kalau tidak memperhatikan.
Pelajaran terus berlanjut, Radea fokus mengamati penjelasan Bu Raya, sedangkan cowok di sampingnya masih juga tidur. Bahkan sampai berganti pelajaran dan istirahat pertama datang.
🌇🌇🌇
Gebrakan di meja membuat Danil tersentak dan spontan mengangkat kepalanya. Matanya membulat, benar-benar terkejut.
"Anjir, apaan lo?" katanya sambil mengelus-elus dada.
"Nyaman amat tidurnya kayak anak kucing yang tidur di perut emaknya," sindir Yosep.
"Emang anak kucing kalau tidur di perut?" tanya Danil kesal.
Danil tidak suka bangun tidur dalam keadaan kaget. Karena kalau bangunnya saja tidak baik, maka sepanjang hari ada-ada saja pekerjaannya yang salah. Entah itu dirasa semua orang atau tidak, yang jelas Danil seperti itu jika bangun tidur. Ibaratnya, kalau pun bom siap meledak, tetapi Danil masih dalam keadaan kaget saat buka mata, maka dia akan tetap menenangkan diri dulu baru bangun. Awal hari harus dimulai dengan perasaan baik agar tak sensitif dan fokus sepanjang harinya.
"Ayo, kantin."
"Gile aja. Mau masukan, entar siang aja."
"WOI, INI UDAH SIANG!" Yosep menunjuk-nunjuk jam di pergelangan tangannya. "Tuh, temen sebangku lo juga udah nggak ada."
Danil melongo. Dia mengecek jam tangan, benar saja sudah siang.
Mengerti keterkejutan Danil, Yosep berujar, "Tadi pagi gue mau bangunin lo, tapi Radea ngeliatin gue kayak singa kelaparan. Nggak jadi gue bangunin. Pas pelajaran, dia malah ngasih buku depan lo."
"Pantes perut gue krucuk-krucuk, udah siang ternyata." Danil memegang perutnya.
"Apaan krucuk-krucuk?"
"Bunyi, tandanya cacing-cacing di perut curi semua nutrisi."
"Ya udah, ayo," ajak Yosep tak sabar.
"Bentar-bentar." Danil melipat tangannya di meja, lalu menjatuhkan kepalanya di sana. Persis seperti posisi tidurnya tadi.
"Lo mau tidur lagi? Katanya lapar."
"Bukan. Gue mesti bangun baik-baik, biar sepanjang hari gue nggak bikin masalah. Bangun dalam keadaan kaget itu nggak bagus."
"Woi, lo bukan bayi!" Ada lagi hal baru yang Yosep tahu tentang Danil, yaitu Danil tidak waras seratus persen. "Lo buruan bangun atau gue tinggal? Oke, gue tinggal," kata Yosep langsung menjawab sendiri pertanyaannya. Dia langsung pergi, tak peduli dengan Danil yang harus tidur ulang agar bangunnya lebih baik.
Danil berdecak. Dia bangun lalu mengejar Yosep. Menabrak temannya itu dari belakang sampai Yosep hampir terjerembap. Kemudian Danil nyengir tanpa dosa saat Yosep memicingkan pada ke arahnya.
"Eh, Sep, Radea ke mana?" tanya Danil. Karena saat bangun Radea sudah tak di sampingnya.
"Dijemput Galang tadi."
"Hah? Kok lo nggak bilang dari tadi, sih, Sep?"
"Emang lo bapaknya?"
Danil menggaruk kepala yang tidak gatal. "Di sekolah gue walinya."
"Wali pala lo."
🌇🌇🌇
Sebentar lagi jam masuk, tetapi Radea belum juga datang. Kelas juga sudah kembali ramai karena memang tak sampai satu menit lagi bel masuk pasti berbunyi. Cowok itu bersandar kemudian melipat tangan di depan dada. Diambilnya buku paket di mejanya, itu pasti buku yang digunakan Radea untuk menutup kepala Danil.
Diraihnya buku itu, tetapi tidak ada apa-apa selain angka di mana-mana. Danil berkedip dua kali, sudah pusing sendiri karena melihatnya. Ditutupnya buku itu dan memasukkan di laci Radea. Namun, di sana ada novel yang membuat Danil mengernyit. Tak jadi menyimpan buku paket di laci, dia meletakkannya di meja. Danil meraih novel bersampul merah itu. Dibacanya sedikit, hanya berisi kisah cinta anak SMA. Isinya, sih, tidak aneh, tetapi yang aneh sampulnya, seperti tidak asing.
🌇
TBC 💜
HAI, JEMPOL KALIAN APA KABAR? BAIK? SEMOGA DENGAN SEHATNYA JEMPOL KALIAN, SEHINGGA BISA MENYENTUH BINTANG DAN KOMEN TENTANG PENDAPAT KALIAN TENTANG CERITA INI.
Terima kasih. ♡♡♥
ESTÁS LEYENDO
Introvert VS Ekstrovert ✔️
Novela Juvenil(TAMAT) Danil, anak baru yang kebetulan duduk sebangku dengan Radea. Cewek aneh yang tidak punya teman satu pun. Danil yang punya sifat mudah bergaul, terus mengganggu Radea dan bertekad agar gadis itu mau menjadi temannya. Semakin lama, Danil sada...
12 || Novel Sampul Merah
Comenzar desde el principio
