"Jangan panik, Helen. Jangan panik. Ponsel. Ya ponsel. Panggil mobil derek segera !" Helen bicara sendiri seperti orang sinting. "Lokasi, Helen. Lokasi. Aahh, ini tempat apaaa ???"

Suara deru beberapa sepeda motor besar terdengar semakin dekat.

Helen bingung memutuskan antara tetap berdiri di luar mobil atau duduk di dalam dan menutup erat-erat semua pintu dan jendela mobil sampai ia bisa menghubungi salah satu jasa mobil derek.

Terlambat.

Sorot lampu motor-motor besar itu telah mencapai tempatnya berdiri.

Lima laki-laki yang sebagian bertubuh besar berhenti tak jauh dari mobilnya.

Wajah Helen pucat pasi. Ia tidak nyaman berada di antara orang asing tanpa kawalan bodyguard. Ia menyesal pamit sebentar ke butiknya tanpa kawalan. Ia menyesal telah melamun sepanjang jalan.

"Pecah ban, Nona Cantik ?" sapa salah seorang yang berambut gondrong dengan hidung besar.

Helen tidak suka tatapan laki-laki itu dan tiga orang temannya yang mendekat. Ia melirik sekilas dan mendapati satu orang anggota geng memarkir motornya agak jauh dan hanya mengawasi dari jauh.

"I...i..iya....Ta... Tapi kalian bisa eh pergi. Saya eh sudah panggil... emm... mobil derek...."

"Mobil derek, ya?" ujar salah seorang lagi dengan nada mengejek. "Tidak ada layanan mobil derek dalam radius dekat sini."

Helen merinding. Tatapan keempat laki-laki itu semakin intens menjelajahi tubuh mungilnya.

"Hmm, kami bisa bantu, tapi...." laki-laki dengan bekas codet panjang di pipi meringis jahat. Ia mencoba mengelus pipi halus Helen yang segera ditepis oleh gadis itu.

Mereka terkekeh seolah mendapat mainan lucu.

"Wow. Boneka cantik yang siap menggigit."

"Bagaimana ? Kami bantu tapi sebagai imbalannya.... kau hmm, ikut kami sebentar... yaah, bersenang-senang sedikit...."

Ketakutan Helen berubah menjadi amarah. "Tidak. Terima kasih. Silakan lanjutkan perjalan. Saya tunggu mobil derek saja." Wajah Helen yang memerah karena kesal malah membuat keempat orang itu gemas.

Dua orang memepetnya ke mobil.

"Kurang ajar ! Sudah kubilang pergilah !"

Tawa mereka semakin berderai.

"Heh, sudahlah. Kita lanjut night touring. Tinggalkan wanita itu !" Suara berat laki laki yang sedari tadi duduk menjauh terdengar memerintah.

"Tapi, Bos Heph. Gadis secantik ini sayang dilewatkan. Kita jarang menemui yang seperti ini," protes salah seorang dari mereka.

Helen menatap si pemilik suara berat tak berkedip. Cahaya remang jalanan memperlihatkan sosok tinggi besarnya yang melebihi empat orang lainnya.

Helen jadi teringat Jason Momoa sang Aquaman.

Laki-laki yang dipanggil 'Bos' itu memakai jaket denim tanpa lengan yang memamerkan bisep dan trisep kokohnya yang dihiasi tato berbagai motif.

Pandangan sekilas laki-laki itu pada Helen langsung membuat wajahnya menguarkan panas dan mengirimkan rona merah ke wajahnya.

Astaga, jerit Helen dalam hati. Semoga ia tidak melihat kondisi wajahku yang berubah mendadak. Aku malu, tapi orang asing raksasa ini sangat tampan !

"Kita cabut !" geram si raksasa marah.

"Tapi Bos...."

"Maaf, Bos. Kali ini kami melawan perintahmu. Kami mau si cantik ini !" tantang salah seorang dari mereka yang rupanya sudah sangat bernafsu melihat kemolekan Helen.

"Pergi !"

"Tidak bisa !" Dua orang itu langsung mengeroyok si raksasa tampan.

Tapi dengan mudah ia menangkis terjangan keduanya dan mendorong jatuh dua orang lainnya yang sudah siap membantu dengan tandukan bantengnya.

Satu orang kembali berusaha melayangkan pukulan.

Helen menjerit kaget.

Hephestus menangkap tangan si penyerang dengan enteng. Bukan sembarangan ia dipanggil Bos kalau menghadapi hal mudah semacam ini membuatnya kesulitan.

"Kalian cari saja wanita lain. Tinggalkan dia di sini."

Si codet memandang si raksasa yang nampaknya dianggap pimpinan oleh mereka. Tiba-tiba wajah marahnya berubah.

"Heh. Dasar Bos Heph busuk. Dia mau perempuan ini untuk dirinya sendiri."

Aura permusuhan antar teman yang muncul segera mereda. Mereka menyeringai jail.

"Sinyal radar Bos Heph akhirnya berbunyi kembali, hoii !"

Mereka tertawa terkekeh sementara Hephestus hanya menatap dingin semuanya.

Keringat dingin menetes di pelipis Helen. Ini sama saja keluar dari mulut bau para kudanil menuju cakar beruang, batin Helen ngeri. Ia menatap punggung kekar si Bos yang memandangi ban mobilnya yang kempes dan tak peduli dengan ocehan teman-temannya.

"Cabut, hoi. Tinggalkan Bos Heph dengan nona cantik ini !"

Keempat orang itu berlalu dengan tawa membahana, meninggalkan Helen yang diam terpaku antara ketakutan dan terpesona.

===============

Hai, stargazers!

Kukabulkan satu permintaanmu ! Ting .....

Ini lapak khusus Bos Heph dan Nona Boneka. Dan lika-liku kisah mereka.

Awas loe yee yang sudah minta tapi gak komen, vote apalagi nyaranin orang gak baca. Kusumpahi tambah rejeki dan tambah makmur ! Hloooo....

Oke. See you soon

Deningcaya

The Giant And The GorgeousWhere stories live. Discover now