Sembilan

31.5K 5.5K 233
                                    

Kalau dirimu masih meneteskan

air mata saat mengingatnya.

artinya dia masih segalanya.

-Anonim-

Diona mendesah panjang saat menginjakkan kakinya di salah satu restoran tempat janji temunya dengan ibu Edo. Akhirnya dia menyetujui bertemu dengan perempuan itu karena tidak tahan dihubungi siang malam. Sungguh dia hanya ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat, dia tahu maksud pertemuan ini pasti agar dia mencabut tuntutan pada Edo, tetapi tentu saja itu tak akan terjadi.

Diona masuk ke restoran dan mencari-cari seorang seorang perempuan yang menurut pesan yang diterimanya mengenakan pakaian berwarna hitam, matanya memindai sekeliling restoran dan menemukan seorang ibu-ibu yang duduk di sudut ruangan sedang memainkan ponselnya. Diona langsung mendekati ibu itu, menyadari kehadiran Diona ibu itu langsung menyambutnya, menyunggingkan senyum dan mengulurkan tangan pada Diona. "Duduk Nak," ucapnya.

Diona memasang wajah datarnya, tidak ada gunanya berbasa-basi. Dia tahu perempuan yang ada dihadapannya ini tidak bersalah, tetapi tetap saja ada rasa tidak nyaman harus bertemu dengan ibu dari orang yang telah melecehkannya. "Langsung aja ya, Bu. Saya masih banyak kerjaan," kata Diona tanpa basa-basi.

Ibu Edo menarik napas panjang lalu mulai menceritakan apa yang terjadi pada putranya. "Pak Chandra ngamuk, dia mukulin Edo sampai babak belur, sekarang dia dirawat di rumah sakit. Sebagai seorang ibu, saya nggak sanggup lihat anak saya begitu Diona."

Diona memperhatikan wajah ibu Edo, mata perempuan itu mulai berkaca-kaca.

"Edo itu... kamu tahu kan kalau saya ini istri kedua Pak Chandra?"

Diona mengangguk kaku.

"Dari dulu Edo nggak pernah dapet kasih sayang dari papanya. Dia mencoba untuk mencari perhatian papanya, tapi begitulah..."

"Saya sudah tahu itu, Bu. Kita langsung ke inti masalah saja," potong Diona. Dia malah mendengar basa-basi soal laki-laki berengsek itu.

"Saya minta tolong agar Nak Diona bisa menarik laporan itu. Kalau sampai Edo dinyatakan bersalah, papanya pasti makin ngamuk."

"Kenapa saya harus mencabut laporan itu?"

"Nak..."

Diona menarik napas panjang. "Maaf ya Bu, tanpa mengurangi rasa hormat saya. Saya tahu latar belakang Edo seperti apa, saya dulu jadi pendengar untuk dia, semua keluh kesahnya tentang papanya saya yang tampung. Tapi apa yang dia lakukan ke saya? Dia melecehkan saya, Bu. Ibu bisa bayangkan bagaimana perasaan saya? Kalau Ibu minta saya mengerti posisi Ibu, gimana dengan Mama saya? Kalau seandainya ibu jadi Mama saya, tahu anaknya dilecehkan seperti ini, saya rasa Ibu juga akan marah. Proses hukum akan terus berjalan, Bu. Masalah Edo dipukuli oleh Pak Chandra itu bukan urusan saya. Maaf Bu, saya permisi." Diona langsung berdiri dari tempat itu meninggalkan ibu Edo begitu saja. Bukannya dia tidak punya hati, tetapi dia yang paling tersakiti di sini.

*****

"Kurang ajar banget ibunya minta anaknya dilepasin gitu aja," kata Naisha geram saat Diona menceritakan apa yang terjadi padanya. Saat ini mereka berdua sedang ada di rumah Naisha. Diona sengaja menginap di sini agar bisa menceritakan semuanya sekaligus menghindar dari Pak Chandra.

"Dan papanya sekarang mulai ngejer-ngejer gue," tambah Diona.

"Emang gila, ya. Harusnya biarin aja anaknya di penjara biar sadar apa yang dilakukannya itu salah. Walau gue nggak yakin dia bakal sadar. Dia kira semudah itu maafin orang yang udah ngelecehin kita? Lo nggak salah Di, lo harus tetep berjuang supaya si Edo ini dapet ganjarannya," kata Naisha berapi-api.

Rahasia DionaWhere stories live. Discover now