Altara & Alvaro 2

Zacznij od początku
                                    

Alvaro menceritakan dari awal hingga akhir dirinya yang bertemu dengan murid baru barbar itu sampai dirinya terkena tendangan kaleng hingga sampai menyurunya mengantarkan ke ruang kepsek.

Mendengar cerita dari Alvaro, sontak saja ketiga sahabatnya itu tertawa terbahak-bahak. Untuk pertama kalinya ada seseorang yang seberani itu kepada Alvaro Afriansyah Wijaya, pangeran sekolah yang begitu terkenal dengan kegalakannya dan juga sifatnya yang dingin.

"Kambing!" gumam Alvaro menatap ketiga sahabatnya yang masih tertawa terbahak-bahak.

🐰🐰🐰

Bel istirahat baru saja berbunyi, Anna segera bangkit dari kursinya lalu menatap Altara.

"Al mau ikut ke kantin gak?" ajak Anna kepada Altara yang sedari tadi diam, mungkin anak itu ingin pergi ke suatu tempat tapi takut nyasar karena tidak tahu jalan. Pada akhirnya cewek dengan seragam berbeda dangen murid SMA Cendrawasih itu mengangguk lalu beranjak dari kursinya, berjalan beriringan dengan Anna teman pertamanya di sekolah barunya itu.

"Anna..!"

Saat keduanya keluar dari dalam kelas, seseorang memanggil Anna membuat keduanya menoleh ke arah seseorang yang memanggil cewek dengan rambut sebahu itu. Gadis yang memanggil Anna berjalan menghampiri kedua gadis itu.

"Rene, kenalin dia Altara murid baru, Al dia Irene temen gue," ucap Anna memperkenalkan keduanya.

Kedua gadis itu saling bersalaman, lalu menyebutkan nama dari masing-masing.

"Ayok lah, gue udah laper." Anna menarik lengan kedua gadis itu agar mengikutinya menuju kantin.

🐰🐰🐰

"Gue yang beli makanannya aja, kalian mau beli apa?" tanya Anna saat ketiga gadis itu sampai di kantin.

"Gue kayak yang biasa aja Na," balas Irene, Anna mengangguk lalu menoleh ke arah Altara.

"Kalo lo?" tanya Anna.

"Gue lagi pengen batagor, ada gak?" jawab Altara menatap seluruh isi kantin yang mulai ramai.

"Kebetulan banget batagor di sini tuh enak banget Al, yaudah gue beli makanan dulu ya. Rene lo beli minuman sana..!" Anna bergegas mengantri untuk membeli makanan.

Tersisa Altara dan Irene sekarang. "Gue mau beli minuman lo cari meja yang kosong ya, lo minumannya apa?" ujar Irene.

"Gue.. Samain aja," jawab Altara.

Irene mengangguk "audah gue mau ngantri dulu, lo cari meja yang kosong ya jangan lupa." Lalu bergegas mengantri ke salah satu penjual es.

Setelah kedua teman barunya meninggalkan dirinya sendiri, Altara pun mulai berjalan menyusuri kantin untuk mencari meja yang masih kosong.

Bruk..!

Byuurr

Karena tidak memperhatikan jalan, Altara menabrak seseorang hingga minuman yang dibawa oleh orang yang ditabrak oleh gadis itu menganai seragam sosok yang dia tabrak.

"Aaaa.. Shit!!" umpat seseorang yang Altara tabrak, lalu menatap gadis itu begitu tajam.

"M-maaf gue gak sengaja." Altara menunduk takut karena bentakan dari seseorang yang dia tabrak.

"Lo lagi lo lagi..?!"

Cewek berambut panjang itu mendongak lalu membulatkan matanya syok mendapati seseorang yang pagi tadi terkena kaleng tendangannya.

"Ya kak, sekali lagi gue minta maaf. Pagi tadi itu gue gak sengaja, dan sekarang juga gue gak sengaja." Altara menatap sosok di depanya sedikit takut, karena demi apapun tatapan tajamnya benar-benar membuat gadis itu merasa diintimidasi.

"Lo itu ya.." Ucapan orang di hadapannya terputus.

"Hah.. Untung lo cewek," lanjutnya membuat kening Altara mengerut bingung.

"Emang kalo gue bukan cewek kenapa kak..?" tanya Altara menatap seniornya itu dengan penasarang.

"Udah gue tabok dari tadi!!" balas seniornya itu tepat di depan wajah Altara dan nada suara yang naik beberapa oktaf, membuat gadis itu sempat menahan napas beberapa detik.

Karena teriakan seniornya itu, keduanya menjadi bahan tontonan. Dan itu benar-benar membuat Altara menjadi risih. Gadis itu benar-benar tidak suka menjadi pusat perhatian banyak orang walaupun sebenarnya dia itu adalah orang yang cuek.

"Bisa gak sih kak, gak usah teriak-teriak..?! Malu dilihatin banyak orang..!" ucap Altara mulai tersulut emosi.

"Ya salah lo sendiri-"

"Iya tau gue salah, gue kan udah minta maaf..!" sela gadis itu masih emosi.

Sedangkan di kejauhan terlihat seorang gadis yang panik melihat pertengkaran keduanya. Dengan segera gadis itu menarik sang teman yang mesih mengantri batagor untuk Altara.

"Na, Na. Gawat..!" ucap Irene menarik seragam sekolah Anna.

"Apa sih, Rene. Gue masih ngantri batagornya Altara nih..!" kesal Anna yang tiba-tiba saja di tarikoleh sang teman.

Irene menunjuk ke arah depan, di mana terdapat Altara yang masih beradu mulut dengan senior mereka yang terkenal galaknya itu.

"Itu si Al ngapain sama kak Al..?!" Irene berucap panik sembari menunjuk Altara yang masih beradu mulut dengan senior galak itu yang panggil 'kak Al itu'.

"Anjir si Al berani banget, gawat nih..!" Anna yang melihat pertengkaran itu ikut panik. Segera gadis dengan balutan seragam SMA Cendrawasih itu berjalan menghampiri Altara dan diikuti oleh Irene, lalu memanggil gadis itu.


"Al..!" panggilnya membuat kedua orang itu menoleh.


Menyadari kesalahannya Anna tersenyum kikuk kepada sosok yang berdiri di hadapan teman barunya itu.

"Sorry kak, maksud gue Altara." Anna menunduk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sosok yang diketahui bernama Alvaro itu mendengus kesal. "Makannya kalo manggil orang itu yang bener..!" ucapnya dan berlalu meninggalkan kantin begitu saja.

Melihatnya Anna menghela nafas lega, lalu menarik lengan Altara menuju meja yang sudah terdapat Irene si sana. Altara mendudukan dirinya di samping Irene, dan langsung mendapat cerocosan panjang daru gadis cantik itu.

"Gila lo Al, berani banget sama kak Al..! Di sekolah ini baru lo doang yang berani sama dia selain ketiga temennya..!" cerocos Irene.

"Lah dia duluan yang bikin gue kesel, gue udah minta maaf dianya malah ngegas..!" balas Altara kesal.

"Kak Al gak bawa motor kali Al!" balas Anna.

"Yeu.. Kalo bawa motor beratlah bego!" tukas Altara.

"Serah lo aja bambank!"

"Sumpah gue salut sama lo Al, lo bener-bener berani ngelawan kak Al..!" ucap Irene.

"Kak Al..?" bingung Altara.


TBC

020319

Ayurahmawati

Mangatse ptsnya:v

Altara & Alvaro [SUDAH DIBUKUKAN!]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz