7

614 127 19
                                    

12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12.30 P.M KST, Kelas Kosong Dekat Kafetaria Universitas Bang

"Sepertinya ada yang harus kita bicarakan, Park Eunsol-ssi."

"...Si Jeon brengsek ini ingin bicara sesuatu kepadamu."

Sekonyong-konyong aku tak pernah merasakan aura yang sangat mencekam seperti ini.

Ini bahkan lebih mencekam daripada film the Conjuring yang membuatku ketakutan setengah mati sampai-sampai aku harus menginap di apartemen Umji satu minggu penuh.

Pasca insiden Jeon Jungkook yang mendengarku memanggilnya dengan sebutan 'brengsek' di kafetaria, ia menyeretku ke satu kelas yang kosong dengan sangat kasar, kemudian mendudukkanku di atas meja paling depan, dan tak henti-hentinya melakukan itu kepadaku selama seperempat jam terakhir.

Berdiri tepat dihadapanku, menyilangkan tangannya, dan menatapku seakan-akan aku ini adalah tahanan yang akan dihukum mati.

Jeon Jungkook bahkan lebih seram dari hantu valak.

Bulu kuduk di leherku tiba-tiba naik tatkala aku menyadari ia mulai melangkah mendekatiku. Masih dengan menatap tajam kearahku. Namun, kali ini ia menambah kerutan di alisnya.

Aku bahkan susah payah untuk menelan ludahku, keberanianku mulai mengikis sedikit demi sedikit.

Bagaimana kalau ia benar-benar akan membunuhku?

"Aku...,"

Suaranya keluar hampir seperti desahan, kulihatnya rahangnya mengeras, ia seperti sedang menahan emosinya.

"Aku sudah mencoba menahannya tapi kau selalu menggodanya."

Hah?

Apa?

Tunggu.

Aku menggodanya?

Aku benar-benar tidak pernah membuatnya untuk bernafs-

"Emosiku," katanya. "Kau selalu menggoda emosiku."

Oh.

Aku baru ingat, Jungkook kan tidak doyan dengan perempuan.

Hahaha.

"Apa maksudmu membicarakan hal yang tidak-tidak tentangku ke semua orang?"

Suaranya terdengar datar tetapi penuh penekanan. Kurasa ia benar-benar marah. Mungkin, apabila aku memancing amarahnya sedikit lagi, ia benar-benar akan membuatku mati.

Aku menunduk. Tanganku dingin. Namun, aku harus berani membantahnya. Aku tidak ingin jadi salah satu wanita penyembahnya.

Seorang Park Eunsol tidak mungkin tunduk kepada Jeon Jungkook.

Aku mengangkat kepalaku perlahan. Kuberanikan diri untuk menatap kedua matanya.

Namun, setelah dua detik keberanianku menciut lagi. Seketika itu aku langsung mengalihkan pandanganku.

You Owe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang