17. Suara Hati Sang Bidadari & Sang Pangeran Kegelapan

Start from the beginning
                                    

"Kenapa kau tidak hisap saja darahku sampai aku mati seperti pada bidadari-bidadari yang menjadi mangsamu?!"

Gumam Hamerra dengan tanpa melihat sedikit pun padanya. 

Lagi,  Christoff tidak menggubris ucapan Hamerra,  ia memilih fokus membersihkan darah pada luka di kaki bidadari itu. 

Beberapa kali Christoff harus memegangi kaki Hamerra ketika bidadari itu beberapa kali menghentakan kakinya menahan sakit, 

"Kenapa setelah bertemu denganmu aku selalu sial!"

Hamerra menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

Christoff hanya melirik sejenak pada bidadari itu, dan melanjutkan mengobati kaki Hamerra. 

______________________________________

HAMERRA :

Hamerra pasrah ketika Christoff membuka kedua tangannya yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya. Pipinya sudah basah oleh air mata,  ia pun langsung menghapus air matanya dengan cepat, dan membuang wajahnya dari sang iblis di depannya.

Ternyata Christoff telah selesai mengobati kakinya. Kini iblis itu duduk lebih dekat dengannya tanpa menurunkan kedua kaki Hamerra di atas pahanya. 

"Ada apa denganmu? Aku benar-benar tidak mengerti? Otakku sulit mencerna semua yang terjadi padamu jika sikapmu tiba-tiba seperti musuh padaku."

"Kita memang musuh!"

Hamerra merasakan cengkraman kuat di dagunya, dan dengan sekali hentak Christoff memaksa wajahnya untuk menghadapnya.

"Lihat aku!"

Hamerra pun menurut dengan menatap tajam dan menantang. 

"Apa ada yang mempengaruhi otakmu untuk membenciku?  Sampai kau kabur dari Astaroth?"

"Bukan urusanmu!"

Hamerra meringis ketika merasakan cengkraman tangan Christoff di pipinya semakin kuat.

"Urusanku! Karena ini menyangkut hubungan kita!"

"Hubungan? Hubungan seperti apa? Aku hanya bidadari yang di sekap oleh iblis. Aku di jadikan tawanan,  aku di siksa,  aku di jadikan budak seks,  hubungan apa yang kau maksud bajingan?!"

Hamerra menatap penuh benci,  tapi kebencian itu lebih tepat untuk dirinya sendiri.

Cengkraman Christoff di pipi Hamerra melemah, dan merubahnya dengan membelai pipi Hamerra dengan mata keduanya saling bertautan penuh arti. 

"Aku pikir akhir-akhir ini kau menikmati hubungan kita yang membaik,  bahkan lebih dari kata baik sebelum aku pergi meninggalkanmu di Astaroth."

Christoff menarik tangannya dari pipi Hamerra kemudian meluruskan duduknya.

Hamerra menatap wajah Christoff dari samping,  ia menelan salivanya dengan kasar.

"Itulah kesalahanku... Aku seperti berkhianat pada negriku,  pada kaumku ketika mulai terlena dengan hubungan kita berdua.  Bahkan dengan bodohnya aku menikmati semua sentuhan darimu...."

Christoff menoleh cepat pada Hamerra yang kini tengah menunduk, 

"Aku melupakan bagaimana kejamnya kau memangsa kaumku,  aku juga sempat melupakan bagaimana dengan biadabnya kau memperkosa kaumku di depan mataku sendiri. Bahkan aku melupakan bagaimana buruknya kehidupanku setelah mengenalmu. Kutukanku memang menghilang, tapi baru saja aku hampir di perkosa, setiap saat aku hampir selalu terluka. Dan lebih buruknya, aku sekarang tidak suci lagi karena iblis yang memperkosaku dan menjadikanku sebagai budak seksnya. Aku melupakan itu semua dan malah menikmatinya saat-saat bersamamu. Bukankah aku sangat menjijikan?!"

Dewi HamerraWhere stories live. Discover now