2. Perjalanan Panjang (Part 1)

10 0 0
                                    

Sebagai keturunan Indonesia-Belanda Anna kerap sekali menjadi bahan perundungan teman-temannya karena kulitnya yang tidak putih seperti orang bule, tampilannya yang dekil dan kurus dan matanya yang berwarna cokelat.

Hari ini perjalanan kesekolah tampak cerah, namun hati Anna serasa tidak ingin menginjakkan kaki disekolah hari ini. Suara anak-anak dengan jeritan dan tawa masih menghidupi jalan disepanjang bukit menuju sekolah walau hujan tidak mau berhenti sebelum matahari terbenam. Sesekali para petani menegur anak-anak yang berisik yang dengan sengaja menginjak lumpur, namun anak-anak itu malah lari dan melakukannya ditempat lain untuk menciprat lumpur kepakaian orang-orang yang lewat disebelahnya.

Anna melirik salah satu anak laki-laki yang ikut ke Danau pelangi kemarin, wajahnya tampak lesu, mungkin dia ketahuan dan kena marah orangtuanya pikir Anna. Anna mencari-cari anak-anak lainnya yang kemarin ikut ke Danau pelangi, ah itu ada anak-anak yang lebih besar, seperti hari lainnya mereka terus mengganggu anak-anak kelas satu, mereka baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda mereka dihukum.

 Anna mencari-cari anak-anak lainnya yang kemarin ikut ke Danau pelangi, ah itu ada anak-anak yang lebih besar, seperti hari lainnya mereka terus mengganggu anak-anak kelas satu, mereka baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda mereka dihukum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dung... Dung.. Dung..

Lonceng gereja berbunyi tujuh kali, artinya kelas sudah akan dimulai.

Hari ini kelas Anna sepi, beberapa anak laki-laki tampak menggunakan jacket, Pita bilang mereka ketahuan suster bermain hujan di hutan sepulang sekolah.

" Bodoh sekali kan..", suara dengan nada mengejek Pita yang menyebalkan itu terdengar sampai seisi kelas,

Nana, anak yang paling cerewet dikelas tampak tak terdengar suaranya, sampai suster Theresa tengah mengajar dikelaspun Nana tidak muncul juga. 

Anak perempuan disamping Anna bercerita kepada anak lain yang duduk dibelakangnya kalau anak laki-laki yang ketahuan bermain hujan kemarin dihukum suster kepala, anna hampir saja berdiri untuk menghampiri anak-anak itu ingin mendengar hukuman yang diberikan, 

"Hei, gadis kecil berponi dan temannya yang ngobrol dikelas saya, silahkan maju kedepan.."

suster Theresa memanggil anak-anak itu, padahal saat itu suster sedang menggambar bagian-bagian alat indera di papan tulis namun dia selalu bisa mendapati anak yang tidak tertib tanpa harus menoleh kebelakang.

"Kalian dihukum karena mengobrol didalam kelas, kalian tahu anak-anak mata guru itu tidak hanya didepan ada juga dibelakang dikiri dan kanan untuk mengawasi anak-anak yang baik dan yang nakal, jadi jangan mengucapkan satu katapun tanpa diminta selama ibu menerangkan, paham?", suster Theresa yang cantik memberikan pengertian dengan seksama,

"Paham suster..", anak-anak menjawab lalu suster melanjutkan gambarnya, 

mereka disuruh berdiri didepan kelas sepanjang pelajaran, anak-anak itu hampir menangis dipojokan.

Hati Anna mulai gelisah.

Barangkali mereka yang pergi ke danau pelangi juga akan ketahuan, seperti yang suster Theresa bilang, suster benar-benar mengawasi anak-anak. Dalam keadaan hujan dan lingkungan sekolah yang besar, di dekat hutan, ada anak-anak yang ketahuan bermain hujan itu adalah hal yang mustahil.

Mimpi Dibawah Pohon Ek (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang