#10

3K 250 12
                                    

"Cinta itu seperti hujan, datang tiba-tiba di saat belum sempat berteduh"

Rose dan Chanyeol menatap kasur yang basah itu dari ambang pintu. Mereka terdiam, sama-sama tak melakukan apa-apa.

Rose melirik jam dinding. "Sebentar lagi kita akan telat"

Nafas Chanyeol berhembus. Ia membuka kancing lengan kemeja lalu mengangkatnya ke atas.

"Kau ingin melakukan apa?"

"Kau berangkat saja deluan, biar aku yang akan mengurus ini." Ucap Chanyeol sembari melangkah masuk ke dalam kamar Rose.

"Tapi-"

Chanyeol membalikkan badan. "Pergilah Rose."

"Baiklah"

Akhirnya Rose pun beranjak untuk berangkat sekolah. Selama perjalanan fikirannya terpaku pada Chanyeol yang sendirian mengurus kasur besarnya yang basah itu. Bagaimana Chanyeol akan menyelesaikannya sendirian? Mengangkatnya keluar? Atau bagaimana? Ah.. sudahlah, yang penting ia harus berterima kasih pada Chanyeol nanti.

Sampai di kelas, Rose sudah di sambut oleh sahabatnya, Jisoo.

"Rose! Kenapa kau terlambat?"

"Tadi malam hujan, dan atap kamarku bocor"

Jisoo mengangguk setuju. "Hujan tadi malam memang cukup deras"

Rose merapikan bangkunya, sembari membenarkan rambutnya itu.

Tak lama kemudian, Nana berjalan menghampiri mereka. "Selamat pagi" Sapanya dengan senyum manis.

Jisoo dan Rose serentak membalas sapaannya.

"Bukankah pelajaran pertama matematika?" Tanya Nana.

Jisoo mengangguk, sedangkan Rose mencoba tak menghiraukan pertanyaan tidak penting itu.

"Untuk pertama kalinya Seonsangnim terlambat"

Rose mendesah, "Ya maunya kita senang"

"Aku cukup senang untuk pelajarannya, setidaknya aku sempat mendengar lagu" Timpal Jisoo.

Nana mengangguk, "Kau juga untuk pertama kalinya terlambat, Eomma mu sibuk ya, Rose?"

Rose terdiam, tak menjawab perkataan Nana.

"Dulu saat SMP, Rose pernah terlambat, jadi ini bukan pertama kalinya" Balas Jisoo sembari mengatur volume musik dari i-podnya.

"Ya, maksudku saat SMA" Ucap Nana di selingingi tawa yang terdengar hambar itu.

Hening menguasai mereka seketika, tak ada obrolan berlanjut, dan sekarang jantung Rose nyaris copot. Entah mengapa ia sangat takut jika salah satu temannya curiga dan mengetahuinya, sudah pasti Rose akan di pertimbangkan untuk di jadikan seorang kawan oleh teman-temannya.

Nana berdehem, saat ia engah bahwa sedari tadi kesunyian menyelimuti mereka. "Yak Jisoo! Kau tau tidak, tadi malam aku menonton drama yang di perankan oleh aktor tampan Park hyun sik . Bnear-benar romantis!" Kata Nana sembari melepas headset yang tadi berada di telinga Jisoo.

Jisoo mengerjap, "Apa? Oppaku?"

"Enak saja Oppamu! itu kekasih ku!" Balas Nana.

Debatan gurau mereka terhenti saat mereka sadar bahwa Rose di kuasai kegelisahan yang membuatnya dari tadi mendesah berat dengan kaki yang terus bergetar.

"Kau kenapa?" Tanya Jisoo. Rose hanya menggeleng. Rose pun mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya lalu beranjak dari kursinya.

"Kau mau kemana?" Tanya Nana.

Te Amo, RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang