Part 1

2.1K 232 16
                                    

Bali, 12 Desember 2018

Gadis itu mencatat di buku hariannya. Dimana ia menghitung nasib kejombloaannya. Sudah 5 tahun dirinya belum mempunyai kekasih. Namanya Dwina Angreani usianya 24 tahun. Ia bekerja di sebuah kedai roti. Lulusan SMA jadi tidak aneh pekerjaannya tidak tinggi. Namun ia gadis yang sangat tekun dalam bekerja. Buktinya Dwina sudah 5 tahun pula bekerja di kedai roti tersebut.

Ada satu impiannya bersama sahabat karibnya Lita. Mereka bersahabat sejak bayi, rumah bersebelahan dan waktu sekolah pun selalu bersama. Tapi Lita bernasib baik, ia kuliah dan sekarang menjadi guru bimbel. Dwina tidak pernah iri akan itu. Malah mereka saling memberi support. Lita, meskipun ia lebih beruntung dalam hal pendidikan, tetap saja, tumbuh dari keluarga sederhana tak lantas membuat dirinya bernasib lebih baik dari Dwina dalam hal percintaan.

Kekasih terakhirnya sekitar empat tahun yang lalu membuat dirinya agak menutup diri dari laki-laki pribumi. Maka dari itu, ia semakin bertekad ingin mewujudkan impiannya untuk memiliki suami yang berasal dari negara lain.

Dwina menutup buku yang selalu berada ditasnya. Di dalamnya bukan tentang curhatan melainkan hanya menulis tanggal dan moment yang paling terpenting saja dalam hidupnya. Ia lalu mengganti pakaian kerja dikedai roti.

Dari bangku sekolah Dwina dan Lita mempunyai impian yang sama yaitu memiliki suami Bule. Mereka sepakat untuk mencari Bule tersebut bersama-sama. Beruntungnya mereka tinggal di Bali. Banyak turis asing yang datang berkunjung untuk menikmati panorama Bali. Naasnya ternyata belum ada bule yang menangkap umpan yang mereka ulur.

Meskipun mempunyai impian yang sama, mereka memiliki kriteria bule berbeda. Dwina menyukai bule yang lebih dewasa yang bisa membimbingnya. Meskipun usia Dwina cukup dewasa namun sifat aslinya masih seperti anak-anak.

Sedangkan Lita tidak begitu rumit untuk menentukan bule seperti apa yang akan dia inginkan. Cukup bule itu menerima dirinya yang agak 'bocor'. Lita sempat heran pada dirinya sendiri, bagaimana dia begitu blak-blakan ketika berbicara bahkan Dwina yang kalem saja sudah mulai tertular dengan sikap bocornya.

"Taaaaa!!! Kyaaaa!! Aku lihat bule yang datang ke toko. Ya ampun, seksi sekali!"

Diam-diam Lita mengerjap saat membaca pesan kesekian dari sahabatnya. Dwina kembali bertemu dengan bule, ya tidak heran, mereka tinggal di Bali. Lalu ia kembali fokus pada beberapa siswa yang sedang mengerjakan tugas. Lita sangat mencintai dunia pendidikan, impiannya yang lain adalah memiliki Bimbingan Belajar sendiri.

"Semoga saja, nanti ada Bule kaya yang mau nikahin aku. Hihihi... Lumayan kan, bisa memperbaiki keturunan dan keuangan. Hihihi" Lita terkikik sendiri.

Dwina mengecek ponselnya sembunyi-sembunyi. Ia mengirim pesan pada Lita.

Lita membalasnya.

"Sisain aku satu, Naa!! Aku masih di bimbel ini."

Dwina membaca pesan dari Lita. "Tapi sayang sudah punya anak... Errrrr.." membalasnya kembali. Padahal ia menunggu balasan dari Lita.

Belum ada jawaban dari Lita.

"Dwi!" tegur Pak Made yang memelototinya.

"Iya, Pak!" ucapnya buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Ia berpura-pura sibuk melayani. Memberikan nampan untuk tempat pembeli menaruh roti-rotinya. Tersenyum ramah padahal dalam hati dongkol. Dwina menghela napas, sampai kapan dirinya akan disuruh-suruh dan dimarahi. "Andai saja ada bule kaya yang khilaf menikahiku. Aku akan membeli toko ini dan membalas semua yang Pak Made lakukan." Ia menjadi membayangkannya. Pak Made yang disuruh ini-itu olehnya. Dwina yang duduk manis di kursi sambil menopang kakinya dengan sombong. Ia menjadi terkikik sendiri.

Fly With Love (GOOGLE PLAY BOOK)Where stories live. Discover now