Kakak Manis Siapa yang Punya pt.2 [JM]

Start from the beginning
                                    

Selesai mengambil teh, Nayla melirik wadah ubi rebus yang sudah bersih tidak bersisa. Benar-benar deh teman-teman panitianya ini nggak ada yang peka sama sekali atau peduli kalau teman mereka ada yang belum kebagian. Nayla kembali ke tempat duduk. Dia pun tadi nggak sempat bawa bekal roti atau snack selama di perjalanan. Makan malam juga masih beberapa jam lagi dan itu berarti Nayla harus kuat menahan lapar sampai nanti.

Sampai akhirnya Anisa, salah satu teman panitia Nayla memberinya sepotong ubi. "Nih Nay, lo belom kebagian ya?"

"Ya Allah, Niiis! Tau banget sih gue laper!" Nayla menerima ubi tersebut dengan mata berbinar. Benar-benar seperti orang belum makan dari kemarin. "Kirain udah abis semua!"

"Emang udah abis. Anak-anak kayaknya pada kelaperan di jalan karena macet makanya satu anak tadi gue izinin ambil dua, pikiran gue panitia sisaan aja lah berbagi. Eh tapi pada egois ternyata. Ini aja gue dikasih kak Jimin."

Tuhkan, kak Jimin memang baik sama semua orang. Nayla tidak kaget lagi mendengarnya. Tidak cemburu juga karena ya memangnya dia siapa? Lagian memang itu sudah sifatnya kak Jimin. Nayla justru tambah mengagumi kakak seniornya itu. Seperti sadar sedang dibicarakan, Jimin yang sedang berdiri cukup jauh dari tempat Nayla dan Anisa berada menoleh ke arah mereka. Tatapannya langsung bertubrukan dengan milik Nayla. Dan di saat yang sama Nayla sedang menggigit besar-besar ubi rebusnya. Di tengah keabsurdan suasana itu, Jimin malah melemparkan senyum kepada Nayla sebelum mengalihkan tatapannya kembali ke lawan bicaranya.

"Pasti muka gue jelek banget tadi lagi mangap!" Nayla merutuki diri sendiri dengan pipi yang bersemu merah.

Tidak tau kalau di sebelah sana, Jimin juga sedang senyum-senyum sendiri karena justru menganggap Nayla menggemaskan.

***

Keesokan harinya, kegiatan diisi dengan pembagian kelompok dan unjuk bakat. Karena mereka adalah anggota UKM dance, mereka pun menunjukkan kebolehan tarian mereka secara kelompok. Koreografi pun diciptakan hanya dalam waktu lima belas menit saja. Kegiatan itu berlanjut sampai makan siang. Seusai makan siang, mereka lanjut kegiatan outbond ke sungai.

Akses menuju sungai cukup sulit karena mereka harus melalui turunan curam dengan keadaan tanah yang lembab dan licin. Di sinilah kekompakkan tim diasah. Panitia mengadakan kegiatan ini bertujuan untuk melihat seberapa kompak para anggota. Di tahap ini, setiap ketua kelompok memimpin dan melindungi kelompoknya dengan cukup baik sampai semua kelompok sampai dengan selamat di tepi sungai.

Nayla sebagai panitia tentunya sudah pernah mengalami fase ini saat pertama kali bergabung ke dalam dance crew. Melihat para adik tingkatnya yang tampak kesulitan tetapi sebisa mungkin bekerja sama membuat Nayla jadi flashback ke masa-masa itu. Saking asiknya mengingat kenangan di masa lalu, Nayla tidak sadar kalau di depannya ada lubang cukup dalam dan hampir saja ia terperosok ke dalamnya kalau tidak ada Ridho di belakangnya yang memegangi.

"Nay! Duh fokus dong, ini bahaya gila. Lo kalau jatuh minimal patah tulang, mau?"

Nayla dan Ridho yang memang bertugas berjaga di kelompok terakhir maka hanya ada mereka berdua di sana. Untungnya, di belakang mereka ada seorang kakak yang bertanggung jawab untuk kegiatan outbond yang datang bersama Jimin.

Melihat Ridho dan Nayla yang sedang berjongkok di tengah jalan membuat keduanya menghampiri dengan khawatir. "La, Dho, kalian kenapa?"

Jimin menghampiri dan berjongkok untuk memeriksa keadaan dua juniornya tersebut.

"Nggak apa-apa kok kak, ini tadi Nayla hampir jatuh jadi agak shock." Ridho menjelaskan sedangkan Nayla masih terduduk mengatur napas. "Duh, tapi kelompok terakhir nggak ada yang jaga lagi udah jalan duluan takut salah ngambil jalan."

Rumah Bangtan | BTS LokalWhere stories live. Discover now