3. Different Life

4K 548 38
                                    

Kita mungkin beruntung hari ini. Tapi kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok. 
-Kim Namjoon

***

Membisu lama seakan Jungkook tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Bahkan sedari tadi ia hanya mengamati Sinbi yang mulai menusuk-nusuk lubang kunci brangkas dengan satu batang lidi.

Sinbi terfokus mengutak-atik lubang kunci brangkas. Tangannya bergerak ke kanan dan kiri berusaha membuka brangkas itu dengan caranya sendiri. Suatu cara yang telah dipelajarinya sejak lama.

Senyum gadis itu mengembang saat brangkas itu akhirnya terbuka. Mengundang keterperangahan Jungkook. Lelaki itu tak menyangka bila keterampilan Sinbi dalam membobol brangkas yang terkunci rupanya cukup cekatan. Bahkan lebih handal daripada kemampuannya sendiri.

Tanpa pikir panjang Sinbi mengecek brangkas tersebut yang ternyata isinya berupa tumpukan uang kertas. Tak pelak Sinbi melongo melihatnya.

"Ini gila." dengan perlahan Sinbi mengambil satu gulungan uang senilai satu juta won.

"Sekarang kau mengerti?" Jungkook melipat tangannya di dada.

"Untuk apa mereka menyimpan uang sebanyak ini di dalam brangkas? Lalu apa gunanya bank?" kata Sinbi tak habis pikir.

Jungkook ikut berjongkok di samping Sinbi. "Kau kira para pejabat itu sudi menyimpan uangnya di bank? Yang ada mereka berakhir di penjara."

"Di penjara?" dahi Sinbi mengerut samar.

"Rupanya kau belum tahu banyak tentang dunia politik, Nona Hwang." Jungkook mendengus. Selanjutnya Jungkook memindahkan semua uang yang ada di dalam brangkas ke tasnya.

"Sinbi-ya, cepatlah bawa si keparat Jungkook keluar sebelum kalian ketahuan." peringat Namjoon terdengar dari earphone bluetooth yang Sinbi pakai.

Alih-alih Sinbi yang menyahut, tak disangka-sangka Jungkook lebih dulu menjawab. "Aku mendengarmu, bodoh."

"Apa? Jadi sedari tadi kau memakai earphone-mu? Bukankah kau mematikan sambungannya?" Hoseok tergelak.

"Kook-ah, kenapa kau tidak bilang kalau kau sedari tadi mendengar pembicaraan kita?" Jimin menyisir rambutnya ke belakang dengan gusar.

Terdengar decakan dari Yoongi. "Bukankah sudah aku bilang kalau si bedebah Jungkook lebih cerdas dari kalian?"

Sembari terus memindahkan uang ke dalam tas, Jungkook tertawa tanpa suara. Mendengarkan perdebatan rekan-rekannya rupanya menjadi sesuatu yang lucu untuknya.

"Kau masih bisa tertawa di saat seperti ini?" protes Sinbi jengah. Bola mata gadis itu nyaris keluar lantaran emosi melihat sikap tenang Jungkook. "Kau menertawakan teman-temanmu sementara mereka khawatir kepadamu?"

Jungkook menghentikan aktivitasnya sejenak. Ujung bibirnya tertarik ke atas. "Mereka bukan teman-temanku."

"Terserah kau menganggap mereka apa, tapi setidaknya kau hargai mereka. Jangan seenaknya bertindak sesuka hati!" amarah Sinbi tersulut.

"Karena ulah siapa aku bertindak seperti ini? Itu semua karena kau! Jika kau mau aku tidak bertindak sendirian lagi, sebaiknya kau angkat kaki dari markas Crusher!" suara Jungkook meninggi.

"Jungkook-ah, tenangkan dirimu." tegur Namjoon.

"Kau tidak boleh berteriak seperti itu pada perempuan, Kook-ah." celetuk Taehyung.

Seakan tidak terima dengan rekan-rekannya yang membela Sinbi, Jungkook menyindir Sinbi dengan kalimat yang lebih tajam. "Anak dari calon presiden sepertimu sebaiknya di rumah saja. Menghabiskan uang orang tuamu dengan membeli barang sesukamu atau berkencan dengan banyak laki-laki."

CRUSHERМесто, где живут истории. Откройте их для себя