13

752 107 46
                                    

10

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


10.15 P.M KST, Apartemen Eunsol.

"Mulai malam ini kau tidur disini ya."

Jeon Jungkook tidak bergeming. Jari jemarinya masih dengan lincah memutar-mutar joystick dan kedua matanya fokus tak berkedip memandang layar TV yang menayangkan video game sepak bola.

Sedetik kemudian aku menyadari kenyataan bahwa aku tidak sadar kalau Jeon brengsek ini mulai mengakuisisi  satu per satu aset yang berada di apartemenku.

Sejak kapan ia menyambungkan playstation sialan itu dengan TV-ku?!

Aku melemparkan gundukan bermotif army miliknya yang membuat kedua tanganku kebas itu keatas sofa dengan sebal.

Jungkook tetap tak bergeming. Aku benar-benar dianggap seperti angin.

Sudah 3 jam sejak kepulangan kami dari makan malam itu Jungkook bermain game seperti maniak.

"Tidak menjawab berarti menyetujui kalau mulai malam ini kau tidur di sofa," kataku sambil menghentakkan kaki pergi meninggalkannya untuk menuju kamarku yang damai.

Aku hampir saja jatuh tersungkur sebelum menyadari kaki kananku ditarik oleh Jungkook.

Sial, bahkan tangan kanannya masih memainkan joystick sementara tangan kirinya menarik kaki kananku. Benar-benar sebuah kemampuan multitasking yang hebat.

"Yah tunggu dulu!" protesnya.

Aku mengerling sebal. Kemudian menjatuhkan diriku di sofa.

Sesaat kemudian ia mematikan benda sialan itu kemudian ikut menjatuhkan dirinya di sampingku setelah memindahkan gundukan army miliknya.

"Jadi?"

"Jadi mulai malam ini kau tidur di sofa ya," ujarku, mencoba dengan nada baik-baik. "Itu adalah sebagai bentuk dari proses kenyamanan yang aku minta."

"Bukankah itu egois?"

Aku langsung menatapnya dengan muka sebal. "Egois dari mananya?"

"Kau egois dengan hanya memikirkan prosesmu sementara prosesku tidak. Bukankah semuanya harus balance?"

Aku berdecak. "Jadi bagaimana prosesmu sekarang?"

Ia memutar badannya menghadapku. Sebuah seringaian muncul. Tapi aku benar-benar tak bisa memahami apa arti dari ekspresinya barusan.

Ini mencurigakan.

"Kurasa saat ini aku mulai nyaman berada di dekatmu. Dengan tidur disampingmu kurasa akan membuat prosesku lebih cepat. Bukankah lebih cepat akan lebih bagus?"

Aku langsung ingin membela diriku. "Ya-yah! Tapi kan belum-- bagaimana kalau kita Gai Bai Bo saja?!"

Baik. Sekarang aku mulai bertindak kembali bodoh dengan mempertaruhkan keperawananku dengan sebuah permainan batu, gunting dan kertas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 23, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

You Owe MeWhere stories live. Discover now