Dua Puluh Empat

1.8K 115 1
                                    

Selamat membaca. :)

James akhirnya bisa membawa Miranda menemui orangtuanya. Well, percaya tidak percaya, ibu James langsung suka dengan Miranda. Wanita itu menyabotase Miranda hingga James tidak memiliki kesempatan berdua saja dengan pasangannya. Sekadar ingin memperkenalkan saudara James kepada Miranda.

Akan tetapi, justru ibu James yang dengan senang hati memperkenalkan Miranda kepada setiap anggota keluarga. Seolah ingin menunjukkan bahwa dia, ibunya James, benar-benar bersyukur bahwa anaknya berhasil mendapatkan seorang wanita yang amat tidak berbahaya. Maksudnya, wanita yang mengenakan pakaian sopan alias tidak mempertontonkan sejumlah besar bagian kulit. Cukup sekali, dia syok saat James menggandeng tangan seorang model dan memperkenalkan wanita tersebut sebagai pacar.

Akhasil di kediaman James semua anggota keluarga, termasuk Felix, merasa takjub. Mereka hanya menduga bahwa James hanya akan membawa pulang pacar.

Pacar, bukan calon istri lho ini.

Voila, ternyata James akhirnya memperlihatkan sisi lain kepada keluarga besar.

Sepanjang perbincangan Miranda diinterogasi oleh anggota keluarga.

1. Apa benar tidak ada yang salah dengan James?

2. Kok bisa kenal James?

3. Yakin mau membina hubungan serius dengan laki-laki seperti James?

4. Sebaiknya Anda memeriksakan diri ke dokter karena mungkin terkena jurus pikat pelet dari James.

“Orangtua dan keluargamu baik semua orangnya.”

James dan Miranda tengah berada di restoran. Miranda menyantap makanannya dengan senyum yang masih terpeta di wajah, sementara James bersungut-sungut teringat pertanyaan Felix mengenai kemungkinan bahwa Miranda terkena pelet.

Aduh-aduh, mana mungkin James menggunakan jurus pelet? Adapun itu berkat kesabaran dan kesungguhan. Dia tidak mau menyerah dengan keadaan dan memilih terus mendekati Miranda. Sebab seorang pejuang cinta haruslah yakin kepada perasaannya. Betul?

“Kak Felix keterlaluan,” James bersungut-sungut. Dia sungguh-sungguh berencana membongkar aib Felix kepada ibunya. Dengan senang hati dia akan menunjukkan timbunan koleksi majalah dan manga dewasa milik Felix. Tunggu saja. Pembalasan selalu terasa indah. “Mana ada aku pakai pelet?”

“Dia, kan, cuma penasaran.”

James memotong daging steak dan mengunyahnya. “Pasti penasaran,” sahutnya. “Sampai mengajukan pertanyaan yang sangat menyinggung hati nurani.”

“Barangkali dia benar.” Miranda meraih gelas dan meminum jus jeruk. “Kalau kamu diam-diam memiliki ilmu pikat jiwo. Jangan-jangan sebenarnya aku itu kena pelet dari kamu.”

“Mana ada?”

“Bercanda, Sayang. Kamu kok lucu gitu sih waktu ngambek.”

James benar-benar tidak habis pikir reputasi miliknya disamakan dengan penganut paham aliran jaran goyang. Lagi pula, tidak semua orang bisa memiliki ilmu pikat semacam itu. Pasti susah. Pasti begitu. Tidak diragukan lagi.

Omong-omong, semenjak Miranda dan James meresmikan hubungan mereka; Morgan, kakak tiri Miranda, ternyata juga sama merepotkannya dengan Felix. Dia mengulik habis-habisan hubungan James dengan sejumlah wanita. James curiga bahwasannya Morgan mencoba menjatuhkan nilai baik James di mata Miranda. Walau kata orang tidak baik berpikir buruk mengenai seseorang, tetapi entah mengapa Morgan terlihat ingin membuat James kehilangan muka di depan Miranda. Terkadang firasat buruk seharusnya diperhatikan sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misal: Miranda percaya omongan Morgan dan meninggalkan James.

Adapun masa lalu James dengan sejumlah perempuan tidaklah buruk. Dia tidak pernah berselingkuh, tidak pernah main tangan, dan selalu bersikap jentelmen terhadap pasangannya. Dia sangat menjunjung tinggi prinsip yang ditanamkan oleh orangtuanya. Lagi pula, alasan putus selalu terkait mengenai ketidakcocokan.

Wait, sebenarnya James pernah diselingkuhin. Jadi, pacarnya tertarik dengan seorang koki yang tengah naik daun. Alhasil dia memutuskan James demi menjalin hubungan dengan koki tersebut.

Kalau dipikir-pikir, James pada saat itu sangat merasa terpukul. Ben pun sempat kesulitan menyemangati James agar kembali kerja dan berusaha mengalihkan perhatian dari “pacar yang tertarik koki seksi” kepada pekerjaan. Cara tersebut terbukti ampuh dan membuat James sedikit lebih baik. Ben memang bisa diandalkan di saat semacam itu.

“Aku nggak pengin kehilangan kamu,” kata James, tiba-tiba.

Seulas senyum tersungging di bibir merah Miranda. “Aku tahu.”

“Dan aku pasti bakalan kehilangan kalau kamu memilih lelaki selain aku.”

“Kamu kebanyakan baca novel romantis.”

“Aku sepertinya memang terpengaruh bacaan dari Ben.”

Entah mengapa keduanya sama-sama meyakini bahwa hal-hal baik pasti terjadi di kemudian hari.

Tidak boleh ada yang merasa berdukacita sebab saat bersama dengan orang yang memercayaimu, segalanya pasti akan membaik.

Termasuk luka dalam hati.

***
Selesai ditulis pada 10 Juli 2021.

With You... (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang