Sepuluh

28.6K 5.3K 206
                                    


My happiest memories

always make me sad.

-Ardiona Widati-

Sebelas tahun lalu...

"Kak Mukti, tolongin dong ini motorku mogok." Diona berdiri dengan telepon di telinganya, dia menghubungi kakak sepupunya karena tiba-tiba saja motornnya mogok di tengah jalan.

"Kamu di mana?" tanya Mukti.

Diona menyebutkan lokasinya berada. "Ya udah tunggu aja, nanti Kakak ke sana."

Setelah panggilan itu dimatikan, Diona memandangi motornya. Matanya mencari-cari bengkel yang letaknya mungkin saja ada di sekitar jalan ini. Dia bertanya pada pedagang yang ada di pinggir jalan, pedagang itu menunjukkan bengkel yang berada tidak jauh dari sini. Diona langsung mendorong motornya menuju bengkel tersebut, karena sepertinya Mukti membutuhkan waktu lama untuk sampai di tempat ini.

Beberapa menit kemudian, Diona tiba di bengkel itu Dia menyeka keringat yang mengucur di dahinya, sambil menunggu motornya diperbaiki. Diona kembali mencoba menghubungi Mukti namun kakak sepupunya itu tidak mengangkat panggilannya. Dia kesal karena panggilannya tidak juga diangkat.

Beberapa menit kemudian nomor asing melakukan panggilan ke ponselnya, Diona mengabaikan panggilan itu hingga nomor itu kembali menghubunginya. "Halo?" sapanya.

"Diona?"

"Ya, siapa nih?"

"Ganang."

"Ganang mana, ya?" Diona memutar otaknya, mencoba mengingat-ingat siapa Ganang. Rasanya nama itu familer.

"Teman Mukti."

"Oh, kenapa, Mas?"

"Kata Mukti motor kamu mogok? Saya ada di jalan yang dikasih tahu Mukti, tapi kamu nggak ada."

"Heh? Kok Mas Ganang sih yang dateng."

"Mukti ada kerjaan. Jadi dia minta tolong saya. Kamu di mana?" tanya Ganang lagi.

"Di bengkel. Deket jalan itu, cari aja," ucap Diona pada akhirnya.

"Oke saya ke sana," ucap Ganang lalu mengakhiri panggilan itu.

Diona mengipas-ngipasi wajahnya menggunakan potongan kardus, entah sudah sejelek apa tampilannya saat ini karena keringat di tubuh dan wajanhnya. Rasanya dia ingin pulang dan mandi karena tidak tahan dengan bau keringatnya sendiri.

Diona mendesah kesal, harusnya dia tidak usah ke mana-mana hari ini, rencana awal untuk pergi bertemu dengan salah satu temannya gagal, saat dia tiba di rumah Desi, perempuan itu sedang pergi bersama pacarnya. Hari ini benar-benar sial bagi Diona. "Masih lama nggak, Pak?" tanya Diona pada montir itu.

"Masih, Neng. Kalau mau ditinggal dulu nggak papa."

"Iya nunggu Kakak saya dulu," jawabnya.

Tidak lama kemudian, sebuah mobil berwarna hitam terparkir di depan bengkel. Dari dalam mobil keluar laki-laki yang sepertinya dikenal oleh Diona namun dia sendiri lupa pernah bertemu di mana. Tubuh laki-laki itu tegap sekali, wajahnya juga lumayan tampan, dia tersenyum pada Diona namun Diona tidak membalas senyuman itu, dia malah mengerutkan kening.

"Masih lama nggak? Saya anter pulang dulu gimana? Nanti saya yang bawa motor kamu balik."

Diona semakin bingung mendengar ucapan laki-laki itu. "Kakak siapa, sih?" tanyanya.

Rahasia DionaWhere stories live. Discover now