Part 9 Masalah Dihari Pertama Perkuliahan

250 16 0
                                    



Part sebelumnya :

"Tampaknya aku harus tidur lagi. Mungkin itu hanya mimpi buruk! Anggap saja sebagai bunga tidur." ujar Handaka pelan sembari menarik selimut dan bersiap untuk tidur kembali.

Ia tidak pernah berpikir, bahwa sebenarnya ada pesan yang benar-benar tersirat untuknya dari mimpi buruk tersebut.

***

Matahari mulai menunjukkan rupanya kepada dunia, sinarnya yang terang perlahan-lahan masuk ke dalam kamar lewat celah-celah kaca. Handaka masih belum bangun dari tidurnya, tampaknya ia masih larut dalam mimpi indahnya pagi itu.

Mang Dirman perlahan-lahan naik ke lantai dua. Ia berniat untuk membangunkan sang Tuan mudanya agar tidak terlambat menuju kampus. Handaka memang seharusnya sudah memasuki hari kuliah pertama pada hari ini.

Pintu kamar perlahan-lahan dibuka dan Mang Dirman segera menarik selimut yang masih setia menutupi tubuh sang Tuan muda.

"Tuan muda!! Bangun! Sekarang sudah siang. Bukankah Tuan muda hari ini ada kuliah perdana!" ujar Mang Dirman sembari berteriak. Ia juga menggoyang-goyangkan badan Handaka, agar Tuan mudanya ini cepat tersadar dan bangun dari mimpinya.

Handaka hanya menggeliat bak seekor ulat, pertanda ia benar-benar masih menikmati tidurnya kala itu.

"Hoam ... berisik sekali sih!" ujarnya sembari mengigau.

"Apanya yang berisik!!! Tuan muda bangun!!!" teriak Mang Dirman sekali lagi. Kali ini teriakan itu begitu keras terdengar, karena Mang Dirman berteriak tepat di dekat kuping Handaka.

Handaka terkejut bukan kepalang akibat teriakan Mang Dirman yang tepat berada di samping kupingnya, rasanya gendang telinganya bergetar mendengarkan teriakan Mang Dirman di pagi buta seperti ini.

"Iya-iya!! Aku bangun, Mang! Tidak bisa apa membangunkan aku tanpa berteriak! Memangnya sekarang sudah jam berapa?" ujar Handaka sembari mengucek-ngucek matanya. Ia segera beranjak dan melirik ke arah jam weker yang tampaknya tidak terdengar bunyinya pagi ini.

"Astaga ... satu jam lagi kelas pertama dimulai! Kenapa Mang Dirman baru membangunkan aku sekarang? Aku bisa telat ini!" omel Handaka.

"Saya sudah dari tadi membangunkan, Tuan muda! Salah sendiri kenapa tidur lagi!" balas Mang Dirman sembari ngeloyor pergi.

"Sial ... kalau begini bisa-bisa absenku bolong di hari pertama!" umpat Handaka.

Ia segera beranjak dari atas tempat tidurnya dan berlari menuju ke dalam kamar mandi. Tidak lama kemudian, Handaka keluar dari dlaam kamar mandi. Ia yang telah menuntaskan hajatnya di pagi hari dan sudah mandi segera bersiap dengan mengenakan kemeja berwarna biru, celana jeans berwarna senada, sebuah sepatu kets, jam tangan di sebelah kanan dan tidak lupa sebuah cincin bergagang platina dengan batu cincin yang berwarna coklat menghiasi jemari manisnya.

"Yosh ... semuanya sudah, sekarang tinggal berangkat! Semoga saja jalanan tidak macet!"

Handaka segera mengambil tas ranselnya yang berada di sebelah meja belajar. Dan dengan cepat berlari ke arah bawah kemudian mencomot beberapa potong roti yang kini sudah berpindah ke tangannya.

"Ayo pergi, Mang! Aku sudah siap ini!" teriak Hanes dari ruang tengah.

"Iya, Tuan muda!"

Mang Dirman segera keluar dari dalam kamar dan menutup pintu utama. Mobil sudah dipanasi dan mereka berdua sudah bersiap untuk pergi.

Sekitar 30 menit kemudian, Handaka dan Mang Dirman memasuki pelataran sebuah kampus swasta terkenal di kota tersebut. Handaka membuka kaca mobil dan menjulurkan kepalanya keluar. Ia berniat bertanya kepada seorang Satpam yang tengah sibuk membagikan karcis parkir.

HARIMAU PENJAGA IIWhere stories live. Discover now