"Nanti berkasnya jangan lupa dikirim ya, ke email gue yang lama Jes." Ucap Divo sebelum keluar dari ruangan.

Divo berjalan mengitari koridor menuju taman tempat Cici duduk untuk menunggunya. Kira-kira sudah 15 menit Cici menunggunya. Dia berharap Cici tidak kesal menunggunya dan ngomel saat nanti bertemu dengannya.

"Beli minum dulu kalik ya." Divo berjalan cepat menuju kantin dan mengambil dua botol Mi-Zone dari lemari es untuk nya dan Cici.

Divo memegang minuman di kedua tangannya dan berjalan dengan langkah besarnya menuju taman. Sebenarnya tidak terlalu jauh dengan ruang OSIS, tapi karena dia ke kantin tadi maka Divo harus berjalan lebih jauh karena letak kantin dan taman terpisah satu gedung.

Saat Divo sudah berada tepat didepan Cici, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya takjub. Cici tertidur pulas sekali.

"Emang ni anak bisa tidur dimana aja ya." Divo bergumam sendiri.

Divo mendekati Cici perlahan agar tidak membangunkannya lalu duduk disebelah Cici. Divo sedikit tersentak saat tiba-tiba saja Cici bergerak untuk mengubah posisi tidurnya menghadap kearah Divo.

Divo bisa melihat wajah Cici dengan lebih jelas sekarang. Divo perlahan mulai mendekati wajahnya kearah Cici, dia ingin melihat wajah Cici dengan lebih jelas lagi. Divo berusaha mendekati wajahnya dengan perlahan agar Cici tidak bangun karena merasa tidak nyaman.

Jarak wajah mereka sudah sekitar sepuluh senti. Angin berhembus lebih kencang membuat suara pohon yang tertiup semakin kencang pula, sehingga membuat Cici membuka matanya karena suara yang menganggu tidur nyenyak sejenak nya itu.

Saat Cici membuka matanya. Divo yang tidak terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa, sontak menempelkan botol Mi-Zone dinginnya ke pipi Cici yang membuat Cici sedikit tersentak karena suhu dingin dari botol itu.

Mata Cici membelok menatap Divo yang sedikit salah tingkah karena ketahuan memperhatikan Cici saat tertidur tadi.

"Ngapain?" Cici akhirnya angkat bicara setelah beberapa saat saling diam diselingi suara tiupan angin yang masih menganggu pohon yang rindang.

"G-gak ngapa ngapain." Divo berusaha bersikap tenang.

"Terus ini apa?" Cici menunjuk kearah botol yang masih berada di pipinya.

Divo yang tersadar langsung menjauhkan botolnya dari pipi Cici.
"Eh, maaf."

"Dingin lho." Cici mengelus pipinya yang dingin sambil membenarkan duduknya.

"Nih." Divo menyodorkan satu botol Mi-Zone.

"Buat gue nih?" Cici menerima botolnya. "Makasih deh."

"Iya, sama-sama."

Cici membuka tutup botol lalu meminumnya sampai setengah. Begitu juga dengan Divo.

"Tadi ngapain lo liatin gue tidur?" Cici bertanya dengan tiba-tiba, membuat Divo yang masih meneguk airnya tersedak.

Cici berdesis lalu membantu Divo dengan mengelus punggungnya. Wajah Divo langsung memerah karena tersedak air. Divo masih terbatuk-batuk karena kerongkongan nya yang kemasukan air.

Cici masih terus memukul punggung Divo sampai Divo sudah tidak batuk-batuk lagi.

"Udah ah, jadi gak beli ice cream?" Divo langsung berdiri mengalihkan pembicaraan.

Cici dengan sigap juga langsung berdiri. "Let's go!"

Benar saja, Cici sudah lupa dengan pertanyaannya yang tadi membuat Divo hampir mati. Divo sedikit tercengang melihat Cici yang bisa melupakannya dengan sangat cepat.

AURORA♕[ON GOING]Where stories live. Discover now