Part 5

879 185 12
                                    

Lita merasakan perutnya serasa diremas-remas serta kepalanya berdenyut nyeri. Diambang kesadarannya, ia bisa merasakan kehangatan yang bersumber dari sebuah genggaman. Tangannya terasa berat namun nyaman. Jika boleh Lita menambahkan, adanya elusan lembut dan itu membuatnya kembali terlelap.

Thomas buru-buru menatap Lita saat terdengar desisan dan kerutan di dahi gadis itu. Secara reflek, ia mengelus pelan tangan yang masih berada di dalam genggamannya. Seperti terhubung, elusan itu membuat kerutan di dahi Lita berangsur menghilang. Desisan itu juga tidak lagi terdengar. Seketika Thomas menghembuskan napas lega. Senyum kecil tersampir di bibir tipis Thomas, lalu matanya terasa berat. Ia juga butuh istirahat. Sebentar lagi fajar mulai menyingsing.

***

Lita mengerutkan kening saat merasakan ada yang memegang lengannya. Dengan perlahan ia membuka mata dan langsung bersitatap dengan suster muda dan Dokter paruh baya di sampingnya.

“Selamat pagi...” sapa Dokter itu ramah. Namun Lita merasa aneh saat suara dokter itu hanya seperti bisikan. Ia yang masih linglung hanya menatap dalam diam, seolah mengerti Dokter yang sedang mengecek tekanan darahnya tersenyum teduh. “Dini hari tadi, Anda dibawa ke rumah sakit ini. Kondisi Anda ngedrop.” Lita mengerjapkan mata dan langsung memutar ingatannya. Semalam saat ia hendak memanggil Dwina, tiba-tiba perutnya mual luar biasa dan muntah di kamarnya, lalu seketika gelap. “Untung saja, Anda segera dibawa ke rumah sakit. Kekasih Anda begitu khawatir semalam.”

Lita melongo. “Kekasih?” tanyanya dengan nada tercekik.
Dokter dan perawat itu mengangguk, lalu menunjuk ke arah kanannya. Gadis itu hampir memekik saat melihat seorang lelaki yang tertidur dengan membungkuk di ranjang rawat dan memegang tangannya. Kesadaran kembali menyentak Lita saat mengerti bentuk potongan rambut itu.

Tapi, bagaimana bisa?

“Kekasih Anda dan teman-teman Anda yang mengantar ke rumah sakit. Namun, hanya beliau yang menunggui Anda hingga sekarang.” Dokter menuturkan informasi mengenainya saat di bawa ke rumah sakit. "Asam lambungmu naik dan tekanan darah rendah. Jangan suka menunda waktu makan. Itu tidak baik,"

"Iya, Dok." Seketika pipi Lita terasa hangat. Apakah benar jika Bule incarannya ini menungguinya semalam? Tidak dapat dipungkiri, hatinya ingin bersorak. Namun ia sadar, bukankah Thomas lebih menyukai sahabatnya? Lalu kemana sahabatnya sekarang?

***

Thomas merasakan punggungnya teramat pegal, kepalanya juga terasa tidak nyaman. Perlahan ia membuka mata birunya. Pandangannya langsung jatuh pada tangan mungil yang berada di genggamannya. Perlahan ia melepaskan genggaman tersebut.
Pandangannya mengarah pada si pemilik tangan, mata Thomas membulat saat melihat wajah ceria itu tersenyum padanya. Bahkan Thomas harus mengucek matanya untuk memastikan penglihatannya.

“Terima kasih ya, Mister sudah menjagaku. Hihihi...” ucap Lita terkikik meskipun wajahnya masih terlihat pucat.

Punggung Thomas langsung menegakan tubuhnya saat mendengar suara genit namun masih serak itu. Sudut hatinya bergetar senang, namun mendengar suara genit itu membuatnya mendengus.

“Maaf ya, kalau aku merepotkan Mister.” Lagi-lagi suara Lita terdengar.

Thomas memicingkan matanya lalu tanpa bisa menahan lidahnya. Ia berucap. “Ya. Kau memang sangat merepotkan! Kau menganggu acara liburanku!”

Lita berjengit saat mendengar suara dingin itu. “Maaf. Lalu kenapa Mister mau menungguku? Kan ada Dwina,” menjawabnya dengan lirih.

Fly With Love (GOOGLE PLAY BOOK)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα