8. Softly

8.2K 803 53
                                    

Wajah Krist memerah malu. Kenapa tidak? Dibawah sana Singto sedang memandangi alat kelaminnya dengan alat cukur ditangan.

"B-bisakah kau segera memulainya?" Krist bertanya dengan gugup. Semalam ia sudah berjanji akan menuruti Singto. Semata-mata agar pemuda itu tidak mengusik lingkungan kumuh. Dan pagi harinya ketika Krist membuka mata, ia harus dibuat jantungan karena Singto mengatakan ingin mencukur bulu-bulu halusnya.

Singto tak menjawab. Krist menggigit bibir bagian bawahnya yang terluka. Alat cukur dingin itu menyentuh permukaan kulit sekitar kejantanannya. Ditambah lagi hembusan napas hangat Singto membelai kejantanannya. Bulu kuduk Krist meremang.

Singto mencukur bulu Krist dengan hati-hati. Sengaja beberapa kali ia menyenggol kejantanan Krist.

Krist mati-matian menahan desahannya. Ia takut jika mulutnya terbuka sedikit saja, maka pagi ini akan panjang.

Singto mencukur bulunya cukup lama sampai terasa bersih. Setelahnya pemuda itu membersihkan sisa bulu Krist.

"Mandilah. Setelah ini kau harus ikut denganku."

"Kemana?"

Singto tidak menjawab.

.
.
Krist memainkan jemarinya gugup, Singto mengendarai mobil disebelahnya dengan tenang. Krist tidak tahu kemana Singto akan membawanya, semoga saja ketempat yang tidak berbahaya. Demi apapun juga, tubuhnya masih lemas dan Krist harap Singto mengerti itu.

Mobil hitam Singto terparkir mulus didepan sebuah bangunan yang tampak elegan. Krist bertanya-tanya tempat apa ini. Singto mengajaknya turun tanpa menjelaskan. Krist mengekori Singto tanpa membantah. Ia takut jika banyak bertanya maka Singto akan menyiksanya lagi.

Seorang wanita berpakaian minim menyambut mereka. Mengantarkan mereka ke dalam sebuah ruangan. Krist akhirnya paham, ini adalah kashino. Tempat perjudian. Seorang pria paruh baya yang dijaga ketat dua pengawalnya tampak tengah menanti kedatangan Singto.

"Haha, akhirnya kau datang little boy!" Ujar pria itu dengan tawa serak. Singto tidak menunjukkan ekspresi apapun. Ia duduk dihadapan pria itu. Menggerakkan jarinya, memberi isyarat pada Krist untuk membungkuk.

Krist merendahkan tubuhnya.

"Aku akan berjudi sebentar. Kau bisa menunggu kan? Kalau bosan kau bisa melihat pemandangan diluar." Singto menujuk jendela besar yang terhubung dengan pemandangan diluar sana. Krist mengangguk. Ia menegakkan tubuhnya kembali.

"Oh wow, siapa yang kau bawa ini?" Pria itu melirik Krist.

"Bisakah kita mulai?" Tanya Singto jengah. Pria itu tertawa lagi, lantas mengangguk.

Krist tahu apa itu judi, tapi ia tak paham cara mainnya. Melihat Singto lihai melempar kartu demi kartu keatas meja membuat kepala Krist pening. Ia melangkah menuju jendela, melihat keadaan diluar sana.

Setidaknya pemandangan diluar lebih menenangkan.

Krist mengerti sekarang. Krist tidak pernah bisa menyentuh hidup Singto yang rumit, sementara Singto dengan mudahnya menyentuh hidupnya dan bahkan merusaknya. Mereka seolah adalah dua orang yang memang tidak seharusnya bersisian.

Hidup ini lucu kan? Jika dulu Krist menganggap bahwa Singto adalah sosok yang lemah, maka Singto sekarang menunjukkan siapa yang lemah dan siapa yang kuat disini.

Bayangan adegan semalam melintas dikepalanya. Krist menggeleng kecil untuk mengusirnya. Bahkan urusan ranjangpun Singto yang mengusai dirinya. Lucu.

"Minumlah." Krist menoleh, Singto menyodorkan gelas kecil berisi vodka. Krist menerimanya, meneguknya dengan pelan. Singto berdiri disebelahnya, ikut memandangi pemandangan diluar.

Fighter [SingtoxKrist]Where stories live. Discover now