11

891 127 32
                                    

 08

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


08.21 A.M KST, Dapur, Apartemen Eunsol

Aku menuangkan susu karton ke dalam gelas seraya menggaruk pipiku dengan kasar.

Sedetik kemudian, jemariku bergerak dari menggaruk menjadi menampar pipiku sendiri dengan sangat keras.

Semua yang di sekelilingku tetap tak berubah, ini semua bukan mimpi.

Bahwa tadi pagi aku terbangun dengan empat kancing piyama teratasku terbuka. Dengan bibir yang sedikit bengkak. Dengan beberapa tanda tertinggal di sekitar leher. Di pelukan seorang lelaki yang sedang bertelanjang dada.

Lelaki yang kupikir adalah seorang gay tapi setelah ini mungkin aku meragukan seksualitasnya.

Dan laki-laki yang -katanya- gay dan sedang bertelanjang dada itu masih dengan tak tahu malunya tertidur di dalam kamarku dengan sangat nyenyak seperti ia tak akan bangun selamanya.

Kejadian tadi malam terasa begitu cepat di dalam memoriku hingga aku kesulitan untuk mengingat apa yang telah terjadi denganku dan si brengsek itu.

Ia mendorongku.

Mencium leherku.

Kemudian berpindah ke telingaku.

Sesekali berpindah ke bibirku.

Tangannya bergerak menuju kancing piyamaku.

Kemudian menelusup masuk ke dadaku.


Dan meremasnya.

Aku buru-buru menyilangkan tangan diatas dadaku dan menggelengkan kepalaku dengan sangat keras.

"Wah, ini tidak benar," gumamku masih dengan menggelengkan kepala dengan sangat keras, meyakinkan diriku sendiri bahwa aku adalah gadis yang lumayan polos berasal dari Daegu dan sama sekali belum terjamah oleh sentuhan lelaki.

Mendadak aku terlonjak kaget. Jantungku rasanya akan copot ketika aku mendengar dengusan yang keras dari arah belakang.

Reflek, aku membalik badanku dan melihat si brengsek itu dengan tampang bangun tidurnya.

Aku sedikit bersyukur karena ia telah mengenakan kaus putihnya. Tapi aku segera menarik perkataanku kembali karena kini ia sedang berjalan mendekat kearahku. Dengan tatapan mata yang fokus kearahku.

Bukan, maksudku kearah... dadaku.

Ia benar-benar terlihat seperti akan menerkamnya sekarang juga.

Aku mendadak menyilangkan kedua tanganku diatas dada tatkala jarak kami yang mulai sedikit demi sedikit.

Tolong... jangan lakukan itu lagi kepadaku. Aku sudah lelah semalaman, tolong jangan lagi...

"Wae? Apanya yang tidak benar?"

Ia mengangkat sebelah alisnya seraya mengambil segelas susu yang ada di atas meja pantry di belakangku. Meneguknya dengan cepat.

You Owe MeWhere stories live. Discover now