Far Away

365 63 0
                                    

"Hei" Ken mentapku memperlihatkan senyum bodohnya lagi. Entah kenapa ia sering sekali melakukannya. Aku sedang berada di rumah kaca di dalam kampusku, menyegarkan fikiran sebentar. Aku menatap ke arahnya.

"Namjoon, dia bertanya padaku apa kau sehat" Ken duduk di sebelahku "Jadi kau tak pernah membalas pesannya atau teleponnya lagi?"

"Sehat, sangat sehat" aku menjawab seadanya "paling paling hanya tanya sedang apa. Bukan sesuatu yang esensial untuk dijawab" aku sedikit memberi alasan

"Tapi kau esensial baginya Jin" Ken menarikku menghadapnya "Kalau tidak penting, kenapa kau makin murung akhir-akhir ini? Jawab jujur" Aku membuang wajahku. Risih. Itu pertanyaan yang tidak mau aku dengar. Aku sedang malas berbohong.

"Cuaca semakin dingin, kau tahu aku mudah terkena flu. Jadi badanku sedikit tidak enak" kukira itu jawaban yang masuk akal

"Kalau begitu bodoh sekali kau datang ke rumah kaca ini setiap hari. Lebih hangat di kelas dibanding disini" Ken terkekeh, dia menang. "Jangan suka bohong, hidungmu tambah panjang nanti"

"Sudah kubilang Jin, temukan kebahagiaanmu" Ken menatap langit-langit. "Kau diciptakan bukan untuk menderita, kalau kau merasa begitu bisa jadi kau sendiri yang memilihnya"

"Tapi kenyataannya begitu tuh" aku menjawab singkat

"Menderita itu pilihan Jin. Kau pikir aku tidak pernah susah? Menderita itu bukan pilihanku. Apapun yang terjadi, ya bahagia saja" Ken terkekeh. Ia memang hampir tak pernah terlihat sedih selama aku mengenalnya. Itulah mengapa aku berfikir hidupnya selalu bahagia.

"Hidup ini sudah berat, jangan dibuat tambah berat" Aku melihat Ken yang masih menatap langit-langit rumah kaca.

"Ken, kalau orang kau cintai selalu meninggalkanmu. Apakah kau masih berani untuk mencintai dan dicintai?" Aku berkata pelan, fikiran ini selalu membelengguku.

"Kenapa harus takut? Lalu kau menderita dan yang mencintaimu juga tak kalah menderita? Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi Jin. Lakukan kalau memang hatimu berkata demikian"

"Tapi bukan hal mudah bagiku Ken"

"Hei" Ken menoleh ke arahku, aku langsung menoleh ke arahnya "kau diciptakan sebagai manusia Jin, bukan mesin penghancur"

.
.
.

"RM Rilis Lagu Baru Diamond Kin Memanas Tuntut RM Tanggubgjawab Atas Perbuatannya"

Aku masih peduli, bagaimanapun mereka adalah orang yang penting bagiku. Namjoon mengeluarkan lagu barunya hari ini, aku sudah tau beberapa hari lalu karena ia sempat mengirimku pesan untuk mendengarkan lagunya. Diiringi lagunya aku menatap langit-langit kamarku, aku tak cukup gengsi pada diriku sendiri untuk mengakui bahwa aku merindukannya. Berjalan-jalan menyusuri Kyoto, cerita tentang bagaimana harinya melalui telepon, mengirim gambar aktifitas kami masing-masing, meminta saranku atas lirik yang dia buat, apapun yang kami lakukan sebelum ini, aku merindukannya.

🎵I have a long way to go
But there are no taxis
And it feels like it's gonna rain
The weight of today on top of my sagging shoulders
I wanna put it down for a moment
Home is far away🎵

Jisoo, mungkin dia sudah membenciku
sebelumnya tapi aku yakin ia makin membenciku ketika tahu bahwa Namjoon bersamaku saat dia di Kyoto. Ia tak akan suka jika aku bersama Namjoon. Sudah kubilang, kenapa harus aku? Mungkin ini lebih mudah bagi Namjoon kalau ia bukan mencintaiku, atau sebalikya ini lebih mudah kalau itu bukan Namjoon.

END Home [Namjin FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang