“Yang benar saja! Dwina itu butuh istirahat! Dia ada pesanan pagi ini. Kau mau dia kelelahan? Pikirkan kesehatan sahabatmu, dia harus bekerja pagi-pagi!”

Kalimat tajam itu menghantam jantung Lita. Jadi Thomas bersedia menunggunya karena tidak ingin membuat Dwina lelah. Apalagi Thomas tahu jika pagi ini Dwina ada pesanan. Seberapa dekat mereka berdua? Kesesakan merambat di ulu hatinya. Dengan perlahan Lita kembali membaringkan tubuhnya dan memiringkan badannya memunggungi Thomas. “Maaf, Mister. Silakan Mister pulang, aku sudah baikan.”

“Kau tidak tahu terimakasih!”

Lita mengerjap saat satu aliran air mata menetes. Dadanya terasa sesak. Lita mendengar Thomas berdecak dan meninggalkannya.

Entah kemana lelaki itu?

Tak berselang lama mendengar suara pintu terbuka. Lita  membalikkan badannya dan tersenyum saat melihat Jan dan ... Sahabatnya mengunjunginya.
Dwina langsung menghambur dan memeluknya. Lita ingin sekali menangis, namun sekuat tenaga ditahannya.

“Ya Tuhan, Ta! Kamu tahu aku ketakutan pas kamu pingsan.”

Lita membalas pelukan sahabatnya dengan sebelah tangan. “Aku sudah baikan, maaf ya aku membuatmu repot.”

Dwina melepaskan pelukan dan menatap tajam. “Sejak kapan kamu meminta maaf karena hal seperti ini?”

Lita tersenyum sumir. Ia tersenyum melihat wajah Jan yang selalu ceria. “Terima kasih Mister. Sudah membantuku sampai ke sini.”

Jan mengibaskan tangannya. “Tenang saja! Bukankah Tuhan memang mewajibkan untuk menolong sesamanya?” Lita tersenyum, ia sedikit melirik Dwina yang memandangi Jan dengan tatapan yang berbeda. Dibalik tingkahnya yang konyol bahwa Jan itu baik hati. Dwina menggelengkan kepalanya. Dia baik hanya pada wanita saja, Dwina menekankan pada dirinya.

Suara pintu kamar mandi terbuka. Semua menatap Thomas yang baru keluar dari kamar mandi. Jan mendekat dan menyerahkan bungkusan.

“Gantilah bajumu! Aku yakin kau sudah mandi.” Jan mengamati rambut sahabatnya yang basah.

Thomas menerima dan kembali ke kamar mandi. Dwina menatap Lita yang masih menatap pintu kamar mandi. Ia juga mengerutkan kening saat melihat mata sahabatnya agak membengkak.

Baru saja Dwina ingin bersuara tiba-tiba dikejutkan dengan terbukanya pintu kamar mandi yang terjeblak keras. Semua menatap menganga, Thomas yang berwajah masam berdiri di depan pintu kamar mandi.

Lita mengerjap takjub saat melihat Thomas begitu tampan mengenakan kemeja berwarna putih

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Lita mengerjap takjub saat melihat Thomas begitu tampan mengenakan kemeja berwarna putih. Tubuhnya yang tegap terlihat pas dalam balutan kemeja resmi itu. Berbeda dengan Dwina, justru melongo saat melihat Thomas yang memakai pakaian resmi. Belum juga mnegatakan pendapatnya, tiba-tiba terdengar tawa terpingkal-pingkal dari Jan. Bahkan lelaki menyebalkan menurut Dwina itu memegang perutnya karena tawanya. Tanpa disadari siapapun Dwina mengulum senyum melihat tawa Jan.

Fly With Love (GOOGLE PLAY BOOK)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt