Penumpang

342 24 5
                                    

Kau adalah rumah
bagi bintang-bintang
yang merindukan pelukan;
hening-hening
yang menghangatkan;
sepi-sepi yang meramaikan.

Aku selalu bertutur
bahwa kau bisa
menjadi rumah
bagi para senja.

Tetapi kau menolak.
Malam lebih indah
daripada pergantian
petang ke malam
yang hanya sekejap, katamu.

Namun di mataku,
waktu yang terindah
adalah ketika kau
berada di sisiku.

Tidak peduli mau itu sejuk,
badai, terik, dan banjir di bumi;
yang ku ingini hanyalah
menghabiskan sisa-sisa
rambut yang tak lama
lagi akan memutih;
bernafas di waktu
sekarat ketika kau
ada di dalam dekapkan
yang tak lagi kuat mengikat;
hingga sewaktu maut
menjeput tak akan
terasa sakit meski
ruh ini ditarik.

Sayangnya,
kau tetaplah rumah
bagi para bintang-bintang.
Sedangkan aku,
hanyalah sebuah bulan;
yang juga tidak
sengaja menumpang.

Bukankah egois,
jika ingin menjadi
satu-satunya sedang
untuk hidup pun,
aku bergantung
kepada bintang?

—2018

Mencintaimu Seperti Menanti OmbakWhere stories live. Discover now