Senang Mengenalmu

Start from the beginning
                                    

Joanna masuk ke dalam lift saat pintunya terbuka. Robby memutuskan turun ke bagian pemasaran yang ada di lantai empat melewati tangga.

"Masih sepi, Di?" tanya Joanna saat duduk kursi paling ujung meja diskusi.

Ruang kerja yang ditempati Mandala terbilang luas, ada meja diskusi berbentuk oval di bagian tengah lengkap dengan beberapa kursi yang ditata mengitari meja. Didkung fasilitas penunjang berupa personal computer juga proyektor yang terletak di salah satu ujung meja. Tak ketinggalan meja kerja pribadi untuk Mandala di sudut lain ruangan tersebut. Menurut Joanna, penempatan meja kerja Mandala yang membelakangi pemandangan keluar jendela sangatlah tepat.

"Kita tunggu sebentar lagi, mungkin mereka masih sibuk. Mau minum apa?" tawar Mandala yang berniat memesan kopi. "Kalau mau aku pesanin sekalian,"

Joanna menggeleng seraya tersenyum.

"Bener?"

"Iya, aku lagi nggak pengen minum kopi. Asam lambung beberapa hari ini kurang bersahabat," tolak Joanna sopan.

"Oke. Bisa diterima," kata Mandala sambil mengetik pesan di aplikasi layanan antar yang sekarang sedang marak digunakan.

Mandala bangkit dari kursinya. Dia mendekat untuk menemani Joanna yang duduk di kursi diskusi. Karena di dalam ruangan hanya ada mereka berdua, Mandala memilih jaga jarak dengan posisi duduk agak jauh, terpisah oleh dua kursi kosong. Laki-laki itu memeras ide untuk memulai bahasan apa yang seharusnya dibicarakan dengan Joanna. Menurut penilaian obyektifnya sebagai laki-laki, Joanna itu berbeda dengan reporter wanita yang lain.

Sedari awal Mandala bekerja di Alpha TV dua tahun lalu, Joanna berhasil mencuri perhatiannya. Joanna Anggita, reporter wanita yang bisa dibilang senior, banyak yang membicarakan kedekatan wanita itu dengan rekan kerjanya, Robby Nugroho. Tetapi, mereka berdua tak pernah ambil pusing, gosip-gosip yang beredar bak angin lalu di telinga keduanya. Bahkan, kabar burung yang tidak mengenakkan itu tak berpengaruh pada relasi dan etos kerja tim. Profesiolisme Joanna dalam bekerja tak bisa diragukan lagi.

"Jo, boleh aku bilang sesuatu?"

"Apa?" jawab Joanna singkat sembari menulis konten yang sekiranya menarik untuk dibahas lebih dulu.

Ulang tahun stasiun TV adalah event besar yang melibatkan banyak pihak. Tugas mereka untuk mengusulkan konten dan melakukan promosi mengenai program khusus selama satu bulan ke depan. Joanna tak ingin hasilnya mengecewakan. Dia dan semua anggota timnya akan memberikan kontribusi terbaik.

"Aku kagum dengan ibu muda yang berdedikasi tinggi, juga loyal pada pekerjaannya. Sepertimu?" ujar Mandala yang berterus terang dengan sudut pandangnya.

"Kamu bisa aja, Di," elak Joanna malu-malu. Dia berhenti menulis namun menatap kertas penuh coretan di depannya. Angan Joanna berusaha memaknai kalimat yang diucapkan Mandala.

"Serius. Maksudku, bukan apa-apa. Di jaman sekarang ini, jarang sekali ada wanita yang mau berkarir di persaingan dunia kerja yang keras. Kebanyakan dari mereka, memilih jadi ibu dan istri bukan?" Mandala mengajak tukar pendapat dengan Joanna.

Joanna meletakkan pulpen di atas tumpukan kertas polio, tangannya bersidekap di atas meja dengan tatapan menerawang.

"Hal itu dipengaruhi banyak faktor Di, bukan masalah pilihan atau mau nggak mau?" sanggah Joanna mengemukakan pemikirannya sebagai wanita.

"Misalnya?"

"Untuk wanita yang memilih tinggal di rumah dan nggak bekerja, bisa karena memang sudah berkecukupan secara lahiriah. Atau tidak diperbolehkan bekerja oleh suaminya. Begitupun sebaliknya, ada banyak faktor yang menjadi penyebab, seorang wanita masih tetap bekerja setelah menikah," terang Joanna. Dia menatap Mandala sembari menopang dagu dengan satu tangan.

"Lalu, apa faktor itu juga yang menjadi ...." Mandala sengaja menggantung kalimat yang ingin disampaikan, karena dia tahu Joanna wanita pandai yang bisa mengartikan dengan mudah.

"Nggak juga!" sela Joanna.

"Sudah kuduga kamu akan menyanggah, Jo." Mandala tersenyum simpul melihat Joanna yang menolak disamakan dengan kebanyakan wanita.

"Kurasa, kita nggak perlu bahas masalah pribadi. Yang lain mana nih? sampai jam segini belum pada dateng?" Joanna mengalihkan pembicaraan seraya melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, sudah menunjukkan pukul 10.00.

"Oh ya, ke mana Robby. Nggak nyusul kemari dia?"

"Dia nggak bisa ikut. Ada proyek sama media cetak. Kamu tahukan kalau dia dapet tambahan dari sana?" tukas Joanna.

"Aku tahu. Maaf kalau obrolan tadi bikin kamu nggak nyaman," ujar Mandala antisipasi. Dia tak ingin membuat Joanna berprasangka buruk padanya.

"Biasa aja kali, Di." Joanna mengibaskan tangannya, sikap penegasan agar Mandala tak terlalu memikirkan obrolan tadi.

"Oke, aku tahu kamu memang beda dengan kebanyakan wanita." Mandala ingin mengatakan apa saja yang dia pikirkan tentang Joanna.

Sedari tadi, Mandala berulang kali mempertimbangkan perlu apa tidak mengutarakan kekagumannya pada Joanna. Sosok wanita tangguh, seorang reporter senior, istri, juga ibu dari seorang putri yang cantik.

"Kenapa bisa bilang gitu?" sergah Joanna. Wanita itu bukannya tersanjung dengan pujian yang disiratkan Mandala. Yang ada, dia malah mengkritisi pemikiran Mandala tentang dirinya.

"Nggak apa-apa," jawab Mandala singkat untuk menghindari pertanyaan kritis yang lain. Dia jadi tahu, membuat Joanna terbuka dengan orang lain bukanlah perkara mudah.

"Haiii kalian udah lama nunggu?" sapa seorang karyawati yang masuk ke ruangan Mandala diikuti beberapa anggota lain yang tergabung dalam tim mereka.

Obrolan antara Joanna dan Mandala pun terhenti, berganti dengan topik diskusi yang sudah diagendakan. Mandala tak melepas pandangan dari Joanna yang berdiri di depan proyektor sembari mempresentasikan apa yang harus mereka kerjakan.

"Personalitymu sangat menarik, Jo. Aku suka karakter wanita sepertimu."

~~~~~
Malam semuaaaa bagaimana kabarnya? semoga sehat selalu serta dilindungi oleh-Nya di manapun kita berada.

Mari sama-sama menyongsong tahun baru yang kurang dari seminggu lagi. Berharap bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna dari diri kita di masa lampau.

Merry Christmas untuk yang merayakan. 😊

Regards

Yuke Neza

DiurnariiWhere stories live. Discover now