《38》

1.7K 258 147
                                    

Jawaban dari segala kegelisahan anda




"Bunda, makan dulu ya?" Claire tetap bergeming.

"Bunda kalau ga makan nanti bunda sakit lho" masih tidak ada respon dari bundanya, sejak malam dimana Ferdinand mengatakan tentang kematian Kai, Claire langsung tak sadarkan diri ditempat. Claire bahkan pingsan hingga 12 jam lamanya.

Mingyu juga sama, ia merasa benar-benar syok dan kehilangan sosok yang berharga didalam hidupnya, sosok kakak sekaligus sahabat untuknya.

Ferdinand belum juga pulang dari semalaman, telfonnya juga tidak aktif dan entah dimana keberadaannya. Orang tua Krystal sendiri juga masih dalam perjalanan pulang dari bisnis mereka, mereka langsung pulang ketika mendengar berita ini dan membatalkan segala pertemuan disana. Mereka juga sama terkejutnya ketika mengetahui berita ini, bahkan masih Mingyu ingat jelas sambungan suara ketika Om Ashari dan Tante Salma menangis histeris tak percaya.

**

Bau obat-obatan terasa begitu pekat ditempat ini. Ferdinand hanya bisa termenung menggenggam tangannya, melihat Krystal terbaring ditempat tidur rumah sakit. Krystal sudah tidak sadarkan diri selama 20 jam, Ferdinand yang khawatir pun dengan segera membawa Krystal ke rumah sakit.

Kini seolah ia sudah tak berdaya lagi, siang ini jasad Kai akan diotopsi dan dibersihkan semua lukanya. Ferdinand menghembuskan nafas berat, ia masih tak percaya Kai meninggalkannya secepat itu. Secara tidak langsung Kai meninggal juga karna kesalahannya, ia menyalahkan Kai tanpa mau mendengar dulu penjelasannya. Ia begitu marah dan diliputi kemurkaan saat itu hingga tidak bisa berfikir rasional.

Pintu terbuka menampakan seorang dokter dan dua suster dibelakangnya. Dokter itu tersenyum ramah kearah Ferdinand yang hanya dibalas senyum kecil darinya. Dokter kemudian mulai memeriksa kembali keadaan Krystal. Ferdinand mendekat saat dokter itu selesai memeriksa keadaan Krystal. Dokter tersebut mengatakan jika pasien mengalami penurunan tekanan darah drastis dan disarankan untuk membiarkan pasien istirahat karena kondisinya masih terlalu lemah untuk sadar. Ferdinand mengangguk mendengar penjelasan singkat dokter padanya terkait kondisi Krystal. Setelah itu pun dokter pergi bersama dua susternya, keadaan hening kembali.

**

Semua terlihat putih, tidak ada satu titik pun berwarna. Ia coba untuk menelusurinya dengan berjalan perlahan, langkah demi langkahnya terasa ringan. Sepanjang jalan ia melihat bunga bermekaran, ia sudah tidak berada di ruangan putih lagi dan menemukan taman yang teramat indah. Disana terdapat sebuah kursi taman kecil didekat kolam ikan, dengan langkah pasti ia melenggang menuju kursi taman sambil menikmati udara ditaman. Dari sini benar-benar luar biasa.

Tenang dan damai.

Ia mulai memejamkan matanya perlahan, sunyi dan tenang membuat perasaannya menjadi lebih baik. Sayup-sayup matanya mulai terbuka lagi, terdengar lirih sebuah suara dari arah dalam hutan. Taman itu tersambung dengan hutan, hutan yang hijau nan asri. Perlahan ia mulai bangkit mencari sumber suara yang membuatnya penasaran. Semakin dalam ia memasuki hutan, suara itu pun juga semakin kuat terdengar. Semakin dekat dan semakin mendekat.

Terlihat dari seberang sungai sesosok wanita memakai baju berwarna putih, gaunnya menjuntai sampai mata kaki dan ialah sumber suara yang menuntunnya untuk kemari. Isakan kecil terdengar ketika mereka berdua bersebelahan. Si wanita bergaun putih menunduk, juntaian rambut hitam panjangnya menutupi wajahnya. Wanita itu terus menangis sambil menggenggam bunga mawar merah yang layu itu. Satu persatu kelopak bunga itu jatuh berhambur. Dengan inisiatif ia pun kemudian memetik mawar baru, mawar berwarna merah hati yang masih segar untuk diberikannya pada wanita itu. Tangannya terulur untuk memberikan mawar nya, wanita itu tidak menoleh tapi tangisannya sudah terhenti. Sedikit demi sedikit wanita tadi mulai menolehkan kepalanya. Sekarang mereka sudah saling berhadapan tapi wanita itu masih menunduk enggan menunjukan wajahnya.

Dengan hati-hati ia menarik lembut tangan wanita itu lalu memberikan bunga yang tadi dipetiknya.

"Jangan menangis lagi"

Wanita itu kembali menangis bahkan tangisannya lebih parah daripada sebelumnya. Bunga tadi lalu dibuang kasar oleh wanita tersebut. Dan tiba-tiba saja wanita itu mendekat kearahnya, memeluknya erat dan kembali menangis didadanya.

"Jangan tinggalin aku Kai" wanita tadi bergumam didadanya pelan, tapi sanggup membuatnya terkejut.

"Aku memaafkanmu, aku mencintaimu" ucapnya lagi.

"Ayo kita kembali bersama-sama" wajah wanita tadi mendongak, menatap tepat kearah manik matanya yang hitam. Tangan mereka saling tertaut, menyalurkan segala kerinduan.

"Krystal" wanita itu menoleh. Kai mulai melepaskan genggaman tangan mereka.

"Kembalilah, dunia mu bukan disini" Kai mendekat dan memeluknya untuk terakhir kali sebelum semuanya kembali gelap.


Nafasnya terengah, tangannya memegang jantungnya yang berdegup kencang. Matanya mengerjap perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Ia melihat sekitarnya tampak asing, bau obat langsung menyambangi indra penciumannya. Kepalanya berdenyut tak lama setelah kesadarannya, tangan yang semula berada didada kini berganti memegang pelipisnya.

Ferdinand terbangun ketika mendengar erangan kesakitan dari ranjang pasien dan menemukan Krystal terduduk sambil memegang kepalanya. Buru-buru ia memanggil dokter melalui panggilan darurat. Tak lama dokter dan seorang suster muncul masuk kedalam ruangan. Krystal kembali dibaringkan dan mulai diperiksa. Selang beberapa menit dokter itu mulai menuliskan sesuatu di sebuah kertas lalu memberikannya kepada Ferdinand. Tercantum segala jenis obat dan anjuran yang dokter itu sarankan dikertas kecil itu. Ferdinand mendekat kearah Krystal, wajahnya menghadap jendela dikamar inapnya. Di luar sedang hujan, Krystal masih setia menatapnya dengan tatapan kesedihan.

"Kai pasti bahagia disana Krys, dia tidak mau kamu terus bersedih seperti ini."

"Kenapa? Kenapa Tuhan secepat ini memanggilnya?" Ucapnya lirih.

"Semua itu sudah takdir Tuhan Krys"

"Kita semua hanya bisa pasrah menerimanya" lanjut Ferdinand.

Hening lagi setelah itu tidak ada yang membuka suara.

Pintu terbuka perlahan menampakan tubuh tinggi Mingyu dan Claire diikuti dengan kedua orang tua Krystal dibelakangnya dengan raut khawatir dan panik.

"Krystal" Salma setengah berlari menghampiri Krystal diranjang. Salma memeluk Krystal, tidak terlalu erat karna terhalang infus Krystal.

"Maafin mama nak, kamu sakit tapi mama ga tau kondisi kamu"

Sedangkan dipojok ruangan Ferdinand membawa Claire duduk disofa. Wajahnya terlihat lelah, kantung matanya juga terlihat lebih besar. Tatapannya kosong menerawang lurus.

"Ayah sebaiknya istirahat dulu, dari kemarin ayah belum istirahat. Aku bawa baju ganti buat ayah"

"Iya Ming, nanti ayah istirahat"

"Kak Krystal gimana kabarnya?" Krystal menjawab pertanyaan Mingyu hanya dengan senyuman. Mingyu tau sangat berat bagi Krystal kehilangan Kai hingga membuatnya cukup bisa mengerti posisi Krystal saat ini.

Jaehyun tiba di rumah sakit setelah pulang dari luar kota, ia langsung menuju rumah sakit saat mendengar kabar meninggalnya calon kakak iparnya dan kakaknya yang masuk rumah sakit.

"Kakakk"

Jaehyun berhambur memeluk Krystal. "Maafin Jae kak, kakak sakit tapi aku ga jagain" sesal Jaehyun.

"Kakak baik-baik aja Jae"

"Ga bisa gitu, ini salah aku ga bisa jagain kakak"

"Udahlah Jae kamu itu kayak anak kecil aja" saut Papanya.

Pintu ruangan kembali terbuka, kali ini bukan lagi tamu atau keluarga melainkan seorang suster dengan seragam hijau mendatangi mereka.

Semuanya mulai memperhatikan kehadiran suster itu. Suster itu melangkah kearah tengah ruangan sebelum menghembuskan nafasnya perlahan dan berkata.

"Ini keajaiban, anak anda hidup kembali"


TBC







*note : biar ga pada bingung, sebenernya Kai disini itu memang sudah meninggal tapi dia mengalami mati suri untuk sesaat, jadi bisa hidup kembali.
*kaistal anti karam, di real life maupun cerita wattpad harus tetap happy ending😁

Dáisy Where stories live. Discover now