Part 3

992 188 33
                                    

Thomas masih membelalak saat mendapati seorang gadis di dalam kamarnya. Matanya bahkan semakin melotot saat melihat pandangan gadis itu yang mengarah pada aset pribadinya. Sial!

“Ya ampun, gedenya...” Wajah Thomas secara otomatis memerah. Ia dapat berbahasa Indonesia sehingga mengerti maksud dari kata-kata itu. Thomas tidak mungkin langsung menutup asetnya. Ia merasa seperti gadis saja.

Dengan berdehem ia mencoba membuka suara, suaranya terdengar dingin. “Siapa kau? Dan apa yang kau lakukan di kamarku?”

Lita yang mendengar nada dingin itu langsung terperanjat dan pandangannya yang semula mengarah ke suatu objek ‘menyenangkan’ langsung menatap ke pemiliknya. Wajahnya kian memerah saat melihat seraut wajah tampan menatapnya tajam. Tanpa sadar Lita membawa kemeja yang ada di tangannya untuk ia arahkan ke hidungnya. “Ya Tuhan, pantes kemejanya wangi. Orangnya ganteng banget, apalagi asetnya gede.”

Thomas semakin menganga tak percaya saat gadis itu kembali bergumam layaknya orang gila. Dengan tak sabaran Thomas mendekat dan merenggut kasar kemejanya. “Apa-apaan kau ini? Dasar gadis aneh!”

Seakan tersadar Lita langsung mengerjap dan menatap ngeri wajah tampan yang tampak menahan emosi di dekat wajahnya. “Ma...maaf Mister. Saya... Saya hanya membersihkan ruangan saja...” Meskipun Lita kegirangan setelah melihat pemandangan luar biasa menakjubkan tetap saja dirinya ketakutan. Apalagi wajah tampan, bibir tipis, dan mata biru itu terlihat kesal padanya. Duh...mati aku, batin Lita nelangsa.

“Lalu apa yang kau lakukan pada kemejaku?”

“Ih... Mister jangan galak-galak! Aku kan cuma mau membawa ke keranjang cuci.”

“Kau...” Thomas kehilangan kata-kata. Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan dengan suara teriakan seseorang. Lita yang tersadar itu suara sahabatnya langsung lari menuju dapur.

***

"Siapa kau?!" tanya Jan yang hanya mengenakan boxer. Sedari tadi ia sedang berenang. Jan ke dapur untuk mengambil minum namun malah melihat seorang gadis yang sedang memasak di dapur. Dwina memandang aset lelaki itu dengan pipi memerah. Bibirnya seakan terkunci. Tubuhnya gemetar sekaligus bingung harus menjawab apa. "Kau tidak mau menjawabnya?" tanya Jan seraya melangkahkan kaki mendekat. Refleks Dwina mundur dan tertahan oleh pantry. Jan semakin dekat, jantung Dwina berdebar kencang sekali. Ada rasa takut dalam dirinya.

"Menjauh... Dariku.." lirih Dwina mengusir lelaki itu.

"Akhirnya kau bicara juga?" tubuh Jan seakan mengurung Dwina. Gadis itu mati kutu tidak bisa berbuat apa-apa selain menundukkan pandangannya. Ia salah, lagi-lagi pandangannya melihat aset bule tersebut. Segera dialihkan ke samping. Dwina membuang muka ke arah kiri. Kulit bule itu kemerahan dan air menetes dari rambutnya yang basah. Ia tidak berani menatap lelaki bule itu. Tubuhnya sudah gemetaran. Dwina berusaha untuk tetap tenang dimata lelaki itu. Jika kurang ajar, Dwina akan menendang aset Bule itu tanpa ampun.

Lita menahan teriakannya saat  melihat sahabatnya begitu dekat dengan lelaki yang hanya mengenakan boxer. Baru saja Lita hendak mendekat suara galak Thomas terdengar. Thomas sempat mengambil handuk saat keluar dari kamar untuk menutupi pinggangnya. Ia sangat risih dengan tatapan gadis aneh yang ada di kamarnya tadi.

“Jan! Apa yang kau lakukan?!”
Jan berjengit dan menjauhkan badannya dari Dwina. Ia nyengir saat melihat Thomas memandang tajam dirinya.

“Tidak ada yang aku lakukan. Aku hanya bertanya pada Si Cantik ini kenapa dia berteriak tapi suaranya kecil saat menjawab jadi aku mendekat.”

Thomas mengusap wajahnya kasar. Otak sahabatnya ini sepertinya buntu gara-gara terlalu banyak bersinggungan dengan atmosfer.

“Jelas dia ketakutan, kau membuatnya takut, Jan. Astaga! Pakai bajumu! Kau berkeliaran seperti tarzan saja!” bentaknya.

Fly With Love (GOOGLE PLAY BOOK)Where stories live. Discover now