9.Welcome to The Jungle (Part 1)

Mulai dari awal
                                    

"Dasar anak kampung, kenapa kau melawan.. bla.. bla.. bla.."

"Tidak ada sopan santun..bla..bla.. bla..", Bibi tidak berhenti mengomel,

Pagi itu suasana yang tenang berubah menjadi kekacauan, ketika Bibi bertanya Anna ingin menjawab tapi nenek sudah menekan pundak Anna agar dia tidak mengeluarkan perkataan apapun, ketika nenek menggertakkan giginya Anna tahu peraturan dirumah ini : dengarkan saja orang tua mengatakan apa saja yag dikehendaki hatinya..

"Sudah.. Sudah.."

Nenek berusaha menenangkan dengan tongkat segitiga aluminium ditangan kirinyanya dipukulkan kelantai, dimana tangan kanannya menekan pundak Anna yang terdiam bersama Phoebe di teras. kak Nancy hanya menghela nafas terus menerus dari dalam rumah, hal itu sudah sering terjadi..

"Anak Kurang ajar bla..bla.. bla.."

"Dia masih anak kecil.. sudah tak pantas ngomong begitu.."

Entah sudah berapa lama Bibi mengulang marahannya dengan kata-kata yang sama, nenek pun berusaha meredakan amarahnya, Anna sangat kesal dia hanya ingin membela diri kenapa dia malah diberikan perkataan kasar namun dia memilih untuk diam walaupun hatinya terasa sakit dan ingin menangis..

"Pantas kau dibuang ibumu..", 

Anna terkaget seperti pisau yang menancap dijantungnya, bahkan bibi juga terdiam ketika dia sadar mengucapkannya

"Aku tidak dibuang..", 

Anna tidak ingin lagi mendengarkan ucapan bibi, dia menangis dia berlari ketempat yang paling jauh dari Bibi dan semua perkataan kasarnya

"Aku tidak dibuang..", 

Anna tidak bisa keluar rumah karena gerbang selalu terkunci dengan gembok yang selalu ditaro diruang makan dan dijaga nenek..

Dia menuju halaman belakang, disana sedikit lebih kering dari teras depan, dia melingkarkan badannya menutupi wajahnya. Tubuhnya yang kurus memperlihatkan tulang punggung dan lehernya yang keluar dari baju berwarna kuning tipis yang dipakainya. Dia menangis disana, dia benar-benar terluka, dia terluka dengan kenyataan yang orang-orang pikirkan tentang dia, anak kurang ajar yang dibuang ibunya..

Telepon dari Mama

Dulu orang-orang belum banyak yang menggunakan telepon genggam seperti sekarang ini. Telepon genggam berat dan hanya orang dewasa yang pakai, banyak sekali warung telepon yang menyewakan telepon berbayar di mana-mana. Begitu juga dengan orang tua Anna hanya papa yang punya elepon genggam dan dirumah Anna sendiripun tidak mempunyai telepon. Biasanya Mama dipinjamkan telepon dari Bapak Ibu minyak atau membayar di warung telepon jika berbicara lama dengan keluarga, yang pasti bukan papa, mereka idak memiliki hubungan seperti itu. Papa hanya datang kekampung berkunjung seperti tamu atau mama hanya datang ke kota untuk mengantar Anna, mereka jarang mengobrol bahkan membicarakan entang Anna sekalipun.

Anna sedang menunggu namanya dipanggil ketika nenek mengobrol dengan mama yang menelepon dari warung telepon di kampung, hatinya menjerit bersukacita karena Mama menelepon. Dia dan Phoebe duduk dibalik kursi yang memisahkan mereka dan nenek yang sedang menelon denga sekali-sekali menoleh kebelakang mengintip pembicaraan nenek dan ibunya.

"Anna telepon dari Ibumu..", Nenek memberikan gagang telepon berwarna putih tulang itu  kepada Anna.

Anna beranjak dengan sedikit  berlari  untuk mendengar suara mama dia bahagia sekali berhari-hari tinggal disini baru kali ini mama meneleponnya

"Hallo Mama.."

"Bagaimana keadaanmu disana Anna?"

"Baik ma, "

"Apakah kau bahaga disana Ahh.. kau sudah menjelajahi sussex?"

"Kami hanya berpergian dengan mobil, selebihnya hanya tinggal dirumah.."

"Kau pasti bahagia tanpa mama ya..", suara mama terdengar gemeter seperti menahan air matanya,

Tadinya Anna ingin menceritakan tentang Emosi bibi nya yang tidak stabil dan neneknya yang suka menjelek-jelekkan mama didepan Anna atau pertengkarannya dengan anak bibi, Phoebe atau menanyakan asal-usul kak Nancy, namun serelah mendengar suara lirih mama Anna mengurungkan niatnya..

"ma .."

"Ya?"

" bisa kirimkan sepedaku kesini, aku tidak bisa meminjamkan sepeda ketetenga karena Nenek melarang kami keluar, hanyak ak Nancy yang punya sepeda disini"

"...."

" bisakan ma?"

suara hening mama membuat Anna yakin mama tidak akan mengirimkannya

"... Ya Anna nanti mama kirimkan.. ngg mama senang kau menikmati waktumu disana, tolong berikan teleponnya kembali ke nenekmu.."

"Baik Ma..."

Anna menyerahkan gagang teleponnya kebali kepada Nenek ang duduk dikursi merahnya, tubuhnya yang gendut dan bungkuk menggeser berlahan kursinya mendekat telepon, mereka melanjutkan perbincangan mereka. Mereka diberikan tanda oleh nenek dengan tanggan kuat yng keriput itu agar meninggalkan ruangan itu.

"Ibumu tidak mau mengobrol denganku?", Phoebe bertanya

Anna hanya diam saja , tidak tahu harus menjawab apa dan masih bimbang kenapa ibunya menangis.

Ketika mereka melewati ruang tamu yang direnovasi mereka juga melewati dapur dimana kak Nancy sedang menyetrika dan Bibi Vero yang sedang duduk di meja makan mereka yang besar, ah apa yang dilakukan wanita pemarah itu?, sebuat telepon tanpa kabel dengan ukuran seperti botol minum dilekatkannya erat ke telinganya.

Wah wanita ini bukan hanya pemarah , dia juga menyadap pembicaraan orang lain..





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mimpi Dibawah Pohon Ek (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang