BAB 22 : Love Shot

Depuis le début
                                    

"Kenapa harus dihukum sendirian? Peraturannya kan dibagi jadi kelompok?" Kali ini Celine yang bersuara.

"Malah, seharusnya dia dapet hukuman yang lebih dari ngelap loker. Udah berapa kali sih dia ngelanggar peraturan? Dan lagi-lagi dia gak pake atribut lengkap. Suruh bersihin gudang sekalian biar gak semena-mena," kata Alya.

Iqbaal mengalihkan atensinya pada gadis yang mengalihkan pandangan darinya itu. Terkesan menghindari dirinya.

"Dasi kamu kemana?"

Salsha memilih acuh. Gadis itu enggan menjawab pertanyaan yang jelas-jelas tertuju padanya.

"Hilang lagi? Atau lupa tempatnya?" kata Iqbaal sembari berjalan mendekat, "ikut aku ke koperasi yu—"

"Bersihin gudang kan? Fine. Ntar titipin aja buku poin gue ke ketua kelas." Salsha melenggang pergi membuat semua yang ada di sana terheran karena sikapnya.

Seorang Salshabilla Valencia yang seakan haus akan perhatian Iqbaal mengacuhkan lelaki itu?

"Salsha kenapa? Berantem sama lo?" Fauzan menyenggol lengan Iqbaal yang dibalas gelengan bingung oleh empunya.

"Gue susul bentar ya," ujarnya kemudian menitipkan buku jurnal yang sejak tadi di bawanya.



***




Salsha melempar tasnya ke meja yang ada di dalam gudang. Gadis itu memegang dadanya yang terasa nyeri.  Ia tersenyum berusaha menahan rasa sesak yang ada di dalam dirinya. Rupanya, pengaruh Iqbaal begitu luar biasa baginya.

"Bodoh!" makinya pada diri sendiri.

Akhirnya ia mulai menyapu lantai gudang yang penuh tumpukan kardus dan atribut milik Garuda yang sengaja di simpan. Jika kalian berpikir gudangnya memiliki aura menyeramkan maka jawabannya salah. Bahkan, ruangan ini ber ac dan bersih. Hanya saja, ada beberapa kertas berserakan dan barang yang terlihat berantakan.

Setelah menyapu, dia mulai menurunkan salah satu kardus untuk ia isi dengan kertas yang ternyata hasil lembar kerja siswa.

"Kamu bisa masuk kelas sekarang biar nanti anak OSIS yang piket ngerjain." Suara yang tanpa perlu ia tebak siapa pemiliknya itu tak membuat dia menoleh sedikitpun. Malah, Salsha masih fokus pada tumpukan kertas itu.

Iqbaal menghela napas, akhirnya dia berjalan mendekat menepuk pundak si gadis akan tetapi reaksi Salsha yang menjauhkan dirinya membuat ia mengernyit.

"Kenapa? Aku salah?"

Giliran Salsha yang mengembuskan napas dalam. Atensinya menatap pemilik iris gelap itu, hampir saja tersihir sebelum bisikan-bisikan tentang rekaman suara terngiang.

"Lo yang keluar atau gue yang pergi?" ujarnya datar tanpa sarat menyentak sedikitpun.

Iqbaal semakin heran. Tentu saja! Ini kali pertama Salsha menggunakan kata lo-gue untuk memanggilnya.

"Ada masalah apa? Cerita sa—"

"Oke. Gue yang pergi." Gadis itu siap beranjak meninggalkan gudang namun Iqbaal menahan lengannya dengan cepat.

"Aku punya salah sama kamu? Bukannya kita udah sepakat untuk jadi teman? Kenapa sekarang kamu seolah ngehindarin aku?"

My Sweetest ExOù les histoires vivent. Découvrez maintenant