Satu

7K 398 2
                                    

Satu, hidup ternyata tidak pernah memberi jawaban secepat kilat. Okey, sebagai manusia penghuni bumi memang sebaiknya tidak usah meminta hal muluk. Miranda juga tidak bisa meminta Tuhan agar meng- klik namanya pada daftar tunggu doa dan mengabaikan permintaan umat lainnya. Hello, who are you? Dua, Miranda berencana bersekutu dengan kolongwewe dan kuntilanak. Setidaknya dia bisa menawarkan tumbal paket lengkap; menyan, dupa, kembang tujuh rupa, dan mungkin air suci yang diambil dari gunung Raja Kera. Dia akan mencoba peruntungan dengan bertanya mengenai prospek pekerjaan yang lebih aman. Aman secara jiwa dan raga. Beberapa hari ini dia hampir mengalami tekanan darah lantaran narasumber incarannya tidak terlalu bisa diajak berkompromi urusan on time. Alhasil, Toni si penjaga pintu neraka yang kini statusnya bergeser sedikit menjadi Toni si masih penjaga pintu neraka, memberinya kuliah berbumbu ceramah. Ugh, nggak keren banget. Tiga, Miranda mulai mempertimbangkan mencoret Nayla dari daftar sahabat-yang-enggak-perlu-dipedulikan menjadi sahabat-yang-enggak-perlu-dipedulikan-dan-mendingan-dijauhin. Hello! Dia mengerti alasan euforia yang meletup-letup bak kembang api tahun baru. Tetapi, okey garis bawahi kata tetapi. Semua ada batasannya.

Padahal Miranda tengah bergelut dengan deadline tugas dari Edi, namun Nayla mulai menunjukkan terkena virus centil.

"Nda, entar aku enaknya pakai baju apa, ya?"

"Mau ke kondangan?" sahut Miranda asal-asalan. Kafe yang mereka kunjungi untungnya tidak terlalu ramai. Aha, mungkin karena akhir bulan jadi pengunjung mulai memikirkan cara menghemat dana. "Oh shit, catatan Edi bikin meriang."

"Nda, butuh pertolongan?"

Miranda menepis tangan Nayla. "Duduk manis."

"Nda," Nayla membujuk, "bantuin dong."

Miranda mendongak, menatap Nayla. "G-O-O-G-L-E."

"Ihhhh, terusin aja. Terus."

Mungkin keputusan Miranda hari ini mengenakan celana cokelat dan blus hitam tidak ada salahnya. Mission number one: tendang Nayla. Mission number two: pura-pura tidak bersalah. Mission number three: kabur.

"Astaga, Nda!"

Seruan Nayla mengalihkan pemikiran kriminal yang mulai dirancang Miranda.

"Yuna, Nda!"

Miranda menengok ke arah yang ditunjuk Nayla. Sesosok wanita berpakaian jins dan kaos putih berjalan menuju kasir. Miranda ingin melanjutkan tindakan kriminal-yang-lebih-baik-segera-dijalankan lantaran dia tidak bisa mengenali wajah yang disembunyikan masker dan topi.

"Nay," bisik Miranda, "kayaknya ngejedotin kamu nggak ada ruginya, deh."

"Yuna, Nda. Masak kamu nggak tahu?"

"Enggak."

"Mantannya Jimmy!"

Wanita yang bernama Yuna itu tampaknya sedang tidak ingin menarik perhatian siapa pun. Terbukti dari pilihan jaket yang dikenakan serta bahasa tubuh yang terkesan tertutup. Yuna memilih meja yang jauh dari keramaian. Pelayan mengantarkan secangkir kopi dan meninggalkan Yuna seorang diri.

"Kok kamu bisa tahu?" Biiip! Suara alarm Miranda mengabaikan tugas, garis miring, amanat Edi. "Padahal nggak ada yang tahu nih," tunjuknya ke sekitar. Satu pengunjung memilih mengabdi pada tugas di laptop, yang kemungkinan lelaki itu seorang akuntan, karena menurut Miranda semua lelaki yang berpakaian parlente pasti bekerja sebagai akuntan. Dua yang lain sibuk memperbincangkan sesuatu yang kemungkinan tidak ingin diketahui Miranda. Wait, dia memang tidak ingin tahu.

"Ya, tahulah. Insting."

Miranda berencana menyambit Nayla.

"Eh, Nda. Yuna kayaknya masih cinta Jimmy deh."

"Sotoy."

"Seriusan. Ngapain cewek milih single setelah putus selama dua tahun?"

"Karena belum menemukan pilihan yang bagus."

"Berarti kamu begitu, ya? Pilihannya busuk semua. Begitu?"

"Masih nyaman dengan statusnya."

"Terus ngapain setiap ke bioskop kamu milihnya film menye?"

"Karena berencana mendominasi dunia dengan kekuatan jomlowati?"

"Kamu butuh ke dokter."

"Nay, rayu Pak Toni dong. Bilang ke dia, 'Miranda baik. Nggak jahat. Tolong biarin dia cuti dong.'"

Nayla sontak memasang wajah siap bertempur. "Enak aja, aku duluan dong yang cuti!"

###

Hai, nggak ada yang saya ubah. Bab lama akan saya terbitkan setelah bab awal yang menjelaskan alasan Miranda resign. 😅 Supaya nggak bingung gitu. 😅

Salam hangat,

G.C

With You... (TAMAT)Where stories live. Discover now