Part 7 Matinya Kuntilanak Merah

286 24 2
                                    

Part sebelumnya :

Pertarungan kembali memasuki fase yang lebih serius. Raden Kuning terpaksa menghadapi ancaman dari Kuntilanak Merah yang mendiami sebuah rumah kosong di ujung jalan. Lalu siapa seorang pria tua yang memata-matai Raden Kuning dari kejauhan dan apakah Raden Kuning akan menang dengan mudah dalam menghadapi sang Kuntilanak Merah.
***

Seekor Harimau muda dengan corak loreng berwarna kuning kini terlihat sedang sibuk menerkam dan menerjang kesana kemari. Raden Kuning masih mencoba untuk menyerang Kuntilanak Merah yang kini berada di hadapan matanya, makhluk ini sangat lincah menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh Raden Kuning.

"Hihi ... hihi ... Apa hanya itu kemampuan yang kau punya, Harimau bodoh? Aku seperti sedang bermain dengan seekor kucing sekarang ini!" ledeknya sembari tertawa cekikikan.
"Sejujurnya aku juga masih menahan kekuatanku sebelum menghabisi dirimu itu! Lagipula lama-lama aku mulai muak dengan wajahmu yang pucat dan menyeramkan itu!" balas Raden Kuning.
"Aku adalah seorang Putri yang memiliki wajah cantik nan menawan! Kau itu yang tidak lebihnya seperti seekor peliharaan! Kita memang tidak sepadan!" umpat Kuntilanak Merah itu sekali lagi.

"Haha ... aku membawa sebuah cermin! Jika memang, kau ingin melihat bagaimana rupa wajahmu yang cantik menawan itu!" ledek Raden Kuning.
"Kau ... biadab! Berani-beraninya kau menghina wajahku! Rasakan ini!"
Kuntilanak Merah itu dengan cepat menghujamkan cakar panjangnya ke arah Raden Kuning dan tepat mengenai lengan kanan Raden Kuning yang berniat menangkis serangan barusan.

"Tidak akan mudah melukai aku! Kau pikir, kau itu siapa?" balas Raden Kuning. Ia kemudian mendorong kuku-kuku yang dimiliki oleh sang Kuntilanak Merah yang sebelumnya diarahkan kepadanya.
"Hmm ... kau cukup kuat, Raden! Aku akui itu!"
"Aku tidak butuh pengakuan dari seorang Jin jahat seperti dirimu! Kau sudah seharusnya lenyap dari muka bumi ini!" bentak Raden Kuning. Ia terlihat benar-benar marah saat itu, terlebih tangannya yang sebelumnya ia gunakan untuk menangkis serangan dari sang Kuntilanak Merah perlahan mengeluarkan darah berwarna hijau.

"Haha ... kau masih bisa terluka juga ternyata Raden!"
"Diam kau!!!"

Raden Kuning segera melompat dan kemudian menerkam Kuntilanak Merah tersebut hingga berguling di atas tanah, hal yang terjadi selanjutnya Raden Kuning segera mengigit leher dari sang Kuntilanak Merah hingga membuat leher tersebut berpisah dari tubuhnya.
"Mati kau! Grr!!!" umpat Raden Kuning. Ia kemudian melompat ke belakang sedikit menjauh dari Kuntilanak Merah yang sudah terdiam kaku tak bergerak.

Raden Kuning perlahan-lahan kembali lagi ke wujud manusianya. Ia terlihat cukup kelelahan setelah menghabisi sang Kuntilanak Merah, setelah dirasa cukup aman Raden Kuning berniat untuk meninggalkan rumah kosong tersebut. Namun baru saja ia berpaling dari sang Kuntilanak, tiba-tiba sebuah aura dingin dengan niat membunuh begitu kental terasa di udara.
"Sial ternyata dia belum juga menyerah!"

Raden Kuning segera membalikkan kembali badannya dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang ada di hadapan matanya saat ini adalah tubuh dari Kuntilanak Merah tersebut terlihat melayang di udara, ditambah dengan kepalanya yang terputus terlihat melayang-layang dan kemudian menyatu kembali dengan tubuhnya hingga kembali seperti semula.
"Hihih ... hihi ... hihi ... Tidak semudah itu, Harimau busuk!"

"Huh ... Tampaknya memang harus menggunakan itu untuk menghadapi makhluk ini!" ujar Raden Kuning sembari menghela nafas panjang.
Kuntilanak Merah yang kini masih melayang di udara dengan cepat mengarahkan kuku-kukunya yang tajam ke arah Raden Kuning, kuku-kuku itu melesat dengan tujuan untuk mencabik-cabik tubuh dari Raden Kuning itu sendiri. Raden Kuning yang menyadari akan adanya serangan kejutan segera meloncat ke arah samping dengan tujuan menghindari serangan tersebut.

'Brak!!' sebuah pohon yang berada tepat di belakang Raden Kuning perlahan tumbang dan jatuh ke tanah, hal ini diakibatkan oleh serangan Kuntilanak Merah yang tidak berhasil mengenai Raden Kuning barusan.
"Hampir saja! Kalau tidak mungkin aku akan terluka lebih dari ini! Apa boleh buat kalau begitu! Aku akan sedikit lebih serius menghadapimu, Jin jahat!!"

Raden Kuning segera menarik sarung keris berwarna perak dengan untaian bunga melati yang melingkari sarung keris tersebut, ukiran bermotif kepala Harimau menghiasi ujung gagang dari keris berwarna perak itu ditambah dengan kilatan cahaya berwarna putih terang yang memancar tepat setelah keris tersebut ditarik dari sarungnya.

"Argh!!" Kuntilanak Merah tersebut yang melihat kilatan cahaya terang berwarna putih segera menutup matanya dengan kedua tangannya. Ia juga terlihat sangat terusik dengan cahaya tersebut.
Raden Kuning yang melihat sang Kuntilanak Merah kehilangan fokusnya selama sesaat segera berlari dengan cepat dan melompat keudara. Ia berniat menghunuskan keris tersebut tepat ke jantung dari sang Kuntilanak Merah, hal yang terjadi selanjutnya adalah Kuntilanak Merah tersebut mengerang dengan sangat keras, "Argh!! Keparat kau!!" disusul dengan meledaknya tubuh dari sang Kuntilanak Merah tersebut di udara.

"Fiuh ... akhirnya selesai juga! Aku terlalu menganggap remeh makhluk ini ternyata!"
Kakek Fatah yang sedari tadi memperhatikan apa yang telah dilakukan oleh Raden Kuning segera mendekat dengan ilmu meringankan tubuh yang ia miliki.
"Kau memang tidak pernah berubah, Raden! Masih saja gegabah dalam mengambil keputusan!"
Raden Kuning yang tiba-tiba mendengarkan suara Kakek Fatah segera menoleh ke arah belakang berniat melihat dari mana suara tersebut berasal.

"Kakek ... kenapa Kakek bisa berada disini?" tanya Raden Kuning sembari membungkuk memberi hormat.
"Aku hanya curiga dengan dirimu yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak! Dan dengan mendeteksi aura yang kau miliki, aku sampai di tempat ini! Bukankah sebelumnya aku sudah bilang untuk tidak bertindak gegabah? Sekarang lihat apa yang terjadi dengan dirimu!" bentak Kakek Fatah. Ia terlihat begitu kesal, karena Raden Kuning tidak mau mendengarkan apa perkataanya beberapa saat yang lalu.
"Maafkan aku, Kakek! Aku hanya berniat untuk menyelesaikan semuanya tanpa harus membuat Kakek kesusahan!"
"Apanya yang membuatku kesusahan? Bukankah dengan tingkah lakumu yang seperti ini justru membuat aku semakin kerepotan? Apa kau mau, kalau kupanggilkan Istrimu kesini? Aku rasa ia akan dengan sangat senang hati memberikan beberapa pelajaran hidup kepadamu, Raden!" ancam Kakek Fatah.

"Jangan ... jangan, Kakek! Aku mengaku salah! Aku minta maaf!! Tapi ... jangan sampai perempuan itu mengetahui yang sebenarnya, Kakek!" pinta Raden Kuning setengah mengiba.
"Ulurkan tangan kananmu ke depan!" perintah Kakek Fatah.
Raden Kuning dengan segera menjulurkan tangannya ke depan Kakek Fatah disusul dengan Kakek Fatah yang menumpahkan sebuah cairan yang terdapat di dalam sebuah botol kecil berwarna putih.

"Argh!!" sebuah asap putih muncul ketika cairan dari dalam botol tepat mengenai luka yang diderita oleh Raden Kuning, terlihat luka yang diterima oleh Raden Kuning sebelumnya menutup dengan cepat disertai sebuah uap putih seperti terbakar yang menguap di udara.
"Tidak ada obat yang rasanya manis, Raden! Lagipula itu salahmu sendiri untuk bertindak gegabah! Sekarang mari kita pulang! Anak itu tentunya butuh penjagaan, aku sudah melonggarkan waktuku cukup lama hanya untuk sekedar melihatmu bertarung membabi-buta seperti itu!"
"Baik, Kakek!" Raden Kuning hanya bisa pasrah dan mengikuti kemanapun Kakek Fatah pergi.

Mereka berdua terlihat meninggalkan rumah kosong yang berhantu tersebut, sedangkan Kuntilanak Merah sang Putri dari Negeri Jin yang sudah bermukim selama seribu tahun di tempat itu harus bernasib naas. Ia terpaksa harus lenyap setelah diburu oleh Raden Kuning perlahan tapi pasti untuk sementara waktu tidak akan ada aktifitas alam gaib yang meresahkan manusia di sekitar komplek kediaman Handaka.
#Bersambung
Note penulis : Silahkan koment, share dan juga rate cerita ini. Makin banyak koment dan juga share kalian adalah semangat bagi penulis untuk terus update cerita ini. So ... jangan sampai ketinggalan ya. Selamat membaca!!

HARIMAU PENJAGA IIWhere stories live. Discover now