Rasa Yang Tertinggal

152 8 0
                                    

Waarniinggg!! Part ini khusus 18+ Please yang dibawah umur jangan dibaca, abort mission, I repeat, abort mission! hahaa..

Ghaliya menatap mayat lelaki tua renta yang terduduk kaku di sudut kamar bersawang itu. Darah di tubuhnya masih belum mengering sepenuhnya. Bola mata bulat dengan iris cokelat muda itu terus memandangi lubang bekas gigitannya yang meninggalkan jejak di leher Mbah Nurug. Sebenarnya dia sengaja pura-pura beraksi membantu Suhana dengan menggigit leher Nurugan di area yang tidak akan benar-benar membuat suaminya mati. Jika dia tidak bertindak cepat, mungkin Suhana sendirilah yang akan menghabisi nyawa Nurugan. Ghaliya adalah jenis jin penyembuh, dia tahu dia bisa menyelamatkan suaminya hanya dengan cara itu. Sangat tidak mungkin melawan Suhana, jenis jin perang secara terang-terangan sendirian. Namun begitu, raut khawatir masih sangat terukir jelas di wajah putihnya. Perasaan tidak tega yang menyelimuti hatinya kini berpacu dengan rasa takut akan ketahuan Suhana dan Sulfika. Ingin rasanya cepat-cepat dia menghampiri tubuh yang terkapar itu dan menyembuhkannya. Tapi selama Suhana dan Sulfika ada disini dia tidak bisa melakukan apa-apa. Kekuatan mereka berdua akan membuatnya mati jika mereka harus bertarung. Yah walaupun kekuatan Sulfika tidak dapat dihitung karena dia termasuk kedalam jenis jin cinta yang hanya mempunyai kekuatan menggoda yang luar biasa, setidaknya dia akan berpihak pada Suhana. Dia harus secepatnya mencari cara untuk mengalihkan perhatian mereka berdua.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang Kak Suhana? Nurugan sudah tidak ada, apa sebaiknya kita kembali saja ke dunia jin? Tanya Sulfika.

"Jangan mengada-ngada Sulfika, urusan kita masih belum selesai disini. Gadis itu.. kita harus mencari cara untuk melenyapkannya, jawab Suhana dengan wajah penuh dendam. Kini wajah cantik dengan raut bengis itu menoleh ke arah Ghaliya.

"Ghaliya, apa yang kau lihat dari mayat pengkhianat itu? Tanya Suhana.

"Tidak ada kak, aku hanya sedang berpikir jika Pasukan Pengaman Rakyat Wentira mengendus hal ini, kita akan menjadi buronan, sebab Nurugan telah terdaftar menjadi warga kerajaan Wentira ketika menikahi kita, bahkan dia juga mendapat kehormatan dari pangeran negeri Wentira, Gulfar, jawab Ghaliya.

"Kalau begitu biar kuhancurkan saja mayatnya sampai berkeping-keping, tidak akan ada bukti, sambung Suhana.

"Jangan kak, pangeran sekaligus Kepala Badan Pertahanan Kerajaan Wentira Gulfar memiliki isteri manusia, dia sepenuhnya akan berpihak pada manusia sebagai korban pembunuhan jin, kita akan terkena hukuman berlapis jika ketahuan, menurutku lebih baik Nurugan kita kubur saja. Mayatnya akan terurai dan tidak akan ada yang bisa mengoreknya sampai kemari, terang Sulfika.

"Kau benar juga, tapi.. Aku sudah terlalu jijik untuk menyentuh tubuhnya, kata Suhana.

"Serahkan saja padaku kak, kalian pergilah dulu mencari gadis tadi sebelum kehilangan jejak. "Semua mayat ini akan kubereskan, ucap Ghaliya sungguh-sungguh.

"Kenapa kau mau melakukannya? Suhana bertanya dengan nada curiga.

"Aku sadar aku adalah isteri ketiga dalam arti yang paling bungsu, harusnya aku membantu kak Suhana dan Sulfika dalam hal apapun kan? Nurugan sudah mati, kalianlah satu-satunya yang kupunya, aku tidak ingin merepotkan kalian kak, biar hal ini aku yang urus.

Suhana tak menyangka Ghaliya punya pikiran sedewasa itu padahal selama ini dia isteri yang paling manja, banyak maunya, suka menuntut dan paling lengket dengan Nurugan sehingga terkadang membuat dia dan Sulfika iri. Namun sekarang karakternya yang menyebalkan itu berubah total sejak kematian suami mereka.

"Baiklah, kalau sudah selesai segera temui kami.

"Baik kak.

Ghaliya ikut mengantar kepergian mereka dengan maksud untuk memastikan mereka benar-benar sudah pergi. Dia baru masuk kedalam rumah putih itu ketika punggung kedua jin wanita tadi tidak terlihat lagi. Ghaliya bergegas menemui Nurugan yang masih tak sadarkan diri. Dia belum mati, walaupun kehilangan banyak darah. Semua karena Ghaliya sebenarnya masih menyisakan sedikit kekuatan didalam tubuh Nurugan.

"Kuharap sedikit kekuatanku masih bekerja pada tubuh ringkihmu itu Nurugan, bangunlah..

Terlihat butiran bening menggumpal disudut kedua mata cokelatnya. Ghaliya segera mengerahkan seluruh kekuatan penyembuhan yang dimilikinya dan berkonsentrasi penuh menyalurkannya ke tubuh kaku Nurugan. Tetes-tetes keringat dan air matanya telah bercampur satu, menggelinding jatuh dari wajah rupawannya ke lantai kotor berdebu. Rambut ikal gelombangnya yang panjang sebahu juga sudah basah akibat hujan keringat dari seluruh kulit tubuhnya. Karena sudah satu hari dibiarkan tanpa pengobatan, tubuh keriput itu menjadi sangat lambat menerima transferan energi dari Ghaliya, seperti kecepatan download sebuah film berdurasi dua jam yang hanya sekitar 62,5 kbps.

Perlahan luka-luka dipunggung dan leher Mbah Nurug tertutup rapi tanpa jahitan. Tubuh rentanya yang terlukis garis-garis keriput disana-sini tiba-tiba mengencang dan berotot, seperti sedia kala. Dia bukan lagi kakek tua berambut putih yang lemah, dia kembali menjadi Nurugan Zaenuddin, pria tampan yang diminati kaum hawa dari berbagai belahan dunia. Dunia yang menyedihkan ini dan dunia lain (jin), maksudnya. Ghaliya tidak tahan lagi, kekuatannya hampir habis. Dia harus cepat menyusul Suhana dan Sulfika agar mereka tidak curiga. Malangnya Nurugan belum juga bangun, walaupun Ghaliya sudah memberikan hampir seluruh kekuatannya.

"Cepatlah bangun suamiku, aku harus segera pergi, keluhnya sambil berkonsentrasi lagi menyalurkan sisa kekuatan penyembuhannya.

"Uhuukk.. Uhuukk.. Lelaki itu, Nurugan yang sudah kembali menjadi tampan permanen, karena kali ini Ghaliya memberikan bukan meminjamkan kekuatannya mendadak sadar dan langsung mengingat kejadian sebelumnya.

"Suamiku, akhirnya kau sadar juga! Ghaliya tidak dapat menahan diri, dia langsung memeluk Nurugan dengan sisa tenaga yang dimilikinya. Begitu melihat Ghaliya, yang terlintas dipikiran Nurugan adalah bayangan ketika dia memandikan Hasima. Terang saja Mbah Nurug yang masih dalam tahap pemulihan dan berada diawang-awang berpikir jika Ghaliya adalah Hasima, cinta pandangan pertamanya. Nurugan balas memeluk jin wanita itu, menjilat telinga dan mencumbu lehernya, lalu mencium kasar bibirnya yang lembut. Setiap sentuhan Nurugan membuat Ghaliya melayang terbang ke langit ketujuh. Dia tidak bisa menahan gejolak itu, dia menikmatinya. Tangan besar Nurugan sekarang meremas-remas kedua bukit kenyal Ghaliya sambil menjilati leher jenjangnya dan mengecup-ngecup tengkuknya dari belakang, membuatnya semakin tak sadarkan diri. Dengan gerakan penuh cinta tangan itu melepas kancing demi kancing yang mengikat kebebasan bukit kembar tadi sehingga tampak keasliannya. Ghaliya hanya bisa mendesah mendapat perlakuan yang menyenangkan tersebut. Sementara Nurugan masih menginginkan kelembutan bibir tadi, dilumatnya bibir tersebut cukup lama dan berhenti sebentar untuk mengambil nafas. Ditatapnya iris cokelat muda yang indah itu lekat-lekat dan dibisikkan ketelinganya "Aku mencintaimu Hasima. Ghaliya yang semula terbang jauh di angkasa tiba-tiba terhempas jatuh ke bumi. Sakit. Sambil menahan marah Ghaliya berkata "Aku bukan Hasima, Nurugan brengsek. Dia tidak ingin melanjutkan lagi aktivitas mereka, Ghaliya segera menutup bajunya dan berencana pergi, entah kemana. Nurugan menatap makhluk cantik berhidung mancung berwajah kearab-araban itu. Dia lalu menyadari bahwa memang benar, dirinya bukanlah wanita yang sedang dicarinya. Namun dia ingat sesuatu dan tangan kotor yang disukainya itu menarik tangannya lagi. "Jangan pergi, Ghaliya. "Aku membutuhkanmu sayang. Mbah Nurug menatap isteri ketiganya itu dengan ekspresi penuh pesona sekaligus memohon. Mendengar itu Ghaliya langsung meleleh dan berkata "Aku tahu, tapi aku harus pergi dulu, aku akan menemuimu lagi, untuk sementara bersembunyilah di Gua Durung, hanya aku yang mengetahui tempat itu. Nurugan tidak memperdulikan perkataan isteri ketiganya tersebut,dia langsung menarik tubuh Ghaliya dan berusaha mencumbunya lagi. Ghaliya seperti biasa tidak dapat menolak, dia menyukainya. Tangan kotor itu, lagi-lagi menggerayangi tubuh indahnya, menggelitik telinganya, lalu kemudian mencengkeram erat lehernya. Sangat erat hingga dia tidak bisa bernafas. Yang dikepala Nurugan adalah bayangan ketika Ghaliya menggigit lehernya dengan ganas. Dia ingin menghabisi makhluk itu sekarang juga.


----------------------------------------

Sampai sini dulu ya, nanti aku update lagi tiap hari kalo sempat :) 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 23, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mencari Jodoh Di Kota Ghaib WentiraWhere stories live. Discover now