Penghujung tahun akan menjadi akhir atau awal kisahku yang baru?

231 18 9
                                    




Senin, 31 Desember 2018

Hari ini bisa dikatakan bahwa ini adalah hari yang dimana membuatku banyak merenung akan semua dosa dan kesalahan yang telah ku perbuat dari awal tahun hingga sekarang. Mungkin jika tidak ada cobaan dari Dia Yang Maha Kuasa, aku tidak akan merenungkan semua kesalahanku malam ini. Mungkin, aku hanya akan tersenyum melihat kembang api diatas langit, menelpon dia sang kekasih idaman ku yang berada jauh disana dengan bahagianya seolah tak memiliki beban.

Tapi tidak, dari seminggu yang lalu hatiku telah di patahkan oleh pengharapan yang ku buat sendiri. Sudah lama aku menjadi lupa diri sebab kebahagian yang ku terima justru membuatku lupa bersyukur atas Dia yang memberikan rasa bahagia itu. Kini, kembali diambilnya rasa bahagia itu sebab aku yang lupa bersyukur. Sudah hampir setahun lebih sejak tahun 2016 akhir ketika aku mengenal kebahagiaan itu. Aku mengenal sosok pembawa kebahagian. Seorang lelaki yang menjadi sumber kebahagiaan untukku sendiri kala itu. Penyambut pagiku, Pembawa keceriaan untukku, dan Ia sukses menjadi penyemangatku, di saatku mulai bermalas-malasan. 

Sebelum hadirnya ia, hidupku terasa hambar atau ntah hanya perasaanku saja yang berfikir begitu. Sebelumnya aku tak pernah mengenal cinta yang begitu serius. Sebabku masih begitu muda, tak ada waktu bagiku untuk mengenal cinta. Sibuk adalah pekerjaan sehari-hariku. Belajar, belajar, dan belajar. Itulah yang aku lakukan sebelum mengenal apa itu cinta. Terdengar membosankan bukan? Tapi percayalah, kala itu ku mungkin lebih bahagia, aku baik-baik saja, aku wanita yang ceria dan sehat, aku hebat, aku seseorang yang berprestasi. Aku, luar biasa. Sampai akhirnya aku mengenal sesuatu yang disebut cinta. Cinta ini lebih rumit dari teori matematika yang sering ku pelajari. Rumusnya tidak dapat ditentukan. Ntah apa yang salah. Ini adalah Sesuatu di luar batas kemampuanku memahaminya.

Aku mengagumi dia sebagaimana fitrah manusia pada dasarnya, mencintai hamba Allah. Ku menyukai dia, sebab sifat yang melekat pada dirinya. Jujur saja, banyak laki-laki yang lalu lalang di hidupku, berusaha keras mendapakan hatiku tapi ku selalu membatu. Tidak peduli atas apa yang mereka lakukan untuk mendapatkan perhatianku. Aku selalu menganggap mereka remeh, sebab bagiku sungguh lelaki yang hanya bisa mengajak pacaran tidak patut untuk di idamkan. Mereka hanya ingin memuaskan batin namun tidak berani bertanggungjawab.

Pria yang mampu meluluhkan hati yang begitu keras ini ialah sosok yang luar biasa. Namanya athan, jika kau pikir ia datang di kehidupanku seperti laki-laki lainnya yang mencoba masuk, kau salah. Dia tak pernah memintaku untuk jadi kekasihnya, aku sendiri yang tergila-gila olehnya. Sebab apa? Sebab ia sungguh menjaga tutur katanya, tak mudah berjanji namun selalu membuktikan. Sungguh indah ekspetasiku tentangnya kala itu, dia seperti sosok sempurna tanpa celah. Ia hebat, ia bertanggungjawab, ia pandai, ia pekerja keras, ia begitu menjaga hubungannya dengan Yang Maha Kuasa. Lelaki yang luar biasa bukan? Akan jarang sekali kau dapati lelaki yang seperti itu. 

Setidaknya itulah yang ku pikirkan dulu. Lika-liku dalam hubungan kami juga tidaklah sedikit, salah satu bagian masalah terbesar dalam hubungan kami waktu itu ialah hadirnya wanita yang mencintai dia sedari kecil. Sebut saja ia mawar. Aku yang bukan siapa-siapa merasa bahwa aku tak pantas di bandingkan dengan dia yang sudah mencintainya sedari dulu. Aku merasa bahwa aku tidaklah tau apa-apa mengenai Athan di bandingkan wanita itu. Pertengkaran terjadi antara kami. Aku memutuskan untuk pergi sebelum ku merusak segalanya. Semenjak ku mengenal athan dan mawar, banyak kejadian yang terjadi. Setidaknya hal terbaik yang terjadi pada diriku saat itu ialah aku menjadi lebih dekat denganNya. Saat aku di hina dan di cemo'oh oleh mawar sebabku dekat dengan athan. Aku tak pernah membalas, mengadukannya kepada athan saja tidak. Sebab ku takut mereka bertengkar karena aku. Aku takut, pertemanan yang dijalani oleh mereka sejak lama hancur karena aku, si orang baru. Apa yang bisa ku lakukan? Tentu sebagai hambaNya aku hanya bisa berdoa. Doa adalah satu-satunya senjata yang ku punya.

Patah Hati Yang Tak BiasaWhere stories live. Discover now