Pulangnya Januari

100 9 2
                                    

Selama ini, yang kutahu hanyalah aku mencintaimu tanpa berharap lebih, dan terbalaskan. Tak ada hal lain yang kuinginkan selain tenggelam dalam bertutur katamu. Jujur, aku begitu lemah jika harus berhadapan dengan sosok yang tidak bisa aku taklukan. Apalagi yang mampu membuat debar jantungku menjadi tak karuan; aku lebih memilih untuk menjauh daripada harus terjatuh.

Tetapi denganmu tidak seperti itu. Aku justru mendekat tanpa takut akan sakit. Aku menjadi seseorang yang berani dalam mengambil konsekuensi walau berjuang seorang diri. Aku, menemukan sisi lain dalam diriku sendiri ketika berada didekatmu. Bukankah itu merupakan suatu anugerah yang tidak main-main?

Selain mengetahui bahwa ada yang merasa beruntung menemukan aku, kurasa tidak ada salahnya jika akupun menaruh sedikit harapan dalam percakapan kita. Terselip doa-doa disetiap tatapan yang saling mengisi. Kutitipkan cita-cita pada deretan tawa yang kita rangkai di pertengahan jalan pulang. Ini benar-benar mendebarkan sampai aku takut sendiri ketika membayangkan jika pada pertengahan siang suatu hari nanti kita usai.

Tapi, bukankah sedari awal memang aku yang mencintaimu tanpa berharap lebih dan terbalaskan? Apakah boleh jika untuk kali ini aku serakah untuk memilikimu?


—wnpputri, 2021.

Mencintaimu Seperti Menanti OmbakWhere stories live. Discover now