Part 18 Kutukan

183 13 0
                                    

Part sebelumnya :

Handaka hanya menggangguk dan kemudian keadaan menjadi seperti sedia kala. Kakek Fatah dan Paman Kuning segera menghilang, hanya menyisakan Handaka yang kini tengah mencoba menyadarkan Raya yang masih pingsan di lantai kamar rumah itu.

***

Aku memandang ke arah jendela, mataku menelisik memandangi setiap inchi apa yang berada di luar rumah. Kamar ini berada di lantai tiga yang merupakan kamar tidurku sendiri. Aku segera bergegas untuk mandi dan bersiap-siap pergi menuju kampus, hubunganku dengan Raya berjalan mulus pasca kejadian waktu itu. Alhamdulillah sang kakak sudah sadarkan diri dan sudah bisa beraktifitas seperti biasanya.

Setelah acara bersih-bersih dan sarapan selesai, aku segera memanaskan mobil dan bersiap pergi ke kampus. Mobilku meluncur dengan kecepatan sedang menuju kampus tercinta, tak terasa sekitar 45 menit berkendara akhirnya aku sampai di pelataran kampus. Banyak yang berubah dengan kehidupanku setelah kejadian waktu itu, seperti saat ini contohnya orang lain mungkin akan sedikit risih jika bisa melihat apa yang sedang terjadi dengan diriku ini. Seorang kakek tua renta dengan pakaian serba putih serta seorang pria dewasa dengan pakaian serba kuning memakai keris berwarna perak yang tersemat di punggungnya mendampingiku pergi ke kampus.

Kepekaanku terhadap makhluk-makhluk gaib ini juga kian menjadi-jadi. Aku menjadi sering sekali melihat orang-orang yang diselimuti aura gelap, hantu-hantu yang berseliweran di sana-sini ataupun kepulan asap hitam yang menurut Kakek Fatah adalah suatu dimensi untuk masuk ke dunia makhluk-makhluk yang aku lihat barusan. Seorang temanku yang bernama Deri kemudian menyapaku. Ia adalah teman satu kelasku, awalnya aku tidak terlalu dekat dengannya. Namun ketika tanpa sengaja kami masuk di dalam kelompok diskusi akhirnya kami berdua menjadi akrab sampai saat ini.

"Oi, Han! Masuk kelas mana hari ini?" tanyanya sembari melambai ke arahku.

Aku hanya tersenyum dan kemudian menjawab pertanyaan Deri barusan, "Oh ... hari ini ada kelas di ruang C. Lu sendiri di kelas mana, Der?"

"Hmm ... kyknya kita ga satu kelas hari ini, Han! Okelah gw masuk kelas dulu ya." Ucapnya sembari kemudian ngeloyor pergi.

Aku sebenarnya tidak mau mengatakan ini, jujur saja sebenarnya aku risih dengan keadaan Deri. Aku akhirnya mengerti kenapa tangan kanan Deri sering mengalami keram atau susah digerakkan. Deri juga bercerita kalau memang sering ketindihan atau Sleep Paralyze dalam bahasa ilmiahnya saat ini. Aku melihat kalau ada seorang anak kecil berjenis kelamin wanita sedang bergelayut di tangan kanannya. Anak itu selalu saja mendelik ngeri ke arahku dengan matanya yang berwarna merah darah, tampaknya ia sangat tidak setuju jika aku berdekatan dengan Deri.

"Aku ingin membantunya, Kakek!" gumamku pelan.

"Bisa saja ... tapi tidak disini!" jawab Raden Kuning.

"Aku serahkan kepada kalian!" ujar Handaka dan kemudian bergegas memasuki kelas.

Raden Kuning dan Kakek Fatah segera menghilang, mereka berjalan menuju ke ruangan di mana Deri berada. Mereka berdua berjalan mendekati Deri yang sedang memperhatikan sang Dosen menjelaskan mata pelajarannya hari ini. Tidak ada yang aneh, namun sebenarnya tepat di hadapan Deri saat ini sudah ada seorang Kakek-kakek tua bermisai putih dan berjubah putih serta seorang pria muda dengan pakaian serba kuning tepat berada di depan matanya.

"Aku harap kamu segera meninggalkan anak ini!" ancam Raden Kuning.

Anak kecil itu tersenyum jahat. Ia menatap Raden Kuning dan Kakek Fatah lekat-lekat, "Aku tidak ada urusan dengan kalian berdua! Pergi dari sini!" ucapnya dengan nada membentak dan kemudian sebuah terjangan angin dengan cepat menghantam tubuh Raden Kuning.

Raden Kuning hanya tersenyum. Ia mengeluarkan keris peraknya dan menghalang serangan angin tersebut hingga menyebabkan serangan angin barusan terpental dan mengakibatkan pintu masuk seketika terlepas dari engselnya. Semua mahasiswa yang berada di ruangan tersebut terkejut. Mereka tidak menyangka tiba-tiba saja pintu ruang kelas mereka terlepas dari tempat semestinya. Semuanya berbondong-bondong mengecek keadaan pintu tersebut terkecuali Deri yang tampaknya kini tengah dirasuki oleh makhluk tersebut.

"Pergi kalian dari hadapanku! Atau akan aku bunuh anak ini!" ancamnya.

"Haha ... maaf-maaf saja bocah! Aku tidak akan kalah darimu!"

Raden Kuning dengan cepat mengeluarkan keris peraknya sekali lagi dan menancapkan keris tersebut tepat di leher Deri. Sesungguhnya yang dilakukan oleh Raden Kuning adalah menutup jalan masuk antara jin tersebut ke tubuh Deri dengan menusukkan keris perak tersebut. Raden Kuning sudah mengatur kekuatannya sedemikian rupa agar tubuh Deri tidak berdampak sama sekali dan hanya menyebabkan jin tersebut yang terluka. Makhluk itu tiba-tiba menguap menjadi asap hitam dan menghilang di udara disusul dengan ambruknya tubuh Deri di lantai ruang kelas.

"Semuanya selesai, kakek!"

"Hmm ... syukurlah!"

Kedua makhluk tak kasat mata itu kemudian menghilang dan kembali menuju Handaka sang tuan mereka.

"Bagaimana?" ujar Handaka setengah berbisik.

"Semuanya berjalan lancar!" balas Kakek Fatah dengan suaranya yang berwibawa.

"Baguslah kalau seperti itu! Aku mulai terbiasa dengan semua pengelihatan ini, kakek!" ujar Handaka terus terang.

"Ya ... sudah seharusnya seperti itu. Nantinya akan lebih banyak lagi orang yang membutuhkan bantuanmu!"

"Baiklah, kakek! Terutama aku ingin membersihkan makhluk-makhluk jahat yang bersemayam di kampus ini."

"Hoo ... aku sangat bersemangat melakukan hal itu!" timpal Raden Kuning kegirangan.

"Dasar ... anak muda memang taunya cuma berkelahi!"

Raden Kuning terlihat menggaruk kepalanya yang sebenarnya memang tidaklah gatal.

#Bersambung

HARIMAU PENJAGA IIWhere stories live. Discover now