Hari Yang Panjang

80 9 1
                                    


1 Januari 2019

Semalaman dari malam tahun baru kemarin aku masih belum juga tertidur. Semua ini karena Athan yang tak kunjung membalas pesan ku. Andai Athan tahu bahwa aku hampir setengah gila sendiri memikirkan keadaannya. Rasanya seperti seorang ibu yang memikirkan anak gadisnya yang tak kunjung pulang. Kini aku sedikit mengerti perasaan ibu yang selalu memarahi ku jika pulang larut malam, ku pikir karena ibu takut omongan tetangga. Tetapi ternyata karena ia begitu cemas kepadaku. Rasa cemas nya ia luapkan dalam bentuk memberikan ceramah 3 jam pada ku. Mungkinkah jika Athan akhirnya membalas pesan  ku, aku juga akan menyemprot dirinya dengan seribu kalimat hujatan? Ntahlah, setidaknya sekarang aku mengerti bahwa ibu sangat menyayangiku.

Pukul 01.12 malam ia baru menghubungi ku, mengatakan bahwa ia menginap dirumah temannya karena sudah terlalu larut malam jika harus pulang ke kostan. Ia baru saja menghabiskan waktu semalaman untuk bersenang-senang dengan teman kantornya, acara bbq katanya. Teman se kantor, berarti ada Vina disana. Mulailah dari malam hingga pagi ku menjadi cenayang dadakan. Memanjatkan doa terus-menerus meminta kepada Allah agar Athan dijauhkan dari segala macam bentuk dosa. Pikiran ku keluar lalu lalang melewati batas yang tak seharusnya. Pikiran negatif menyelimuti ku malam itu. Bagaimana tidak, mengingat ada Vina disana, mengingat semua foto-fotonya yang begitu 'mudah' dengan lelaki. Membuat ku ketar-ketir sendiri membayangkan apa yang sedang dilakukan Athan disana. 

"Ya Allah, Jaga Athan Ya Allah. Jangan kau turunkan kadar keimanan pada dirinya. Kasihan kedua orangtuanya jika ia berbuat yang macam-macam." 

Dari malam hingga saat ini, kerjaan ku hanya menangis dan berdoa. Rasanya begitu tulus ku ucapkan sampai hatiku sendiri bergetar karena ucapan ku. Malam itu Athan tak kunjung membalas pesanku. Pagi itu aku meninggalkan pesan padanya. "Athan luangkanlah waktu untuk mendengarkan ceritaku, ini sangat  penting."

Athan, tak membalas pesanku. Lagi-lagi aku lupa makan hari ini karena terlalu sibuk memikirkannya. Aku yakin sekali bahwa Athan sedang bersama Vina sekarang. "YaAllah.. Jaga Athan." Aku sangat takut Athan melakukan hal bodoh. Pukul 09.08 ia baru membalas pesanku. Ia hanya menjawab beberapa pertanyaanku yang khawatir dengan singkat,

Pesan pukul 01.57 "Besok luangkanlah waktu untuk mendengarkan ceritaku segara.."

"Atau jika kamu mau tahu sedikit bagian kecilnya kamu bisa membacanya sekarang"

Tak kunjung pesanku di balas paginya ku mencoba menghubungi athan lagi di pukul 08.17 "Athan jangan malam malam ya luangin waktunya. Aku harus persiapan untuk besok."

Akhirnya Athan pun membalas pesanku di pukul 09.08 "Coba apa? Aku mau sedikit bagian kecilnya"

"besok kau mau apa??" balas Athan dengan singkat.

"pulanglah Athan.." pintaku dengan hati yang sangat lirih berharap dia mau mengerti.

Namun setelahnya Athan kembali menghilang, ia tak ada kabar seharian. Kembali aku menjadi was-was. Ku belum tidur semalaman berharap bisa tidur nyenyak siang ini tapi nyatanya tidak juga. Hatiku sangat risau dan gusar membayangkan apa yang sedang dilakukan Athan diluar sana.

Hari itu... menjadi hari yang amat panjang untukku sebab yang ku lakukan hanya menunggunya membalas pesan dan menghubungiku.

Hingga akhirnya, pukul setengah sepuluh malam selesai sudah penantianku di hari itu. Athan akhirnya menghubungiku. Aku sedih kenapa ia tidak bisa sedikit saja membiarkanku mengetahui keadaannya. Kenapa ia membiarkanku menunggu semalaman. Ia tahu aku gusar. Tapi dia tidak peduli. Aku ingin marah kepada Athan, tapi rasa cintaku mengurungkan semua rasa kesal itu. Aku bersyukur setidaknya Athan masih mau menghubungiku, tidak benar-benar menghilang seperti apa yang ku takutkan.

Patah Hati Yang Tak BiasaWhere stories live. Discover now