Pernikahan (1)

Depuis le début
                                    

Doa segera di panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Shalawat dilantunkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw. Tangan menengadah, tetes-tetes air mata mengalir deras dari mempelai perempuan dan ibundanya. Pagi yang sejuk dengan suasana haru dan meriah. Lalu kemudian Fajar dituntun ibunya menemui Wanda di atas kursi pelaminan, ia sudah ditunggu pengantinnya dengan senyum paling menawan sepanjang acara berlangsung. Wanda terlihat sangat elok dan anggun, ia cantik bak seorang putri dari kerajaan Jawa.

Mereka berdua saling memasangkan cincin perak sebagai simbol bahwa mereka berdua sudah resmi menjadi separang suami-istri. Wajah Wanda berseri-seri, ia sangat bahagaia bisa menikahi seorang lelaki berpendidikan dan juga seorang dokter muda. Fajar Wiratama, adalah lelaki yang seumur hidupnya dikenal cukup baik di lingkungan keluarga, pergaulan dan masyarakat. Attitude dan unggah-ungguhnya di nilai baik oleh keluarga Hamid. Karena itulah mereka sepakat menikahkan putrinya dengan anak seorang guru besar.

Para tamu mulai menikmati hidangan, ada yang langsung berjalan ke arah mempelai. Meminta foto bersama dengan macam-macam gaya. Fajar mengundang hampir semua teman-teman kuliahnya dari fakultas kedokteran dan juga rekan-rekan kerjanya di rumah sakit. Tamu Wanda juga tak kalah sedikit, mereka berdatangan silih berganti. Sesi foto keluarga sampai harus di undur sebab para tamu tak sabar ingin mengucapkan selamat pada mempelainya.

Teman-teman Wanda di Semarang dan sekitarnya sudah hadir. Mereka memberikan doa dan ucapan selamat. Rekan-rekannya yang dari Dinas Kementrian Kota Semarang juga turut hadir memeriahkan acara hari ini. Banyak pula pejabat daerah yang hadir, mereka mendapat undangan khusus dari Hamid Abdullah yang ternyata seorang anggota DPRD di Jawa Tengah. Ada pula dosen dan guru besar yang tersebar di universitas negeri sampai swasta yang hadir, mereka adalah rekan-rekan dan sahabat Hadid Wiratama, ayahanda Fajar.

Suasana masih ramai dan meriah sampai siang hari, pukul sebelas kurang. Fajar masih menunggu kedatangan seseorang, seluruh keluarga besarnya sudah datang sejak pagi menyaksikan ijab qobul yang ia ucapkan. Namun, sampai detik ini matanya belum melihat wajah ayu sepupunya yang selalu dibalut dengan jilbab bercorak kalem.

Dialah perempuan yang mengisi hari-hari Fajar. Perempuan yang diharapkan olehnya namun tidak ditakdirkan untuk bersanding dengannya di kursi pelaminan hari ini. Sungguh miris kisah cintanya.

"Ada apa Mas?" Wanda memegang tangan kanan Fajar dengan erat. Ia tersenyum sangat manis.

"Tidak ada apa-apa, Dik." Fajar berusaha tersenyum walau hatinya terasa resah. Sungguh, ia merasa berdosa masih memikirkan perempuan lain sementara disisinya ada perempuan menawan yang sudah halal baginya. Ia segera beristighfar kepada Tuhan Semesta Alam, sebab ia sedang zina hati dan pikiran.

***

Zanna tidak punya kado spesial untuk sepasang pengantin yang baru saja meresmikan ikatan suci di waktu Dhuha tadi. Ia hanya mengulas senyum hambar di wajahnya yang pucat. Sudah beberapa hari ia tidak makan dengan teratur, ia seperti tak bersemangat untuk hidup, setiap hari hanya terkulai lemas di atas tempat tidur. Ya, benar-benar tidak ada aktivitas apapun selama sepekan ini. Kondisinya semakin mengkhawatirkan, sampai abah dan ibunya bingung harus bagaimana menghadapi anak gadisnya itu.

Zanna masih tersenyum, senyum kebohongan di atas rasa perih yang mendera. Tidak ada yang bisa membaca senyum palsu itu kecuali Ibu dan Abah. Ia melangkahkan kaki menuju pelaminan, memandang Wanda penuh dengan rasa iri dan cemburu. Ia berani berandai-andai saat langkahnya kian dekat.

Andai saja dia yang berada di sana, di samping Fajar dengan menggenggam erat jemari lelaki itu. Ah sudahlah, semua itu hanya mimpi. Dada Zanna semakin sesak, seolah ia kehilangan oksigen untuk bernapas.

"Zanna?" suara Fajar menyadarkannya dari lamunan paling tidak masuk akal.

"Iya, Mas. Maaf, Zanna baru datang." Ucap Zanna sambil menunduk.

Zanna menangkupkan kedua tangannya di depan dada sebagai isyarat jabat tangannya pada Fajar. Lalu kepada mempelai wanita ia sempat mencium pipi Wanda barang sebentar. Ia tak kuasa menahan pedih ketika melihat raut senang Wanda, perempuan itu benar-benar cantik. Zanna sendiri seolah tersihir, Wanda terlihat cantik sekali. Zanna tak kuasa menatap pengantin perempuan itu, rasa cemburunya kian memuncak.

Apakah esok ia akan menikah? Dengan lelaki yang paling ia cintai di dunia ini? Siapa... siapa lagi selain Fajar?

Zanna segera menepis lamunan bodohnya.

"Selamat ya Mas Fajar dan Mbak Wanda. Semoga pernikahannya barokah!" lisannya masih sanggup mengucapkan kata selamat pada dua mempelai yang saat ini terlihat sangat bahagia, tapi hatinya tidak.

"Terimakasih, Zanna, adikku." Jawab Fajar kalem.

"Cepat menyusul Dik Zanna." Ucap Wanda dengan senyum menawannya.

Zanna benar-benar merasa iri melihat kebahagiaan istri sepupunya itu. Betapa beruntungnya Wanda yang telah menemukan tambatan hati, seolah surga sudah mampu Wanda tapaki saat masih di dunia. Mata Zanna mulai memanas, ia beranikan diri menatap wajah Wanda dan Fajar sekali lagi. Mereka menjadi raja dan permaisuri dalam waktu sehari, rasa bahagia dirasakan banyak tamu yang hadir kecuali Zanna.

Zanna tidak mau berlama-lama berada di sana, ia ingin segera pergi menjauh sebelum pesta itu berakhir. Kakinya tak sanggup berdiri lebih lama di antara ratusan atau mungkin ribuan tamu yang datang, telinganya tidak tahan mendengar alunan nasyid indah yang sedang dibawakan oleh seorang perempuan bersuara merdu, apalagi matanya—yang sudah tak sanggup membendung derasnya air bah.

Zanna berlari sambil menyeret roknya yang menjuntai ke lantai menuju area parkir. Alunan nasyid semakin samar terdengar tatkala ia keluar gedung megah itu. Kini ia mencari sedan silvernya dan segera mengemudikan mobil itu dengan kecepatan tinggi.

Andai ia tidak takutdosa yang akan ditanggung, andai mati bunuh diri itu diterima oleh Tuhan-nya. Mungkindia sudah menabrakkan diri berkali-kali hingga mati.    


Lanjutkan membaca sampai selesai.

Silahkan Vote, Share and Tambah ini ke Reding List kalian ya... :))

Mau Komen apapun juga boleh.

Nafas Cinta Zanna [Pindah ke Dreame]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant