HIDDEN 2.0 || 18. LAST EPISODE (END-OUTRO)

Start from the beginning
                                    

Ceye tidak lelah berbicara seperti ini tiap hari, meski Gwen tidak meresponnya tapi ia tahu bahwa terkadang, Gwen bisa mendengarkannya.

Jika mengingat tiga hari yang lalu, tepat saat Gwen mengalami kontraksi dan kesakitan luar biasa, jangan tanya seberapa paniknya Ceye. Pria itu bahkan sangat ketakutan, emosinya meledak-meledak karena mobil yang membawa Gwen menuju rumah sakit terasa begitu lambat.

Ceye menatap wajah Gwen yang sudah mulai mengeluarkan rona, tidak sepucat saat setelah melahirkan. Itu membuatnya sangat bersyukur dan lega.

Pada akhirnya merenung, membiarkan hening menguasai pikirannya selama beberapa saat. Lalu, perlahan pandangannya beralih lagi pada ibunya yang berusaha menenangkan bayi kecilnya yang sejak tadi terbangun dengan tangisan. Tapi anehnya, tangisan anaknya itu justru semakin keras. Bahkan, saat diberi asi cadangan dari rumah sakit, tapi, tetap tidak mau minum.

Tidak biasanya. Ceye membatin.

Ceye jadi mengerutkan kening dan hendak bangkit untuk menggendong bayinya, berharap ia bisa membantu menenangkan, tapi niatnya terhenti saat ia hendak berdiri namun ia merasakan sebuah gerakan dari penyatuan tangannya dan Gwen.

Ceye seketika duduk lagi, matanya melebar kala kepala Gwen mulai terlihat bergerak, hingga perlahan mata istrinya itu bergetar pelan, seperti berusaha untuk dibuka. Selama beberapa detik menunggu, dengan sangat pelan, kedua kelopak mata itu terangkat, memunculkan bola mata indah milik Gwen.

"Gwen bangun!"

Ceye berteriak, membuat keluarganya yang lain berkumpul untuk mendekat.

Gwen masih berusaha beradaptasi dengan keadaan. Matanya berusaha mengenali satu persatu sosok yang ada di depannya. Ada ibunya, dan kedua orang tua Ceye di sini.

"Gwen-ah..." Ibunya datang mendekat, lalu mengusap lembut kepala Gwen. "Anakku, selamat. Kau sudah menjadi seorang ibu."

"Eomma..." Gwen berucap dengan nada lirih, tiba-tiba saja rasa haru menyesakki dadanya. Terlebih saat Gwen membayangkan bahwa di samping ibunya, ada ayahnya yang juga berdiri dan menyapanya, memberinya senyuman atau ucapan selamat.

Air mata Gwen perlahan turun, apalagi saat ibunya menggenggam tangannya. Seolah menatap Gwen dengan tatapan bangga. "Aku bangga padamu, kau wanita yang kuat, appa-mu pasti juga bangga padamu," sambungnya lagi.

Gwen tidak bisa berbicara lebih lanjut, ia masih mengeluarkan air mata tanpa suara. Sampai akhirnya Nana mendekat, ibu mertua yang tengah menggedong bayinya itu datang dan perlahan meletakkan mahluk kecil yang sedang menangis itu di samping Gwen.

Gwen tak tahu perasaan apa yang ia rasakan saat ini, terharu sekaligus bahagia. Sampai air matanya kembali keluar, apalagi ketika jari-jari kecil yang sedang menggapai udara itu tak sengaja menyentuh pipinya.

Terasa begitu dingin dan lembut.

"Tampan seperti aku, kan?"

Suara Ceye membuat Gwen menoleh pada suaminya yang sedang tersenyum narsis.

Gwen tak bisa menjawab, karena dia terlalu fokus pada mahluk kecil di dekatnya yang dengan ajaib seketika meredakkan tangisan tepat ketika Gwen memberinya usapan lembut pada pipi tembam bayi itu.

"Omo, dia memang ingin bersama eomma-nya..."ucap ayah mertuanya yang juga seolah takjub dengan fenomena itu.

Gwen tersenyum dan sangat gemas pada bayi laki-laki yang wajahnya masih memerah ini, ia menggeliat lalu perlahan menguap. Pipinya cukup berisi, bulu matanya cukup panjang, rambut tipisnya, hidung mungilnya, bibir kecilnya dan jari-jari lembutnya membuat Gwen seakan tak percaya bahwa ini adalah mahluk kecil yang selama ini ada di perutnya.

HIDDENWhere stories live. Discover now