11. Nightmare

6.9K 787 80
                                    

"Makanlah Krist." Liu menghela napasnya, memandang Krist dengan raut wajah sedih. Krist tampak selalu diam dan pikirannya entah berada dimana. Jan tiba-tiba mendatanginya dan memintanya membujuk Krist untuk makan, tapi Krist begitu keras kepala. Ia hanya diam, menggeleng sesekali merespon pertanyaan Liu.

Liu sudah mendengar semuanya dari Bright. Bagaimana Singto memperlakukan Krist dengan sangat buruk beberapa waktu lalu. Jika Liu menjadi Krist, ia pasti sudah tidak tahan lagi.

Liu meletakkan mangkuk diatas meja. Ia memeluk Krist erat, menumpahkan airmatanya di bahu Krist.

"Bertahanlah, kumohon." Bisik Liu dengan suara bergetar. Mata Krist berubah menjadi sayu.

"Bisa ajak aku keluar?"

.
.
"Kau kemanakan Krist?!" Jan yang baru saja selesai makan dengan Bright mengernyitkan dahinya dalam ketika Singto tiba-tiba mencengkram bahunya dan menanyakan Krist. Wajah pemuda itu tampak gusar dan panik.

"Hei, ada apa Sing?" Tanya Bright melepaskan cengkraman tangan Singto di bahu Jan.

Singto berteriak marah.

"Krist tidak ada! Dia kemana?! Krist milikku! Dia tidak boleh lari dariku!" Jan tersadar. Jantungnya berdebar kencang. Tubuhnya bergetar.

"Tunggu. Dia tidak ada di ruangannya?" Tanya Bright mencoba bersikap tenang dan tidak terbawa panik. Jan langsung meraih ponselnya, menghubungi Liu.

"Dimana Krist?" Singto berhenti meracau, ia memandang Jan tajam.

"Hiks! Krist hilang! Hiks... dia hilang!"

.
.
Angin berhembus dengan lembut menerbangkan helaian rambut hitam Krist. Pria itu memejamkan matanya, menikmati hawa dingin yang membelai kulit putih penuh lukanya.

Krist membuka matanya, memandang sekeliling. Sebuah danau besar dengan air yang sangat jernih. Krist berdiri diatas tebing tinggi. Rasa takut menyergap dirinya, tapi Krist tak merasa ia harus mundur.

Krist sudah memutuskan semuanya. Ia lelah dengan hidupnya sendiri. Jika Singto memang ingin mengulur waktu untuk membunuhnya, maka Krist akan membunuh dirinya sendiri. Airmata jatuh dipipi tirusnya. Bayangan masalalu datang bagai mimpi buruk yang mengoyak hatinya. Bayangan senyum ceria Singto, celotehan panjangnya, dan rengekannya ketika meminta es krim.

Krist tertawa kecil ditengah isakannya. Ia ingin mengakhiri semua cukup sampai disini, ia tidak bisa melanjutkan semuanya lagi.

Singto tidak hanya menyisakan luka di tubuhnya, tapi Singto juga menorehkan luka didalam hatinya. Setiap kali Singto menyiksanya, Krist merasa bahwa hatinya berdenyut sakit. Krist menahannya selama ini. Tapi semakin ia menahannya Krist merasa semakin hampa.

Bukankah ini yang Singto inginkan? Kematiannya.

Krist berjalan selangkah hingga ia mencapai bibir tebing.

"Maafkan aku."

.
.
"Ini semua salahmu! Jika sesuatu terjadi pada Krist aku akan membunuhmu!" Singto meluapkan kemarahannya pada Jan dan Liu. Ia bahkan memukul keduanya tanpa perduli bahwa mereka adalah perempuan. Singto hanya memikirkan Krist. Semua orang bersalah atas hilangnya Krist.

Liu bercerita bahwa Krist ingin menghirup udara bebas. Liu mengiyakan begitu saja. Saat ada di taman Krist meminta es krim dan Liu dengan semangat membelikannya. Ketika Liu kembali, dirinya tak menemukan Krist dimanapun. Krist menghilang begitu saja.

"Kumohon jangan menghilang." Liu bergumam terus menerus. Tidak mengidahkan Singto yang marah besar. Bright memandang Liu dengan penuh rasa curiga. Kenapa Liu setakut itu jika Krist hilang? Jelas Liu sama sekali tidak takut dengan ancaman Singto. Disini Liu hanya takut jika Krist hilang.

Fighter [SingtoxKrist]Where stories live. Discover now