New Person

167 9 6
                                    

Sekarang aku sedang berada dirumah Ariana. Oh kalian tidak akan percaya bagaimana berbedanya flat milik Ariana dengan rumahnya yang sedang kusinggahi dan katanya malah akan jadi tempat tinggal sementaraku di Miami.

Memang tak semewah rumah Selena dan Justin, tapi setidaknya rumah ini jauh lebih baik daripada Flat kepunyaan Ariana di California sana. Kalau memang Jason yang dulu memberikan flat sempit itu untuk Ariana, aku senang dia bisa mati muda. Manusia pelit itu memang harus segera dicabut nyawanya.

Tapi tidak. Jason bukanlah kepiting pelit seperti itu. Sebenarnya dia adalah orang yang cukup baik. apalagi dengan rekan kerjanya. Tapi tidak terlalu sering. Kalau mereka melakukan kesalahan kecil, Jason bisa mengamuk sejadi-jadinya.

Ariana bilang padaku, kalau aku bebas melakukan apa saja pada rumahnya. Tetap saja secara tersirat, artinya Ariana juga menyekapku. Di Miami, tanpa uang sepeserpun? Sial, lagi-lagi aku merasa sedang dipermainkan.

Ponsel.

Sial… tertinggal di hotel tadi! Apa yang harus kulakukan? Mengambilnya, atau merelakan ponsel malang itu tertinggal begitu saja dan ditemukan oleh orang lain? Tak apa sih, tapi kan aku masih membutuhkan ponsel itu untuk menghubungi Nathan.

Sekali lagi sial. Aku merindukan mereka semua.

Apa boleh buat. Ariana tak bisa mengaturku dalam segala hal. Selama aku belum memiliki alasan yang kuat untuk tetap tinggal disini, buat apa aku menuruti semua ucapan Ariana? Dia juga belum mengancamku sama sekali. Dan kalaupun dia sempat mengancamku, aku juga tetap tidak akan peduli.

Tapi, haruskah aku mengambilnya malam ini juga? siapa peduli? Kalau aku mengulur waktu terlalu lama, bisa saja kemungkinan terburuk akan terjadi pada ponselku yang ikut-ikutan bernasib malang sepertiku. Andai dia bisa menghilang dan kembali padaku dengan sendirinya.

Tekadku sudah bulat. Aku akan pergi menyelamatkan ponselku agar aku bisa menghubungi Nathan dan yang lainnya. Paling tidak, untuk menanyakan bagaimana kabar anak-anakku.

Mari berharap kalau Isaac tidak menginap di kamar hotel itu, atau sudah ada pengunjung lain yang datang menginap diruangan itu. Kalau itu terjadi, kemungkinan aku akan mendapatkan ponselku kembali berkurang dari 90% menjadi 20%.

Sebelum pergi, aku pergi ke garasi sambil berharap dan sedikit mencoba berpura-pura menjadi penyihir yang sedang menyulap garasi itu agar bisa memunculkan sebuah mobil beserta kuncinya.

Aku tahu khayalanku terlalu tinggi, tapi siapa tahu Ariana memang menyiapkan sebuah mobil untukku secara diam-diam?

Mungkin bukan untukku, tapi semacam mobil cadangan yang bisa dipakai oleh siapapun yang kebetulan melihatnya. Termasuk aku.

Syukurlah mantraku berhasil serta mimpiku berubah menjadi kenyataan. Aku tak tahu disebut apa kejadian seperti ini. Kebetulan ataukah keberuntungan, kedua-duanya juga tak jadi masalah asalkan aku bisa segera mengambil ponselku.

Harapanku berikutnya adalah, semoga saja aku tidak berurusan dengan Isaac atau siapapun itu yang menghambat langkahku. Bukannya apa-apa, masa hanya ingin mengambil ponsel saja harus beradu tinju dan membuang-buang waktu?

Dengan penuh percaya diri, begitu turun dari mobil aku langsung menuju kamar tadi. Tidak sulit untuk menemukan yang mana kamar Isacc. Cukup melihat kamar mana dilantai ini yang memiliki bodyguard. Itulah kamarnya.

Namun, keadaan tak sesuai akan harapan. Saat aku hendak keluar dari lift, dari kejauhan aku bisa melihat dua orang berpakaian rapi seperti bodyguard sedang berdiri di depan kamar Isaac.

Awalnya aku sedikit tidak yakin kalau orang itu adalah seorang bodyguard yang ditugaskan untuk menjaga kamar Isaac, tapi begitu mereka menyadari kehadiranku, mereka langsung berlari menghampiriku dan membuatku segera kembali masuk kedalam lift.

KIMBERLY 2: The Scarlet ReturnWhere stories live. Discover now