YNWA

470 61 0
                                    

Bel rumah berbunyi, aku tahu siapa yang datang. Namjoon mengabariku sebelumnya bahwa ia sudah berada di dekat rumah singgahku. Aku menggendong Eiji menuju pintu karena si gembul ini tidak mau ditinggal saat kami bermain.

"Masuklah" aku mempersilakan Namjoon masuk ke dalam. Eiji menatap bingung kepada pria tinggi di depan kami itu.

"Konichiwa" Namjoon menampakkan senyumnya pada Eiji

"Turun. Ayo perkenalkan diri dulu dengan teman Jin" aku menaruh Eiji . Eiji membungkuk dan memperkenalkan diri

"Namaku Namjoon, Eiji lucu sekali. Namjoon senang bertemu dengan Eiji" Namjoon mengusap pipi Eiji

"Namu-chan, kenapa pipi Namu-chan bolong saat telsenyum?" Eiji menunjuk pipinya sendiri

"Ini dimple. Coba Namu-chan lihat pipi Eiji" Namjoon berlutut memeriksa pipi Eiji "Wah Eiji juga punya tapi kecil, nanti kalau Eiji sudah besar pasti terlihat"

"Oh begitu ya Namu-chan? Eiji juga ingin tumbuh tinggi sekali sepelti Namu-chan" kekeh Eiji

"Pasti dong. Eiji harus makan banyak kalau begitu" Namjoon tersenyum gemas. Aku hanya memperhatikan mereka berdua. Ternyata Eiji jauh lebih ramah pada Namjoon dibandingkan dugaanku sebelumnya.

"Ayo Namu-chan, Eiji akan kenalkan Namu- chan pada ojii-chan Eiji" Eiji berlari mendahului kami menuju ruang pertemuan di belakang

"Jin, jujur aku sedikit berfikir untuk datang kesini. Kau tahu kan apa yang terjadi padaku sebelumnya? Aku takut mereka tidak bisa menerimaku" Namjoon berkata sendu, tapi cukup kuacungi jempol tekadnya untuk datang kesini dan memulai lingkaran baru. Ya, itu tak mudah untuk orang seperti dia. Seluruh negeri sudah tau kalau dia adalah mantan orang yang berencana bunuh diri.

"Tenanglah. Tiap orang pernah melakukan kesalahan kan? Tidak ada alasan kita untuk menghakimimu dan menganggap diri kami suci" Aku mencoba menyemangatinya. Hanya itu yang bisa kulakukan.

Di ruang tengah keluarga tuan Lee sudah berkumpul kecuali Ken yang memang izin terlambat karena harus mengumpulkan ke laboraturium. Tuan Lee tersenyum lebar, aku sudah bercerita padanya tentang temanku yang aku ajak kesini. Awalnya Tuan Lee kaget, tapi dia bilang bahwa ia senang Namjoon datang dan ia mengakui Namjoon hebat karena dapat melalui masa-masa kelamnya.

"Selamat datang" Seluruh keluarga Lee mengucapkan salam pada Namjoon tak terkecuali si kecil Eiji yang membeo saja. Padahal faktanya ia sudah bercengkrama dengan Namjoon di depan tadi. Namjoon membungkuk sopan salam khas orang Korea.

"Wah kau tampan bila dilihat langsung. Bintang dunia memang beda" tawa khas tuan Lee menggema dalam ruang. Namjoon terlihat tersipu mendengar ucapan Tuan Lee.

Satu persatu anggota perkumpulan datang, aku senang mereka menyambut Namjoon hangat. Setidaknya itu dapat mengusir kekhawatiran yang Namjoon ceritakan padaku tadi. Tak jarang aku dan Namjoon bertemu mata, aku hanya mengacungkan jempol saat ia tersenyum padaku. Aku apresiasi karena dia dapat mengalahkan kekhawatirannya. Kuberitahukan satu rahasia, kadang kekhawatiranmu akan membuat dirimu menderita berkali-kali lipat.

"Jin" Aku sedang di dapur membantu Nyonya Lee menyiapkan makanan

"Hei, Bagaimana? Mereka menyenangkan bukan?" Namjoon mengangguk sambil tersenyum

"Sudah kubilang , khawatirmu itu tidak penting"

"Emm, Aku bisa bantu apa?" Tanyanya di sampingku

"Bawa ini ke meja makan saja, sebentar lagi aku akan menyusul kesana untuk makan bersama" Aku menyerahkan sepanci sup untuk dibawa ke meja makan.

END Home [Namjin FF]Where stories live. Discover now