Chapter 02

2.6K 287 41
                                    

Menapaki secara bersama halaman rumah keluarga Kim di pagi hari merupakan hal baru bagi mereka berdua. Terlebih Seokjin, karena ia jarang sekali pulang, pun sekadar menjamahi kamarnya. Ia lebih memilih 'tuk menghabiskan waktu—secara terpaksa—bersama rekan kepolisian, mengemban tugas sebagai penyelidik di aparatur negara. Sementara sang adik sibuk dengan pengabdiannya terhadap masyarakat. Menyelamatkan nyawa, lewat uluran tangan dan kepercayaan dirinya.

"Hyung, ayo! Kau tak lupa letak kamarmu, 'kan?" Ia menarik pelan lengan Seokjin, mengajaknya masuk dengan gerakan kelewat antusias kala baru saja sepersekian detik sang kakak menghirup aroma rumah itu.

"Taehyung, pelan-pelan," protes Seokjin. "Kau ini seorang dokter, mengapa memperlakukan pasien baru sembuh seperti ini?!" Ia terkekeh dari bibir yang kelewat pucat, memang Seokjin agak kewalahan dengan energi Taehyung.

"Ta-da! Kau suka? Aku merapikan kamar ini khusus untuk kedatanganmu, Hyung." Taehyung menatap netra Seokjin yang tengah berbinar dengan penuh rasa rindu. Rasanya, jarang sekali bahkan tak pernah dirinya mendapati sang kakak tersenyum hangat seperti ini.

Merasa tengah ada yang memerhatikan, Seokjin menoleh. "Kau pasti ingin sesuatu, ya?" Lelaki tersebut menggoda seraya tersenyum jahil.

Taehyung balas merengut, mengerucutkan bibir, sedikit gemas dengan Seokjin. "Aish, Hyung. Aku tak ingin apapun ... sama sekali! Aku hanya ingin menunjukkan padamu bahwa aku telah berubah! Aku membersihkan kamarku yang dulu sering kau sebut kandang kambing. Aku membersihkan setiap inci kamar ini .... Hehe, Kau suka?"

Taehyung merangkul bahu Seokjin yang terbilang cukup lebar, ingin menyampaikan rasa tulus teramat dalam, rasa yang tak bisa ia lontarkan begitu saja, rasa yang begitu menggerus hati Taehyung; ia teramat sangat merindukan Hyung-nya.

Seokjin melihat keliling sebentar, menelisik ruangan itu dan menghela napas setelahnya. "Yah ... ini menakjubkan, Tae. Kau melakukan ini sendirian?"

Anggukan mantap terlihat, lantas Taehyung menjawab, "Tentu saja. Lihat, Hyung; bahkan aku memajang foto kita berdua saat kecil di sana!" Ia menunjuk ke arah nakas, memang terlihat jelas apa yang dimaksud Taehyung. Dan hati Seokjin mencelos karenanya.

"Taehyung-ah," Seokjin memanggil lirih. "Terima kasih, sungguh. Ini hadiah ulang tahunku yang terbaik." Kemudian tersenyum teduh.

Taehyung membalas dengan senyum pula.

"Tidak, Hyung. Aku baru menyadari ...." Jeda sesaat sebelum menatap nanar Seokjin. "Aku beruntung ... kau selamat." Taehyung mengucapkannya dengan sepenuh hati, tulus, begitupula senyumannya.

Seokjin menaikkan satu alis. "Yah ... Tuhan tentu tahu bahwa kau masih membutuhkanku. Iya 'kan?" Dibalas candaan, Taehyung mencubit pelan lengan Seokjin, membuat empunya meringis tertahan.

"Entahlah, Hyung. Kurasa iya, aku sangat merindukanmu ...." Taehyung mendesah panjang, diiringi sorot mata yang mencerminkan jikalau ia tengah bergelung dengan rasa rindu menyeruak dalam relung hatinya.

Seokjin tersenyum, kemudian tertawa. "Aku hanya bercanda, Tae ... Akupun membutuhkanmu. Kau bisa melepas rindu padaku sekarang ... aku ada di sini, lihat? Dan aku baik-baik saja. Kita sudah di rumah." Dengan nada menenangkan, Seokjin berusaha menghibur Taehyung. Kemudian ia terduduk di atas ranjang. Menepuk-nepuk kasur di sebelahnya; mengajak sang adik untuk ikut menemani. Tanpa pamrih Taehyung duduk, menatap lekat sosok kakaknya.

"Aku senang kau pulang ... Jin-
Hyung."

Ada yang tidak beres dengan Taehyung, suara baritone-nya terdengar getir, serak, serta parau.

Ia menahan tangis.

"Aish ... mengapa kau jadi cengeng seperti ini, hm? Wajah tampanmu itu tidak pantas untuk menangis ...." Seokjin menenangkan—lagi—sang adik yang kini bergetar karena tangisannya tumpah.






"Semua ini terasa nyata, Hyung." []

" []

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
ENMESHEDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora