MPAM : 21

21.8K 4.2K 488
                                    

Selamat malam, Uncle. Ini Chanyeol.

Saya tidak tahu harus bagaimana lagi menghubungi anda. Setiap saya datang berkunjung, anda akan membuang muka lalu pergi meninggalkan saya, tanpa mau mendengarkan apa yang hendak saya katakan.

Jika terus seperti ini, bagaimana cara saya menjelaskan?

Tolong … jika anda belum memaafkan saya, cukup beri saya sebuah kesempatan. Saya baru saja merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ayah. Anda pasti mengerti perasaan ini. Berpisah dengan Jackson dan Alexa tidak mudah bagi saya. Tapi saya mencoba mengerti.

Sama halnya dengan anda yang selalu menginginkan yang terbaik untuk Alexa, saya juga menginginkan yang terbaik untuk Jackson. Karena saya juga seorang ayah.

Saya tidak tahu apakah anda akan membaca pesan ini, atau akan menghapusnya saat tahu pesan ini dari laki-laki yang anda benci. Terlepas dari itu, saya hanya ingin mengatakan kalau mulai sekarang saya akan bertindak.

Saya sudah membicarakan masalah ini ke pihak ketiga, dan beliau setuju untuk melayangkan gugatan. Saya akan menagih hak asuh Jackon.

Tapi sebelum itu terjadi, saya ingin membuat kesepakatan. Saya tidak ingin hubungan saya dan Alexa memburuk, dan membiarkan Jackson terluka karena harus memilih salah satu di antara kami. Kebahagiaan Jackson adalah kebahagiaan saya juga.

Tolong pikirkan sekali lagi. Meski ini berat untuk saya, tapi saya akan mencoba untuk mencari jalan tengah lain, yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Dan setelah melalui perenungan yang mendalam, saya memberikan solusi yang kiranya baik untuk kita berdua.

Silakan cek email anda, atau map yang akan dikirimankan oleh anak buah saya sebelum anda berangkat ke California. Saya harap anda menyetujuinya, Sir.

Salam,
Park Chanyeol.


“Jari saya pegal mengetik teks sepanjang ini. Seharusnya anda meminta bantuan suster yang lebih muda,” keluh Perawat Park. Wanita paruh baya itu meyerahkan hasil tulisannya pada Chanyeol untuk diperiksa sekali lagi.

“Itu ejaannya sudah benar, bukan? Pastikan sekali lagi, jangan-jangan ada typo.” Chanyeol menyerahkan kembali handphone-nya.

Perawat Park mendengus. Chanyeol sangat cerewet, sudah dua kali dia meminta revisi. Tapi entah kenapa Perawat Park menurutinya, ia membaca pesan itu dari awal. Dan setelah memastikan kalimat yang ia tulis sesuai ejaan, Perawat Park mengembalikan ponsel itu ke Chanyeol.

“Sudah bagus, Tuan.”

“Oke, kalau begitu aku kirim sekarang.” Setelah menekan tombol send, wajah Chanyeol berubah tegang. Beberapa kali pria itu menghembuskan napas kasar, hingga mau tidak mau perawat Park menyentuh tangan Chanyeol, lalu mengenggamnya.

“Saya yakin hati Tuan George akan melunak.  Dia hanya sedang marah. Keputusan yang anda buat sekarang sudah tepat.”

“Begitukah?”

Parawat Park mengangguk.

“Terima kasih Ajumma, tolong rahasiakan ini dengan Lay atau yang lain. Nanti aku  traktir daging sapi kualitas nomor 1.” Chanyeol membalas genggaman perawat Park. Wajahnya mendongak karena Perawat Park berdiri di hadapannya.

“Baiklah saya akan merahasiakannya. Tolong tepati janji---“

“Apa-apaan ini?”

Belum selesai kalimat yang hendak Perawat Park ucapkan, suara lantang dari arah pintu membuatnya mengerjitkan dahi menatap sosok itu.

Chanyeol ikut menoleh, di sana ada Lay dan Baekhyun yang berdiri dengan wajah syok yang ketara. Beberapa detik Chanyeol berpikir, sebelum ia paham arti tatapan sahabatnya. “Jangan berpikir yang aneh-aneh.” Chanyeol berdehem lalu melepaskan tangan perawat Park dari genggamannya.

Mr. Police and Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang